Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Glomerulonefritis general_alomedika 2024-06-11T15:42:20+07:00 2024-06-11T15:42:20+07:00
Glomerulonefritis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Glomerulonefritis

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Diagnosis glomerulonefritis dapat ditentukan secara pasti dengan biopsi ginjal. Gejala klinis glomerulonefritis bisa bervariasi tergantung tipenya, yaitu akut atau kronis. Pada glomerulonefritis akut akibat infeksi, pasien mungkin mengalami edema wajah, urine berwarna gelap, demam, dan nyeri abdomen. Pada glomerulonefritis kronis, pasien umumnya mengalami gejala penyakit ginjal kronis.[3,6,8]

Anamnesis

Gejala pasien glomerulonefritis bervariasi, mulai dari asimtomatik sampai sakit berat. Glomerulonefritis dapat dibedakan berdasarkan onset menjadi akut dan kronis. Salah satu kasus glomerulonefritis akut yang sering ditemukan adalah post-streptococcal glomerulonephritis (PSGN).[3]

PSGN lebih sering terjadi pada anak laki-laki berusia 2–14 tahun, sekitar 1–2 minggu setelah faringitis atau 2–5 minggu setelah infeksi kulit. Gejala dapat berupa edema pada wajah dan area periorbital, urine berwarna gelap, dan gejala nonspesifik seperti demam, nyeri abdomen, dan lemah.[3]

Pada pasien glomerulonefritis kronis, penyakit ginjal kronis umumnya sudah terjadi dan sudah ada tanda uremia seperti fatigue, pruritus, mual-muntah saat pagi hari, hilang nafsu makan, penurunan berat badan, gangguan pola tidur, kejang, dan tremor.[6]

Gejala sistemik juga dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis tergantung pada penyebab yang mendasari. Sebagai contoh, gejala hemoptisis dapat ditemukan pada pasien sindrom Goodpasture atau glomerulonefritis idiopatik progresif. Ruam purpura juga dapat ditemukan pada glomerulonefritis akibat vaskulitis hipersensitif dan akibat krioglobulinemia.[6,8,23]

Berikut ini merupakan beberapa kumpulan gejala sistemik yang dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis:

  • Konstitusional: demam, menggigil, penurunan berat badan, keringat malam, dan lemas
  • Neurologi: nyeri kepala, kejang
  • Oftalmologi: penurunan tajam penglihatan, nyeri mata
  • Telinga, hidung, dan tenggorokan: epistaksis, batuk, pilek, hidung tersumbat, dan luka pada mulut
  • Kardiovaskular: nyeri dada
  • Paru-paru: sesak napas, hemoptisis
  • Abdomen: ascites, nyeri abdomen
  • Kulit: purpura atau ruam
  • Muskuloskeletal: artralgia, myalgia[6,8,23]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien glomerulonefritis dilakukan secara menyeluruh untuk mencari penyebab yang mendasari. Penemuan tanda uremia umumnya menunjukkan glomerulonefritis dengan onset kronis.[3,6,8]

Tanda Vital

Pemeriksaan fisik dapat diawali dengan pemeriksaan tanda vital pasien. Hipertensi dan demam dapat ditemukan pada glomerulonefritis.[3,6,8]

Tanda Akumulasi Cairan

Berikut ini merupakan tanda akumulasi cairan yang dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis:

  • Edema periorbital
  • Edema pitting pada tungkai
  • Peningkatan tekanan vena jugularis
  • Suara crackles pada paru
  • Ascites
  • Efusi pleura[3,6,8]

Tanda Uremia

Tanda-tanda uremia merupakan salah satu karakteristik glomerulonefritis kronis. Berikut ini merupakan tanda-tanda uremia yang dapat ditemukan pada glomerulonefritis kronis:

  • Hipertensi
  • Peningkatan tekanan vena jugularis
  • Tanda edema paru, yaitu suara rales pada paru
  • Friction rub perikardial

