Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Bruxism general_alomedika 2025-04-22T14:50:17+07:00 2025-04-22T14:50:17+07:00
Bruxism
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Bruxism

Oleh :
Drg. Rifa Astari Gumay
Share To Social Media:

Diagnosis bruxism dapat ditegakkan berdasarkan laporan mandiri pasien yang mengalami aktivitas menggertakan gigi saat tidur atau terbangun, pengamatan oleh dokter atau orang di sekitar pasien, dan pemeriksaan klinis.[6,7,12]

Bruxism secara umum dibedakan menjadi 2, yaitu:

  • Sleep bruxism: adalah aktivitas otot pengunyahan selama tidur yang dapat bersifat ritmik (phasic) atau non ritmik (tonik), dan bukan merupakan bagian dari gangguan gerakan atau gangguan tidur pada individu yang sehat

  • Awake bruxism: adalah aktivitas otot pengunyahan selama terjaga yang ditandai dengan kontak gigi yang berulang atau berkelanjutan, dengan menekan atau mendorong mandibula, dan bukan merupakan gangguan pergerakan pada individu yang sehat

Pada individu yang sehat, bruxism seyogyanya tidak dianggap sebagai gangguan, melainkan sebagai perilaku yang dapat menjadi faktor risiko terhadap konsekuensi klinis tertentu, misalnya keausan gigi.[6,7,12]

The International Classification of Sleep Disorders (ICSD) telah merumuskan kriteria untuk mendiagnosis sleep bruxism. Meski begitu, kriteria ini mungkin bisa diekstrapolasikanpada awake bruxism. Menurut ICSD, kriteria sleep bruxism mencakup adanya bunyi gemeretak gigi yang reguler atau sering, diikuti dengan salah satu tanda klinis berikut:

  • Keausan gigi abnormal yang berkaitan dengan laporan menggertakkan gigi
  • Rasa lelah atau nyeri otot rahang transien, dan atau nyeri kepala temporal, dan atau rahang terkunci saat bangun tidur yang konsisten dengan laporan menggertakkan gigi sewaktu tidur[1,19]

Pendekatan konsensus di antara para ahli multidisiplin telah menyempurnakan sistem multidimensi pertama untuk evaluasi bruxism, yaitu Standardised Tool for the Assessment of Bruxism (STAB). STAB adalah sebuah instrumen yang dikembangkan untuk memberikan evaluasi multidimensi terhadap status bruxism, kondisi komorbiditas, etiologi dan konsekuensinya. Alat ini terdiri dari dua sumbu, yaitu: 

  • Sumbu A: evaluasi status dan konsekuensi bruxism
  • Sumbu B: risiko bruxism, faktor etiologi, dan komorbiditas [21]

Anamnesis

Bruxism dapat terjadi saat kondisi tidur (sleep bruxism) dan saat sedang beraktivitas sehari-hari (awake bruxism). Saat melakukan anamnesis pada pasien yang dicurigai memiliki bruxism, beberapa pertanyaan yang perlu diajukan antara lain:

  • Apakah pasien sadar memiliki kebiasaan menggertakan atau menggesekkan gigi selama melakukan aktivitas sehari-harinya?
  • Apakah orang di sekitar pasien pernah mendengar pasien menggertakan atau menggesekkan gigi saat tidur?
  • Adanya keluhan sakit kepala saat terbangun di pagi hari, keluhan rasa sakit pada gigi atau gusi, terutama saat baru bangun tidur

Pasien bruxism biasanya memiliki keluhan gigi sensitif terhadap panas dan dingin akibat kerusakan permukaan oklusal dan insisal gigi, serta keluhan rasa sakit dan kaku pada rahang. Pasien juga dapat mengalami kesulitan membuka mulut lebar saat baru bangun tidur, merasakan sendi rahang berbunyi (clicking)  jika digerakkan, serta sendi rahang terasa tegang. 

Keluhan lain yang mungkin ada adalah nyeri otot wajah disertai sakit kepala yang dapat terjadi karena kontraksi otot yang intens.[2,4,6,13]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan klinis bruxism terbagi atas pemeriksaan ekstraoral dan inspeksi kondisi intraoral.

