Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Atresia Bilier general_alomedika 2024-02-21T10:19:34+07:00 2024-02-21T10:19:34+07:00
Atresia Bilier
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Atresia Bilier

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Deteksi dini untuk diagnosis atresia   bilier   sangat   penting dilakukan sebab keberhasilan tata laksana akan menurun apabila dilakukan setelah umur 2 bulan. Diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding.

Baku emas diagnosis atresia bilier dapat dilakukan dengan kolangiogram intraoperatif dengan didukung oleh biopsi hepar. [8]

Japanese Association of Pediatric Surgeons membagi atresia bilier menjadi tiga kelompok utama berdasarkan anatomi dan derajat obstruksi bilier, yaitu :

  1. Tipe I (atresia bilier distal): mengenai duktus biliaris komunis, sedangkan kantung empedu dan duktus hepatik masih paten
  2. Tipe II (atresia bilier proksimal): atresia pada duktus hepatikum, namun bagian proksimal duktus intrahepatik tetap paten namun dapat membentuk struktur kista pada porta hepatika
  3. Tipe IIa: kantung empedu dan duktus biliaris komunis ada dan paten
  4. Tipe IIb: kantung empedu, duktus biliaris komunis, dan duktus hepatika seluruhnya mengalami obliterasi
  5. Tipe III (“complete”): obliterasi duktus biliaris intrahepatik dan seluruh ekstrahepatik [14]

Anamnesis

Anamnesis pada pasien dengan atresia bilier harus meliputi riwayat prenatal, perinatal, riwayat mulai timbulnya sindrom kolestasis, serta riwayat keluarga untuk menyingkirkan kolestatik hepatik yang disebabkan oleh kelainan genetik atau metabolik.

Gejala kolestasis seperti ikterus yang melebihi 14 hari, warna urine yang gelap, serta perubahan warna feses menjadi seperti dempul merupakan gejala yang sering didapatkan pada pasien atresia bilier. Ikterus biasanya muncul pada usia 3-6 minggu. [20]

Riwayat prenatal yang meliputi riwayat penyakit ibu selama kehamilan, antara lain infeksi toxoplasma, rubella, CMV dan Herpes (TORCH), serta hepatitis B perlu ditanyakan. Riwayat kelahiran juga perlu diketahui, seperti adanya infeksi intrapartum serta berat badan lahir. Riwayat penggunaan nutrisi parenteral, transfusi darah, dan penggunaan obat hepatotoksik juga perlu diketahui.

Selain itu, anamnesis mengenai riwayat tumbuh kembang juga perlu dilakukan karena pasien dengan atresia bilier berisiko untuk mengalami gangguan tumbuh kembang. [21]

Pemeriksaan Fisik

Neonatus dengan atresia bilier biasanya menunjukkan tanda-tanda kolestasis, seperti ikterus persisten yang melebihi 14 hari, warna urine yang gelap, feses seperti dempul, dan hepatomegali. Pada tahap yang lebih lanjut, bayi akan menunjukkan tanda-tanda splenomegali, sirosis hepatis, asites, gejala hipertensi portal, dan gangguan tumbuh kembang. [8,22,23]

Jaundice pada neonatus dengan ikterus fisiologis jarang bertahan lebih dari 2 minggu, sehingga dokter perlu melakukan evaluasi jika keadaan ikterus ini memanjang.

Pemeriksaan antropometri yang meliputi tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala harus rutin dilakukan pada pasien atresia bilier. Pada hari-hari awal kehidupan, neonatus dengan atresia bilier dapat menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal, tetapi setelah 2-3 bulan pasien akan mengalami gangguan pertumbuhan.

Adanya murmur kardiak saat pemeriksaan fisik mengindikasikan adanya kelainan terkait anomali jantung.

