Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Prognosis Makrosomia annisa-meidina 2025-12-11T10:23:27+07:00 2025-12-11T10:23:27+07:00
Makrosomia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Prognosis Makrosomia

Oleh :
drg. Muhammad Garry Syahrizal Hanafi
Share To Social Media:

Prognosis makrosomia umumnya baik, tetapi bayi makrosomia lebih berisiko mengalami gangguan metabolik dan kardiovaskular di kemudian hari. Makrosomia juga berhubungan dengan peningkatan mortalitas maternal maupun neonatal. Komplikasi yang sering terjadi meliputi peningkatan kebutuhan seksio sesarea, distosia bahu, laserasi jalan lahir derajat tinggi, perdarahan postpartum, serta fraktur klavikula dan cedera pleksus brakialis pada bayi.[1,12,20]

Komplikasi

Komplikasi pada ibu mencakup peningkatan kebutuhan seksio sesarea, laserasi jalan lahir, dan perdarahan postpartum. Komplikasi pada bayi mencakup distosia bahu, cedera pleksus brakialis, fraktur mandibula, dan makrosomia.[18-21]

Komplikasi pada Ibu

Makrosomia janin meningkatkan risiko komplikasi obstetri maternal akibat ukuran janin yang melebihi kapasitas pelvis dan peregangan uterus yang berlebihan. Ibu dengan janin makrosomia memiliki insiden lebih tinggi terhadap persalinan memanjang, arrest of descent, dan kebutuhan seksio sesarea.

Persalinan pervaginam juga disertai peningkatan risiko laserasi perineum derajat III–IV, ruptur serviks, dan trauma jaringan lunak akibat desakan janin yang besar saat melewati jalan lahir. Kondisi ini sering memerlukan intervensi obstetri yang lebih invasif, dengan potensi peningkatan kehilangan darah dan waktu pemulihan postpartum.

Selain trauma jaringan, makrosomia juga dikaitkan dengan perdarahan postpartum akibat atonia uteri yang disebabkan oleh distensi uterus berlebihan, serta peningkatan risiko infeksi seperti korioamnionitis. Ibu dengan bayi makrosomia, khususnya pada kehamilan dengan diabetes melitus, juga memiliki risiko lebih tinggi terhadap disfungsi endotel postpartum yang berpotensi memperburuk morbiditas jangka panjang.[1,12,20]

Komplikasi pada Bayi

Bayi makrosomia memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami trauma neonatal. Contoh trauma yang mungkin didapatkan adalah distosia bahu, fraktur klavikula, cedera pleksus brakialis, fraktur mandibula, dan dislokasi sendi temporomandibular (TMJ). Trauma ini dapat mengganggu kemampuan menyusu, menimbulkan nyeri yang membuat bayi akan tidak tenang, hingga risiko infeksi jika tidak ditangani cepat.

Selain trauma neonatus, kondisi hipoglikemia neonatal dan makroglosia juga merupakan salah satu komplikasi dari makrosomia. Lidah yang lebih besar dari normal dapat menyebabkan obstruksi jalur napas, menghambat proses menyusu, hingga menekan lengkung dental ke arah anterior yang dapat mengakibatkan maloklusi, cross bite atau open bite anterior.

Cross bite dan open bite anterior anak makrosomik dapat diperparah oleh hipertrofi adenoid atau tonsil. Hipertrofi adenoid dan tonsil juga akan berdampak pada fungsi mastikasi, artikulasi bicara, hingga risiko sleep-disordered breathing.

Paparan glukosa berlebih saat fase intrauterin juga dapat mengganggu odontogenesis, yang mengakibatkan enamel hipoplasia atau opasitas, sehingga meningkatkan risiko karies. Selain risiko karies, gangguan odontogenesis juga dapat mengakibatkan gangguan waktu erupsi gigi decidui.[18-21]

Prognosis

Sebagian besar bayi makrosomia yang lahir tanpa komplikasi mayor memiliki luaran jangka pendek yang baik, namun risiko komplikasi obstetri dan neonatal meningkat secara bermakna seiring peningkatan berat lahir. Distosia bahu terjadi pada sekitar 9–14% jika berat lahir melebihi 4.500 g, dan bahkan mencapai 20–50% pada ibu dengan diabetes.

Komplikasi utama yang terkait dengan distosia bahu adalah fraktur klavikula dan cedera pleksus brakialis (C5–C6) yang dapat menyebabkan Erb–Duchenne paralysis. Fraktur klavikula terjadi pada 0,4–0,6% dari seluruh kelahiran dan biasanya pulih tanpa sekuele permanen, namun pada bayi makrosomia risikonya meningkat hingga 10 kali lipat dibandingkan bayi dengan berat normal.