Pemeriksaan Ekstraoral

Pemeriksaan ekstraoral meliputi:

  • Evaluasi otot rahang
  • Adanya perubahan simetri wajah
  • Kondisi sendi temporomandibula
  • Kondisi otot rahang

Untuk mengetahui adanya gangguan pada sendi temporomandibula, dilakukan palpasi untuk evaluasi adanya clicking, krepitus, dan hipertrofi otot. Minta pula pasien membuka mulut untuk mendeteksi adanya gangguan pergerakan. Temuan lain dari pemeriksaan ekstraoral dapat berupa hipertrofi otot masseter atau temporal, degenerasi sendi, dan diskus yang abnormal.[2,4,6,13]

Pemeriksaan Intraoral

Inspeksi intraoral meliputi pemeriksaan kondisi gigi secara menyeluruh. Efek bruxism terhadap gigi antara lain keausan gigi, chipping enamel gigi, fraktur gigi atau fraktur restorasi, penebalan ligamen periodontal, kegoyangan gigi, maupun resesi gingiva.

Gigi dan Restorasinya, evaluasi gigi menggunakan dari perspektif kuantitatif dan kualitatif yang disarankan berdasarkan TWES (Tooth Wear Evaluation System). 

Inspeksi area mukosa pipi dan lidah, biasanya terdapat linea alba, tongue scalloping atau indentasi lidah, dan lesi traumatik. Pada posisi lidah dilakukan modifikasi skot Friedman. Eksositosis dan torus pada tulang rahang juga sering ditemukan pada penderita bruxism.[2,4.6,13, 21]

Diagnosis Banding

Bruxism perlu dibedakan dengan kelainan tidur seperti parasomnia, penyebab keausan gigi lainnya, dan kelainan neurologis. Kondisi ini juga perlu dibedakan dengan aktivitas orofasial fungsional seperti mengunyah, menelan, dan berbicara.[1,3,9]

Gerakan Orofasial Lain

Batas gerakan normal dan gerakan orofasial patologis saat tidur kadang sulit dibedakan dengan bruxism. Gerakan orofasial lain dapat berupa gerakan seperti mengunyah, menelan, berbicara dalam tidur, expiratory groaning (catathrenia), parasomnia, dan terkadang nocturnal seizure. Pendeskripsian bentuk gerakan dan suara yang diberikan oleh teman tidur pasien saat anamnesis sangat membantu dalam membedakan keduanya.[1]

Penyebab Keausan Gigi Lain

Diagnosis banding dari keausan gigi sangatlah luas. Praktisi seringkali kesulitan untuk membedakan keausan gigi yang disebabkan oleh bruxism dengan keausan gigi yang disebabkan oleh etiologi lainnya. Sulit juga membedakan keausan gigi yang aktif dan kronis atau statis.

Oleh karena itu, penting mengidentifikasi faktor risiko dan penyebab keausan gigi, seperti erosi kimia akibat pola diet, refluks gastroesofageal, bulimia nervosa, atau xerostomia. Keausan gigi juga bisa disebabkan oleh penuaan.[1]

Kelainan Sendi Temporomandibula

Nyeri atau kaku pada otot rahang, gigi, dan dahi merupakan beberapa gejala yang dapat timbul pada kasus bruxism. Namun, dokter perlu mempertimbangkan kemungkinan kelainan sendi temporomandibula sebagai penyebab dari keluhan-keluhan tersebut. Dokter dapat membedakan kelainan sendi temporomandibula dengan melalui adanya riwayat menggertakan gigi, keausan gigi, dan hasil pemeriksaan polysomnography.[1]

Oromandibular Dystonia

Oromandibular dystonia (OMD) adalah salah satu bentuk dari dystonia, yang merupakan kondisi yang ditandai dengan kontraksi otot yang berlangsung lama tanpa disadari. Gejala klinis yang timbul berupa spasme otot berulang, twisting, dan lambat pada mandibula, lidah, dan bibir.[3]