Neonatus yang datang dengan presentasi klinis kolestasis harus dicurigai sebagai atresia bilier karena tindakan pembedahan pada usia 2 bulan terbukti memberikan hasil yang baik dan dapat mencegah terjadinya sirosis yang ireversibel. [24]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding pada atresia bilier adalah meliputi penyakit dengan keadaan cholestatic jaundice. Berdasarkan tanda dan gejala yang muncul pada atresia bilier, maka di bawah ini beberapa diagnosis banding untuk atresia bilier :

Neonatal Hepatitis

Pada neonatal hepatitis, ikterus yang muncul disebabkan oleh inflamasi dan/atau kerusakan duktus biliaris di dalam hepar (intrahepatik). Etiologi terseringnya adalah virus serta penyakit lainnya seperti Alagille syndrome, defisiensi alfa-1 antitripsin, fibrosis kistik, kolestasis familial intrahepatik yang progresif, serta gangguan sintesis bilirubin.

Gejala biasanya muncul pada minggu pertama kehidupan dan dapat menyebabkan ikterus, hepatomegali, penurunan nafsu makan. Bayi dengan atresia biliaris memiliki kadar GGT lebih dari 300 UI/L, hal ini yang membedakan atresia biliaris dan neonatal hepatitis. [8]

Primary Sclerosing Cholangitis (PSC)

Primary sclerosing cholangitis (PSC) merupakan penyakit yang jarang dan dikarakterisasi dengan inflamasi, penebalan, dan adanya fibrosis abnormal pada duktus bilier. Hal ini menyebabkan terjadinya kolestasis. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, namun dapat terjadi pada neonatus dengan gejala menyerupai neonatal hepatitis dan atresia bilier. Penyebab dari PSC belum dapat diketahui, namun berhubungan dengan gangguan sistem imun. [25,26]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk atresia bilier meliputi pemeriksaan laboratorium, pencitraan, dengan baku emas diagnosisnya adalah biopsi hepar. Atresia bilier juga dapat ditandai dengan peningkatan bilirubin total dan direk. Kadar serum alfa-1 antitripsin harus ditentukan karena defisiensi alfa-1 antitripsin dapat menjadi salah satu etiologi terjadinya kolestasis. [3]

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pada pasien atresia biilier, antara lain kadar bilirubin total dan direk, fungsi hepar, kadar alfa-1 antitripsin serum, dan sweat chloride test.

Neonatus dengan atresia bilier memiliki kadar bilirubin direk (terkonjugasi) yang abnormal saat lahir (>1 mg/dL bila bilirubin total <5 mg/dL atau >20% bilirubin total bila bilirubin total >5 mg/dL). Pada pasien tersebut perlu dilakukan follow up pemeriksaan bilirubin direk 2 minggu kemudian. [3,24]

Fungsi hepar dapat diperiksa dengan mengevaluasi kadar albumin, enzim hepar, serta prothrombin time/partial thromboplastin time (PT/PTT).  Pemeriksaan kadar albumin dan profil koagulasi (PT/PTT) dapat memberikan gambaran mengenai tingkat keparahan gangguan hepar. Albumin dan faktor-faktor koagulasi diproduksi hepar dan kadarnya akan menurun apabila terdapat gangguan fungsi hepar. [22]

Enzim hepar merupakan marker dari kerusakan hepar, terdiri dari alanin transaminase (ALT) dan aspartat transaminase (AST), ditemukan di dalam hepatosit dan dilepaskan pada saat hepar mengalami kerusakan. Selain itu, alkali fosfatase (ALP) yang ditemukan pada sel-sel endotel duktus biliaris dan gamma-glutamyl transpeptidase (GGT) juga dapat menjadi penanda kerusakan hepar.