Risiko cedera pleksus brakialis meningkat 18–21 kali lipat pada persalinan pervaginam dengan berat lahir di atas 4.500 g, dengan angka kejadian absolut 2,6–7%. Meskipun demikian, prognosis jangka panjang umumnya baik karena 80–90% kasus cedera pleksus brakialis pulih sempurna dalam satu tahun pertama kehidupan.

Trauma neonatal umumnya dapat ditangani secara konservatif selama tidak disertai dislokasi masif, mengingat potensi remodeling tulang anak yang tinggi. Bila ada cedera kompleks atau keterlambatan terapi, risiko infeksi dan deformitas rahang bisa meningkat, tapi hasil jangka panjang tetap baik jika perawatan multidispliner dilakukan sedari dini.

Makroglosia ringan sering membaik seiring dengan pertumbuhan anak. Namun, jika sudah menyebabkan obstruksi jalan napas atau gangguan mastikasi yang parah, maka reduksi lidah perlu dipertimbangkan untuk dilakukan, meskipun dengan risiko berkurangnya sensasi lidah. Selain itu, observasi berkelanjutan perlu dilakukan untuk melihat perkembangan lengkung dental dan oklusi.[1,12,20]

Referensi

1. Patel EA. Macrosomia. Medscape, 2024. https://emedicine.medscape.com/article/262679-overview
12. Nguyen MT, Ouzounian JG. Evaluation and Management of Fetal Macrosomia. Obstet Gynecol Clin North Am. 2021 Jun;48(2):387-399. doi: 10.1016/j.ogc.2021.02.008.
18. Yang ST, Liu CH, Wang PH. Minimizing the risk of macrosomia. Journal of the Chinese Medical Association. 2023. 86:536–537
19. Pascon T, Barbosa AMP, Cordeiro RCL, et al. Prenatal exposure to gestational diabetes mellitus increases developmental defects in the enamel of offspring. PLoS One. 2019. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0211771
20. ACOG. Macrosomia: ACOG Practice Bulletin, Number 216. Obstet Gynecol. 2020 Jan;135(1):e18-e35. doi: 10.1097/AOG.0000000000003606.
21. Garmash O V. Oral Health Abnormalities in Children Born with Macrosomia Established During Mixed Dentition Period. Wydawnictwo Aluna, 2019. 72:823–831

Penatalaksanaan Makrosomia
Edukasi dan Promosi Kesehatan Ma...

Artikel Terkait

  • Risiko Diabetes Gestasional Akibat Pemberian Antipsikotik pada Awal Kehamilan
    Risiko Diabetes Gestasional Akibat Pemberian Antipsikotik pada Awal Kehamilan
  • Pentingnya Penanganan Diabetes pada Kehamilan secara Komprehensif
    Pentingnya Penanganan Diabetes pada Kehamilan secara Komprehensif
  • Deteksi Dini Risiko Diabetes Gestasional
    Deteksi Dini Risiko Diabetes Gestasional
  • Mitos vs Fakta Mengenai Nutrisi dalam Kehamilan
    Mitos vs Fakta Mengenai Nutrisi dalam Kehamilan
  • Perbandingan Efikasi dan Keamanan antara Obat Hipoglikemik Oral dan Insulin pada Diabetes Gestasional
    Perbandingan Efikasi dan Keamanan antara Obat Hipoglikemik Oral dan Insulin pada Diabetes Gestasional

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
Dibuat 03 September 2024, 13:56
Diabetes dalam kehamilan dan makrosomia
Oleh: dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
0 Balasan
https://youtu.be/vmH6f62mUosDiabetes dalam kehamilan terdiri dari dua kategori: diabetes gestasional (diabetes yang muncul selama kehamilan) dan diabetes...
dr.Yusuf Haz Condeng Sp.PD, AIFO-K
Dibuat 02 Agustus 2024, 11:38
Penggunaan HbA1c untuk Prediksi dan Stratifikasi Risiko Diabetes Gestasional di Awal Kehamilan
Oleh: dr.Yusuf Haz Condeng Sp.PD, AIFO-K
0 Balasan
#### Latar BelakangTes toleransi glukosa oral (OGTT) adalah metode standar untuk mendeteksi diabetes gestasional dan biasanya dilakukan pada usia kehamilan...
PIIS2213858724001517.pdf
Anonymous
Dibalas 07 Maret 2023, 08:22
Cara menghitung HOMA-IR dan HOMA-B dan interpretasinya
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodokter, izin bertanya pada wanita 29 tahun dengan riwayat DM gestasional, glukosa puasa tertinggi mencapai 130. saat ini memeriksakan kadar insulin puasa...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.