Penyakit Huntington

Penyakit Huntington merupakan kelainan neurodegeneratif autosomal dominan, yang ditandai dengan adanya disfungsi kognitif, perilaku, motorik, dan afektif. Kondisi ini ditandai dengan gerakan tubuh yang tidak dapat diprediksi dan irregular. Sleep bruxism dapat menyertai kondisi ini. Pemeriksaan neurologis perlu dilakukan untuk mengidentifikasi adanya gangguan kognitif, gangguan perilaku, dan gangguan motorik. Pemeriksaan genetik juga dapat membantu penegakan diagnosis.[3]

Penyakit Parkinson

Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang ditandai dengan 3 gejala kardinal, yaitu tremor saat istirahat, rigiditas, dan bradikinesia. Pada saat tidur, penderita mengalami kesulitan menelan dan mengeluarkan air liur secara berlebihan. Penegakan diagnosis penyakit Parkinson dilakukan secara klinis.[3]

Parasomnia

Parasomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan aktivitas fisik atau perilaku abnormal yang terjadi saat tidur atau pada saat fase transisi dari terbangun ke tidur. Parasomnia dapat terjadi pada fase non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). 

Hal yang dicatat selama pemeriksaan adalah aktivitas gelombang otak, gerakan mata, aktivitas elektromiografi submental, aliran udara hidung dan mulut, tekanan rongga hidung, usaha napas, saturasi oksihemoglobin, denyut jantung, dan gerakan kaki.

REM sleep without atonia (RSWA) harus ditemukan untuk menegakkan diagnosis parasomnia. Pada polisomnografi dapat ditemukan peningkatan aktivitas otot skelet transien dan fasik pada submental atau tungkai.[1,3,14,15]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk mengevaluasi aktivitas bruxism dapat menggunakan perangkat intraoral dan alat masticatory muscle electromyography.

Perangkat Intraoral

Perangkat intraoral mengevaluasi aktivitas bruxism dengan observasi faset keausan gigi dan mengukur kekuatan beban kunyah yang diaplikasikan pada alat. Namun keakuratan metode ini belum dapat dikonfirmasi secara pasti dan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Pada bruxism, dapat ditemukan pola keausan di occlusal splint yang berulang pada area yang sama, dengan pola dan arah yang sama.[2,4]

Keasaman intraoral dapat dijadikan pilihan sebagai penanda yang berhubungan dengan stress atau GERD yang di induksi dari perubahan saliva. [21]

Bruxcore Bruxism Monitoring Device (BBMD)

Bruxcore Bruxism Monitoring Device (BBMD) digunakan untuk menilai aktivitas bruxism saat tidur. Plat bruxcore mengevaluasi aktivitas bruxism dengan menghitung jumlah mikrodot terabrasi pada permukaannya dan menilai besarnya volumetrik abrasi. BBMD Kedua parameter tersebut digabungkan sehingga diperoleh indeks jumlah aktivitas bruxism. Sayangnya, alat ini belum tersedia di Indonesia.[2,4]

Polisomnografi

Rekaman polisomnografi (sleep laboratory) untuk sleep bruxism umumnya mencakup sinyal elektroensefalogram (EEG), electromyography (EMG), elektrokardiogram (EKG), dan resistor sensitif termal bersama dengan rekaman audio-video simultan. Dalam pengaturan alat, proses rekaman sangat terkontrol, sehingga gangguan tidur seperti sleep apnea dan insomnia dapat dikesampingkan. 

Selain itu, aktivitas orofasial seperti menelan dan batuk saat tidur juga dapat dibedakan dengan aktivitas sleep bruxism. Namun, rekaman polisomnografi memiliki keterbatasan jika terjadi perubahan lingkungan tidur yang dapat mempengaruhi perilaku bruxism sebenarnya.

