Epidemiologi Makrosomia
Data epidemiologi menunjukkan bahwa makrosomia lebih banyak dialami bayi laki-laki dibandingkan perempuan. Ini mungkin karena bayi laki-laki umumnya 150-200 g lebih besar dibandingkan bayi perempuan. Selain itu, kejadian makrosomia juga dilaporkan meningkat seiring dengan semakin lama usia kehamilan.[1,12,20]
Global
Angka kejadian makrosomia dilaporkan cenderung meningkat dalam dekade terakhir. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kejadian diabetes gestasional, obesitas prematernal, hingga kenaikan berat badan berlebih selama kehamilan. Dalam 20-30 tahun terakhir, prevalensi kelahiran bayi makrosomia dilaporkan sudah meningkat hingga 10%.
Epidemiologi makrosomia secara global dilaporkan berkisar pada angka 0,9-30% tergantung definisi yang digunakan, dengan median prevalensi sekitar 9-11%. Selain karena perbedaan definisi yang digunakan, variasi yang tinggi ini juga dipengaruhi oleh perbedaan prevalensi diabetes gestasional, obesitas maternal, asupan nutrisi, hingga rerata usia kehamilan di setiap negara.
Di Amerika Serikat, 7-8% bayi lahir dengan berat >4.000 g, sedangkan untuk kategori >4.500 g berkisar di angka 1%. Bahkan, terdapat 0,1% bayi di Amerika Serikat yang lahir dengan berat >5.000 g.
Di Asia, angka kejadian makrosomia bervariasi, dari 0,5% di beberapa wilayah di India sampai 13,9% menurut beberapa riset dari Cina. Sementara itu, pada negara-negara berkembang yang sebagian besar berada di Asia dan Afrika, dilaporkan angka kejadian makrosomia berkisar di 1-5%.[6-10]
Indonesia
Di Indonesia sendiri, berdasarkan Riskesdas 2018, proporsi bayi lahir ≥4.000 g berada di angka 3,7%.[10]
Mortalitas
Makrosomia berhubungan dengan peningkatan morbiditas maternal, terutama akibat komplikasi obstetri yang timbul dari ukuran janin yang besar. Risiko distosia bahu meningkat signifikan, yang dapat menyebabkan laserasi perineum derajat tinggi, perdarahan postpartum akibat atonia uteri, serta kebutuhan akan intervensi obstetri seperti ekstraksi vakum, forsep, atau seksio sesarea.
Pada janin dan neonatus, makrosomia meningkatkan risiko morbiditas perinatal seperti trauma lahir dan hipoglikemia neonatal. Selain komplikasi akut, bayi makrosomia juga mengalami peningkatan mortalitas, serta berisiko lebih tinggi mengalami obesitas dan resistensi insulin di kemudian hari.[1,12,20]