  • Gastritis uremik enteropati yang ditandai nyeri tekan regio epigastrik atau darah pada feses
  • Penurunan sensasi dan asterixis atau flapping tremor[3,6,8]

Tanda Lainnya

Berikut ini merupakan tanda klinis lain yang dapat ditemukan pada glomerulonefritis:

  • Mata: konjungtiva anemis, retinitis, uveitis, xanthelasma

  • Telinga, hidung, tenggorokan: faringitis, ulkus mulut, sinusitis, epistaksis
  • Kulit: ruam atau purpura
  • Kardiovaskular: murmur jantung
  • Urogenitalia: hematuria makroskopik atau mikroskopik dan nyeri ketok daerah kostovertebra
  • Neurologi: penurunan kesadaran, kejang, neuropati perifer
  • Ekstremitas: iskemia atau infark digital
  • Muskuloskeletal: arthritis, nyeri tekan, dan pembengkakan sendi
  • Metabolik: peningkatan berat badan, anoreksia[3,6,8]

Diagnosis Banding

Beberapa penyakit urogenital dapat menyerupai glomerulonefritis, seperti batu ginjal, kanker ginjal, dan kanker buli.

Batu Ginjal

Batu ginjal atau nefrolitiasis dapat menyebabkan gross hematuria yang juga dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis. Akan tetapi, pada nefrolitiasis, hematuria umumnya diiringi dengan nyeri berkemih dan nyeri alih sesuai posisi batu. Pemeriksaan ultrasonografi ginjal dapat membedakannya dengan glomerulonefritis.[7]

Kanker Buli

Kanker buli dan glomerulonefritis dapat memiliki gejala yang serupa, yaitu hematuria tanpa rasa nyeri. Pada kanker buli, riwayat merokok pada pasien umumnya dapat ditemukan. Kanker buli dapat dibedakan dengan glomerulonefritis dengan pemeriksaan sistoskopi dan biopsi pada lesi.[7]

Kanker Ginjal

Kanker ginjal dapat memiliki gejala yang mirip dengan glomerulonefritis, seperti nyeri flank, demam, dan hematuria. Akan tetapi, pada pemeriksaan urinalisis, umumnya dokter hanya menemukan hematuria tanpa kelainan lain. Pada computed tomography (CT), dokter dapat menemukan massa renal.[7]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat membantu klinisi mengetahui penyebab yang mendasari glomerulonefritis.

Pemeriksaan Darah Lengkap

Anemia dapat terjadi pada pasien glomerulonefritis, yang ditandai dengan penurunan hemoglobin dan hematokrit. Pada glomerulonefritis akibat infeksi, leukositosis dapat ditemukan. Penurunan platelet dapat menunjukkan mikroangiopati trombotik.[3,6,24]

Peningkatan kreatinin, peningkatan blood urea nitrogen (BUN), dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) dapat ditemukan pada keadaan gagal ginjal. Laju endap darah juga umumnya ditemukan meningkat pada pasien glomerulonefritis.[3,6,24]

Urinalisis dan Studi Urine 24 Jam

Urine pada pasien glomerulonefritis umumnya memiliki warna gelap dengan gravitasi spesifik >1.020. Selain itu, dokter juga dapat menemukan sel darah merah pada urine. Proteinuria juga umum ditemukan pada glomerulonefritis yang memiliki presentasi klinis sindrom nefrotik dan sindrom nefritik.[3,6,24]

Pada sindrom nefrotik, ekskresi protein urine >3.500 mg/24 jam atau perbandingan protein dengan kreatinin >3.000 mg/g pada dewasa. Proteinuria dengan hematuria umumnya ditemukan pada glomerulonefritis dengan presentasi klinis sindroma nefritik. Akan tetapi, proteinuria juga dapat ditemukan pada pasien muda keadaan sesaat, yang disebut sebagai isolated proteinuria.[3,6,24]