Kriteria diagnostik bruxism dengan menggunakan polisomnografi adalah:

  • Memiliki episode bruxism lebih dari 4 kali/jam
  • Memiliki bruxism burst lebih dari 6 per episode atau 25 bruxism burst per jam sewaktu tidur

  • Minimal 2 episode suara gemeretak gigi

Pada pemeriksaan polisomnografi, sleep bruxism dicirikan dengan rhythmic masticatory muscles activity (RMMA) pada frekuensi sekitar 1 Hz, yang biasanya dikaitkan dengan microarousal sewaktu tidur.[1,2,4,16]

Masticatory Muscle Electromyography

Alat masticatory muscle electromyography sudah umum digunakan untuk menghitung aktivitas sleep bruxism secara langsung. Keuntungan dari metode ini adalah aktivitas bruxism dapat dinilai tanpa menggunakan perangkat intra oral  yang dapat mengubah aktivitas bruxism alami. Meski demikian, kemampuan alat ini dalam mendeteksi aktivitas sleep bruxism lebih inferior jika dibandingkan dengan polisomnografi.

Alat ini tidak mampu membedakan aktivitas orofasial lainnya seperti terbangun, berbicara, batuk dengan sleep bruxism. Selain itu, kelainan tidur atau perubahan fisiologis yang berkaitan dengan sleep bruxism (seperti microarousal, takikardia dan sleep-stage shift) tidak dapat di observasi.[2,4]

Referensi

1. Gerstner GE. Sleep-related Bruxism (Tooth Grinding). UpToDate, 2020. https://www.uptodate.com/contents/sleep-related-bruxism-tooth grinding#H2564351055
2. Kanathila H, Pangi A, et al. Diagnosis and Treatment of Bruxism: Concepts From Past to Present. International J Applied Dent Scien. 2018; 4(1). 290-295
3. Manfredini D, Colona A, et al. Bruxism: A Summary of Current Knowledge on Aetiology, Assessment and Management. Oral Surgery. 2020. 358-370. doi:10.1111/ors.1245
4. Shetty S, Pitti V, et al. Bruxism : A Literature Review. J Indian Prosthodontic Soc. 2010; 10(3). 141-148. DOI 10.1007/s13191-011-0041-5
6. Bulanda S, Ryputa DIm et al. Sleep Bruxism in Children: Etiology, Diagnosis, and Treatment- A Literature Review. Int J Environ Res Public Health. 2021; 18(9544). 1-9. https://doi.org/10.3390/ijerph18189544
7. Raphael KG, Santiago V, Lobbezoo F. Is bruxism a disorder or a behaviour? Rethinking the international consensus on defining and grading of bruxism. J Oral Rehabil. 2016;43(10):791-798. doi:10.1111/joor.12413
9. Lavigne GJ, Khoury S, et al. Bruxism physiology and pathology: an overview for clinicians. Journal of Oral Rehabilitation, 2008. 35: 476–494. doi:10.1111/j.1365-2842.2008.01881.x
12. Lobbezoo F, Ahlberg J, Raphael KG, et al. International consensus on the assessment of bruxism: Report of a work in progress. J Oral Rehabil. 2018;45(11):837-844. doi:10.1111/joor.12663
13. Kurnikasari E. Berbagai Teknik Penanganan Bruksisme. JMKG. 2013; 2(1). 36-42
14.Singh S, Muacevic A, Adler J. Parasomnia: A Comprehensive Review. Cureus. 2018. 10(12): e3807.
15.Fleetham JA, Fleming JA. Parasomnias. CMAJ. 2014;186(8):E273-E280. doi:10.1503/cmaj.120808
16. Burgers J. Bruxism Management. Medscape, 2017. https://emedicine.medscape.com/article/2066277-overview#a4
19. American Academy of Sleep Medicine. International Classification of Sleep Disorders: Diagnostic and Coding Manual, 3rd ed, American Academy of Sleep Medicine, Westchester, IL 2014.
21. Manfredini D, Ahlberg J,et al. Standardised Tool for the Assessment of Bruxism. J Oral Rehabil. 2024 Jan;51(1):29-58. doi: 10.1111/joor.13411. Epub 2023 Feb 10. PMID: 36597658.

Epidemiologi Bruxism
Penatalaksanaan Bruxism
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 03 November 2022, 12:46
Cara mencegah bruxism pada anak - Kedokteran Gigi Anak Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dok, apa saja ya cara untuk mencegah bruxism pada anak? Terima kasih banyak Dok

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.