Enzim-enzim ini akan mengalami peningkatan dengan adanya kerusakan hepar. Peningkatan kadar GGT merupakan parameter yang penting pada atresia biliaris. Enzim GGT akan meningkat sampai dengan 4 kali lipat pada atresia biliaris (≥300 UI/L). Rasio GGT/ALT yang lebih dari 2 dapat membantu menegakkan diagnosis atresia biliaris, walaupun bukan gold standard diagnosis. ALP ditemukan lebih rendah pada mereka dengan atresia biliaris. [8,22,27]

Salah satu etiologi dari kolestasis adalah defisiensi alfa-1 antitripsin sehingga pemeriksaan ini diperlukan untuk mengeksklusi keadaan tersebut. [12]

Sweat chloride test dilakukan untuk mengeksklusi fibrosis kistik, karena gangguan duktus biliaris adalah salah satu komplikasi tersering dari fibrosis kistik. Pada sweat chloride test, keringat yang telah terserap dengan kertas filter akan diletakkan pada buffer sehingga konsentrasi klorida dapat ditentukan. [24]

Biopsi Hepar

Biopsi hepar pada kolestasis neonatal menunjukkan adanya fibrosis hepar yang variatif, proliferasi duktus biliaris, obstruksi duktus bilier (kolestasis) dengan infiltrasi sel-sel inflamatori. Namun, sensitivitas dan spesifisitas biopsi hepar menurun pada pasien yang berusia lebih dari 2 bulan. Pemeriksaan histopatologis juga dapat menentukan prognosis pasien. Bayi dengan atresia bilier ekstrahepatik dengan fibrosis yang luas pada usia dini dan malformasi ductal plate memiliki angka survival yang lebih rendah (prognosis yang buruk). [28,29]

Pencitraan

Baku emas diagnosis atresia bilier dapat dilakukan dengan kolangiografi intraoperatif. Apabila triangular cord sign pada sonografi terlihat dengan jelas, maka tahap selanjutnya yang direkomendasikan adalah melakukan operative cholangiography. [3,12,22]

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah hepatobiliary scan dan Hepatobiliary iminodiacetic acid (HIDA) scan untuk mengetahui aliran empedu ke usus. Namun, pemeriksaan ini bukan merupakan pemeriksaan penunjang yang krusial. [5,6]

Pemeriksaan Penunjang Lain

Pemeriksaan penunjang lain pada atresia bilier diperlukan untuk mengeksklusi penyebab lain dari kolestasis neonatal yang disebabkan oleh gangguan metabolik, infeksi, genetik, dan endokrin.

Studi yang dilakukan Chatmanee, et al menunjukkan bahwa pasien dengan atresia bilier memiliki kadar MMP-7 yang lebih tinggi dibandingkan bayi sehat. Kadar MMP-7 ini berhubungan dengan stadium fibrosis. MMP-7 memiliki angka sensitivitas dan spesifitas yang tinggi (98,67% dan 95%) apabila digunakan untuk mengeksklusi diagnosis banding lainnya yang menyebabkan kolestasis neonatal. Dengan demikian, pemeriksaan kadar MMP-7 dapat dijadikan biomarker non-invasif yang dapat membantu diagnosis atresia bilier pada masa mendatang, walaupun saat ini belum digunakan secara rutin. [3,30]