Serum Albumin

Pemeriksaan serum albumin dilakukan untuk mengetahui kerusakan filtrasi glomerulus. Semakin rendah serum albumin, semakin besar peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap albumin. Pada glomerulonefritis, penurunan serum albumin dan peningkatan proteinuria umum terjadi. Akan tetapi, bila serum albumin yang rendah disertai dengan kadar protein urine yang normal, maka kemungkinan penyebab turunnya kadar albumin adalah penurunan produksi albumin akibat penyakit hati.[3,6,24]

Lactic Acid Dehydrogenase

Pemeriksaan lactic acid dehydrogenase (LDH) dilakukan untuk mendeteksi hemolisis atau kerusakan otot. Tanpa kerusakan otot atau organ viseral, peningkatan LDH dapat menunjukkan hemolisis yang disebabkan oleh etiologi glomerulonefritis seperti trombotik mikroangiopati.[3,6,24]

Kadar Komplemen

Pemeriksaan kadar komplemen dapat membantu klinisi dalam menentukan etiologi glomerulonefritis. Kadar komplemen serum rendah ditemukan pada krioglobulinemia, lupus eritematosus sistemik, nefritis shunt, dan endokarditis bakterial. Sementara itu, kadar komplemen serum normal dapat ditemukan pada poliarteritis nodosa, sindrom Goodpasture, Henoch-schonlein purpura, dan abses viseral. Penurunan komplemen C3 dan C4 dapat ditemukan pada nefritis akut setelah infeksi Streptococcus.[3,6,24]

Antibodi Streptolysin-O

Peningkatan antibodi streptolysin-O (ASTO) dapat ditemukan pada 75–80% pasien post-streptococcal glomerulonephritis (PSGN) yang tidak mendapat antibiotik setelah 10–14 hari infeksi.[3,6,24]

Pemeriksaan Laboratorium Lain

Beberapa pemeriksaan laboratorium tambahan juga dapat dilakukan sesuai etiologi yang dicurigai. Berikut ini adalah contohnya:

  • Antineutrophil cytoplasmic autoantibodies (ANCA): dapat dilakukan pada pasien glomerulonefritis dengan vaskulitis

  • Autoantibodi antiglomerular basement membrane (GBM): autoantibodi anti-GBM dapat ditemukan meningkat pada glomerulonefritis akibat sindrom Goodpasture

  • Antibodi antinuklear: bisa digunakan untuk mendeteksi SLE (lupus eritematosus sistemik) dan penyebab autoimun lain
  • Hitung retikulosit: peningkatan hitung retikulosit yang disertai penurunan hitung platelet ditemukan pada hemolisis intravaskular akibat trombotik mikroangiopati
  • Antibodi anti-dsDNA: peningkatan anti-dsDNA dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis akibat SLE
  • Serologi virus hepatitis B, hepatitis C, dan HIV: deteksi hepatitis B, hepatitis C, dan HIV disarankan pada pasien glomerulonefritis untuk pencarian etiologi dan untuk rencana terapi imunosupresif
  • Faktor rheumatoid: pemeriksaan dilakukan untuk skrining krioglobulinemia tipe 2 dan 3 serta penyakit autoimun lain
  • D-dimer: peningkatan D-dimer menunjukkan peningkatan risiko penggumpalan darah, yang dapat ditemukan pada sindrom nefrotik berat dengan mikroangiopati trombotik
  • Aktivitas ADAMTS-13: bisa digunakan untuk mendeteksi glomerulonefritis akibat trombotik trombositopenia purpura (TTP)[3,6,24]

Radiologi

Rontgen toraks dilakukan pada pasien glomerulonefritis untuk mendeteksi sindrom pulmonal-renal dan komplikasi pulmonal lain seperti efusi pleura dan kardiomegali. CT kepala dilakukan pada pasien dengan hipertensi maligna dan gangguan kesadaran. CT abdomen dapat dilakukan bila ada kecurigaan abses viseral.[3,6,8,24]

