Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Bruxism general_alomedika 2025-04-25T10:43:47+07:00 2025-04-25T10:43:47+07:00
Bruxism
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Bruxism

Oleh :
Drg. Rifa Astari Gumay
Share To Social Media:

Bruxism atau menggertakkan (grinding) gigi adalah aktivitas otot rahang berulang yang ditandai dengan mengatupkan (clenching) dan mendorong (thrusting) mandibula. Menurut The Academy of Prosthodontics, bruxism merupakan aktivitas parafungsional menggertakkan gigi geligi yang dilakukan tanpa disadari dan berulang serta tidak beraturan. Kondisi ini dapat menyebabkan trauma oklusal.[1-3]

Bruxism dapat terjadi saat sedang beraktivitas atau dikenal dengan awake bruxism (AB), dan dapat terjadi sewaktu tidur atau sleep bruxism (SB). Awake bruxism umumnya bersifat semi volunter dan sering dikaitkan dengan pengalaman stres yang disebabkan tekanan pekerjaan atau masalah keluarga. 

Bruxism-min

Sleep bruxism bersifat involunter dan umumnya terjadi saat fase tidur non-REM (non-rapid eye movement). Selain itu, terdapat occasional bruxism yang umum terjadi, terutama pada masa kanak-kanak.[2-5]

Bruxism jarang menimbulkan masalah bermakna, tapi bisa memiliki signifikansi klinis jika mengganggu tidur atau menyebabkan masalah pada gigi geligi dan rahang. Untuk mendiagnosis, terkadang dokter perlu melakukan pemeriksaan dengan menggunakan perangkat intraoral yang merekam aktivitas otot (misalnya menggunakan elektromiografi atau polisomnografi).[6,7]

Pasien bruxism bisa sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan penanganan khusus dan dokter perlu menghindari overtreatment. Jika bruxism sudah menimbulkan kerusakan pada gigi dan jaringan sekitar dapat dilakukan penanganan berupa penggunaan occlusal splint, restorasi gigi yang rusak, terapi endodontik jika pulpa terekspos akibat keausan gigi, ataupun konsumsi analgesik dan relaksan otot untuk mengatasi nyeri dan kaku rahang. Pasien bruxism juga mungkin memerlukan psikoterapi untuk mengurangi tingkat stres dan kecemasan.[1-4]

Referensi

1. Gerstner GE. Sleep-related Bruxism (Tooth Grinding). UpToDate, 2020. https://www.uptodate.com/contents/sleep-related-bruxism-tooth grinding#H2564351055
2. Kanathila H, Pangi A, et al. Diagnosis and Treatment of Bruxism: Concepts From Past to Present. International J Applied Dent Scien. 2018; 4(1). 290-295
3. Manfredini D, Colona A, et al. Bruxism: A Summary of Current Knowledge on Aetiology, Assessment and Management. Oral Surgery. 2020. 358-370. doi:10.1111/ors.1245
4. Shetty S, Pitti V, et al. Bruxism : A Literature Review. J Indian Prosthodontic Soc. 2010; 10(3). 141-148. DOI 10.1007/s13191-011-0041-5
5. Wendari S, et al. Bruksisma. Dentofasial. 2011; 10(3). 184-189
6. Bulanda S, Ryputa DIm et al. Sleep Bruxism in Children: Etiology, Diagnosis, and Treatment- A Literature Review. Int J Environ Res Public Health. 2021; 18(9544). 1-9. https://doi.org/10.3390/ijerph18189544
7. Raphael KG, Santiago V, Lobbezoo F. Is bruxism a disorder or a behaviour? Rethinking the international consensus on defining and grading of bruxism. J Oral Rehabil. 2016;43(10):791-798. doi:10.1111/joor.12413

Patofisiologi Bruxism
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 03 November 2022, 12:46
Cara mencegah bruxism pada anak - Kedokteran Gigi Anak Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dok, apa saja ya cara untuk mencegah bruxism pada anak? Terima kasih banyak Dok

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.