Referensi

3. Wehrman A, Waisbourd-Zinman O, Wells RG. Recent advances in understanding biliary atresia. F1000Research. 2019 Feb 25;8. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6392153/
4. Asai A, Miethke A, Bezerra JA. Pathogenesis of biliary atresia: defining biology to understand clinical phenotypes. Nat Rev Gastroenterol Hepatol. 2015 Jun;12(6):342–52.
5. Peluso A, Patrinos ME. The Utility of HIDA Scans for the Evaluation of Cholestasis in Premature Infants, a Case Series. Pediatrics. 2018 May 1;142(1 MeetingAbstract):214–214.
6. Sultana N, Jabin Z, Bashir M, et al. Role of Hepatobiliary Scintigraphy and Ultrasonography in the Diagnosis of Biliary Atresia in Infant with Neonatal Jaundice – Experiences in NINMAS. Bangladesh J Nucl Med. 2017 Dec 24;18:51.
8. Govindarajan KK. Biliary atresia: Where do we stand now? World J Hepatol. 2016 Dec 28;8(36):1593–601.
12. Agawu A, Wehrman A, Pogoriler J, et al. A case report of a challenging diagnosis of biliary atresia in a patient receiving total parenteral nutrition. BMC Pediatr. 2019 Mar 8;19(1):72.
14. Lee EJ, Kim HB. Extrahepatic biliary atresia. In: Jarnagin WR, editor. Blumgart’s Surgery of the Liver, Biliary Tract and Pancreas, 2-Volume Set (Sixth Edition). Philadelphia: Content Repository Only!; 2017. p. 656-662.e2. Available from: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780323340625000406
20. Neto B, Borges-Dias M, Trindade E, et al. Biliary Atresia - Clinical Series. GE - Port J Gastroenterol. 2018;25(2):68–73.
21. Bezerra JA, Wells RG, Mack CL, et al. Biliary Atresia: Clinical and Research Challenges for the Twenty-First Century. Hepatology. 2018;68(3):1163–73.
22. Ghazy RM, Adawy NM, Khedr MA, et al. Biliary atresia recent insight. Egypt Pediatr Assoc Gaz. 2018 Mar 1;66(1):1–8.
23. Squires RH, Ng V, Romero R, et al. Evaluation of the pediatric patient for liver transplantation: 2014 practice guideline by the american association for the study of liver diseases, american society of transplantation and the north american society for pediatric gastroenterology, hepatology and nutrition. Hepatology. 2014;60(1):362–98.
24. Pediatric Biliary Atresia Workup: Laboratory Studies, Imaging Studies, Other Tests. Updated: May 03, 2019. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/927029-workup#c3
25. Biliary Atresia. NORD (National Organization for Rare Disorders). Available from: https://rarediseases.org/rare-diseases/extrahepatic-biliary-atresia/
26. Campagna C, Bergamaschi R, Belotti T, et al. Primary sclerosing cholangitis in infants: Our experience. Dig Liver Dis. 2013 Sep 30;45:e306–7.
27. Dasgupta A. Liver Enzymes as Alcohol Biomarkers. In: Dasgupta A, editor. Alcohol and its Biomarkers. San Diego: Elsevier; 2015. p. 121–37. Available from: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780128003398000055
28. Zhang S, Wu Y, Liu Z, et al. Hepatic pathology of biliary atresia: A new comprehensive evaluation method using liver biopsy. Turk J Gastroenterol Off J Turk Soc Gastroenterol. 2016 May;27(3):257–63.
29. Eyken P, Fanni D, Faa G. Extrahepatic bile duct atresia from the pathologist’s perspective: pathological features and differential diagnosis. J Pediatr Neonatal Individ Med. 2014 Jun 1;3.
30. Yang L, Zhou Y, Xu P-P, et al. Diagnostic Accuracy of Serum Matrix Metalloproteinase-7 for Biliary Atresia. Hepatol Baltim Md. 2018;68(6):2069–77.

Epidemiologi Atresia Bilier
Penatalaksanaan Atresia Bilier
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 18 Agustus 2022, 13:34
Pasien anak perempuan usia > 1 tahun dengan BAB agak pucat
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo Dokter, ijin bertanya dokAn. D / prempuan/ 21 bulan datang dg keluhan warna bab agak pucat. Bab darah (-), diare (-),Muntah (-), demam (-), nyeri perut...
dr. Reren Ramanda
Dibalas 01 September 2021, 14:09
Nutrisi bayi atresia bilier - Anak Ask The Expert
Oleh: dr. Reren Ramanda
2 Balasan
Alo dr. Meta, izin bertanya dokter, pada bayi dengan atresia bilier, apakah nutrisi yang dianjurkan secara umum sama dengan bayi normal ya dok, dan adakah...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.