Ultrasonografi ginjal dilakukan untuk mengetahui bentuk ginjal dan evaluasi adanya obstruksi dan fibrosis. Ukuran ginjal <9 cm menunjukkan jaringan parut dan penyakit ginjal kronis. Echocardiography bisa dilakukan pada pasien glomerulonefritis dengan kecurigaan endokarditis atau efusi perikardium.[3,6,8,24]

Biopsi Ginjal

Biopsi ginjal disarankan untuk menentukan diagnosis glomerulonefritis primer dan untuk pasien dengan riwayat keluarga berpenyakit ginjal dengan presentasi klinis atipikal. Berdasarkan hasil biopsi, glomerulonefritis dapat dibagi menjadi:

  • Immune complex-mediated glomerulonephritis: nefropati IgA, glomerulonefritis yang terkait infeksi, lupus nefritis, fibrillary glomerulonephritis

  • ANCA-associated glomerulonephritis: PR3-ANCA positif, MPO-ANCA positif

  • Anti-GBM glomerulonephritis
  • Monoclonal Ig-glomerulonephritis: PGNMD (proliferative glomerulonephritis with monoclonal Ig deposits), monoclonal Ig deposition disease (MIDD)

  • Glomerulopati C3: C3 glomerulonefritis, dense deposit disease (DDD)[3,8,25]

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

3. Parmar MS. Acute Glomerulonephritis. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/239278-over.
6. Salifu M. Chronic Glomerulonephritis. Medscape. 2017. https://emedicine.medscape.com/article/239392-clin.
7. Levy J. Glomerulonephritis. Epocrates. 2018. https://online.epocrates.com/diseases/20711/Glomer.
8. Radhakrishnan J, Glassock RJ, Rovin BH, Lam AQ. Glomerular disease: Evaluation and differential diagnosis in adults. UpToDate. 2018.
23. Khanna R. Clinical presentation & management of Glomerular Disease: Hematuria, Nephritic & Nephrotic Syndrome. Mo Med. 2011;108(1):33–6.
24. Hebert LA, Parikh S, Prosek J, Nadasdy T, Rovin BH. Differential diagnosis of glomerular disease: A systematic and inclusive approach. Am J Nephrol. 2013;38(3):253–6.
25. Sethi S, Fervenza FC. Standardized classification and reporting of glomerulonephritis. Nephrol Dial Transplant. 2019;34(2):193–9.

Epidemiologi Glomerulonefritis
Penatalaksanaan Glomerulonefritis

Artikel Terkait

  • Peran Mycophenolate Sodium pada Nefritis Lupus
    Peran Mycophenolate Sodium pada Nefritis Lupus
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 18 Januari 2023, 20:33
Edema pada anak usia 2,5 tahun dengan diagnosis mengarah glomerulonefritis akut
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodok, selamat sore dok...Anak perempuan usia 2,5 tahun datang dengan keluhan bengkak sejak 3 hari.Orang tua pasien mengataka wajah anaknya serasa beurbah...
dr. Felicia
Dibalas 09 Agustus 2022, 12:33
Cystatin-C dapat Digunakan untuk Menghitung Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus - Artikel SKP ALOMEDIKA
Oleh: dr. Felicia
2 Balasan
ALO DokterCystatin-C dipecah di tubulus ginjal untuk didaur ulang. Studi menunjukkan bahwa peningkatan kadar cystatin-C pada serum berhubungan erat dengan...
dr. Winardi Emmanuel Setiawan
Dibalas 17 November 2021, 21:07
Adult Acute Glomerulonephritis
Oleh: dr. Winardi Emmanuel Setiawan
3 Balasan
Alo Dokter, ijin sharing dan minta pendapat dokter sekalian.Pasien wanita, nona, usia 24 th datang dengan keluhan diare warna coklat, ampas > air tanpa...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.