Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Glomerulonefritis general_alomedika 2022-10-25T15:03:11+07:00 2022-10-25T15:03:11+07:00
Glomerulonefritis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Glomerulonefritis

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Penatalaksanaan glomerulonefritis disesuaikan dengan presentasi klinis, yaitu nefrotik, nefritik, rapidly progressive glomerulonephritis, atau glomerulonefritis kronis. Prinsip penatalaksanaan glomerulonefritis sekunder adalah menangani penyakit sistemik yang mendasari. Sementara itu, penatalaksanaan glomerulonefritis primer umumnya bersifat suportif yang disertai dengan terapi imunosupresif.[6,7,9,10]

Medikamentosa

Beberapa golongan obat yang dapat diberikan untuk glomerulonefritis adalah antibiotik, antihipertensi, kortikosteroid, imunosupresan, dan penurun lipid. Obat-obat ini dipilih sesuai dengan penyebab glomerulonefritis dan kondisi klinis tiap pasien.[6,7,9,10]

Antibiotik

Terapi antibiotik digunakan pada pasien glomerulonefritis akibat infeksi bakteri. Pada pasien post-streptococcal glomerulonephritis (PSGN), dokter dapat memberi antibiotik golongan penicillin, yaitu penicillin V 500 mg 2 kali sehari secara peroral selama 10 hari. Pilihan lain adalah penicillin G 900.000 unit secara intramuskular 1 kali sehari.[6,7,9,10]

Apabila pasien alergi penicillin, dokter dapat memilih azithromycin 500 mg 1 kali sehari secara peroral selama 5 hari atau clarithromycin 250–500 mg 2 kali sehari secara peroral selama 7‒10 hari.[6,7,9,10]

Antihipertensi

Target tekanan darah yang diharapkan pada pasien dengan penyakit ginjal adalah 130/80 mmHg. Pada beberapa studi, target tekanan darah <125/75 mmHg dianjurkan pada pasien dengan proteinuria >1 g/hari.[6,7,9,10]

Lini pertama antihipertensi yang disarankan adalah golongan angiotensin converting enzyme inhibitors (ACE-I) dan angiotensin receptor blockers (ARB). Selain menurunkan tekanan darah, antihipertensi golongan ACE-I dan ARB dapat menurunkan proteinuria sebanyak 40–50%.[6,7,9,10]

Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah:

  • Ramipril 5 mg 1 kali sehari peroral

  • Lisinopril 10 mg 1 kali sehari peroral

  • Enalapril 5 mg 1 kali sehari peroral

  • Candesartan 8–16 mg 1 kali sehari peroral

  • Irbesartan 150–300 mg 1 kali sehari peroral

Apabila ACE-I dan ARB tidak efektif dalam menurunkan tekanan darah, maka dokter dapat memberikan antihipertensi golongan diuretik, yaitu furosemide 40‒120 mg 1 kali sehari secara peroral. Diuretik dapat mengurangi edema pada pasien.[6,7,9,10]

Kortikosteroid

Kortikosteroid dan imunosupresan umumnya diberikan pada pasien glomerulonefritis sedang sampai berat, yaitu dengan klinis hematuria, proteinuria, dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Pilihan kortikosteroid pada pasien sindrom nefrotik adalah prednison 1 mg/kg/hari peroral, dengan penurunan dosis bertahap.[6,7,9,10]

Pada pasien glomerulonefritis rapidly progressive akibat kompleks imun, dokter dapat memberikan methylprednisolone 1 gram intravena 1 kali sehari selama 3 hari, lalu mengubah ke prednison 1 mg/kg/hari peroral. Turunkan dosis secara perlahan setelah terjadi remisi.[6,7,9,10]

Terapi Imunosupresan

Terapi imunosupresan umumnya diberikan pada glomerulonefritis derajat sedang sampai berat. Pada beberapa tipe glomerulonefritis dengan presentasi klinis sindrom nefritik, misalnya minimal change disease, focal and segmental glomerulosclerosis, dan mesangioproliferative glomerulonephritis, pasien mungkin memerlukan gabungan terapi imunosupresif dan kortikosteroid.[6,7,9,10]

Selain itu, pada glomerulonefritis rapidly progressive tipe anti-GBM, glomerulonefritis imun kompleks dengan lupus eritematosus sistemik, dan glomerulonefritis yang pauci-immune, terapi imunosupresif juga disarankan. Penggunaan imunosupresan harus diikuti pemberian antibiotik profilaksis berupa kotrimoksazol 80‒160 mg 1 kali sehari secara peroral untuk mencegah pneumocystis pneumonia.[6,7,9,10]

Agen imunosupresan yang dapat digunakan adalah:

  • Siklofosfamid 2 mg/kg 1 kali sehari peroral selama 2‒3 bulan

  • Mycophenolate mofetil (MMF) 1–1,5 gram 2 kali sehari peroral

  • Azathioprine 1‒2 mg/kg/hari peroral

  • Siklosporin[6,7,9,10]

Siklosporin:

Siklosporin diindikasikan untuk terapi lini kedua glomerulonefritis, terutama pada kasus steroid-resistant nephrotic syndrome pada anak. Siklosporin juga disarankan untuk dewasa dengan corticosteroid-resistant primary focal segmental glomerulosclerosis (FSGS).[10]

Siklosporin oral diberikan 2 kali atau setiap 12 jam sebelum makan. Dosis induksi untuk dewasa adalah 5 mg/kgBB/hari, sedangkan dosis anak adalah 6 mg/kgBB/hari. Untuk menjamin keamanan dan efektivitas siklosporin, dosis perlu disesuaikan secara individual berdasarkan status proteinuria, kreatinin serum, dan toleransi obat. Apabila fungsi ginjal terganggu (kecuali untuk proteinuria), dosis awal tidak boleh melebihi 2,5 mg/kgBB/hari.[29]

Pada tahap pemeliharaan (maintenance), dosis perlu diturunkan hingga level efektif terendah, dengan dosis maksimal 5 mg/kgBB/hari pada orang dewasa. Obat harus dihentikan jika perbaikan tidak terlihat setelah 3 bulan terapi.[29]

Siklosporin dianjurkan untuk pasien anak dengan sindrom nefrotik, terutama yang sensitif terhadap steroid dan gagal mempertahankan remisi setelah pengobatan dengan imunomodulator lain, seperti levamisole dan/atau mycophenolate mofetil (MMF). Data yang membandingkan MMF dan siklosporin memang masih terbatas. Namun, data yang ada saat ini menunjukkan bahwa MMF tidak lebih efektif daripada siklosporin dalam pencapain remisi.[30,31]

Agen Penurun Lipid

Agen penurun lipid dapat digunakan untuk mencegah penyakit kardiovaskular pada pasien glomerulonefritis dengan hiperlipidemia. Statin merupakan obat yang umum digunakan dan memiliki efikasi dalam memperbaiki profil lipid. Selain itu, statin juga dapat memberikan efek proteksi terhadap penurunan LFG pada pasien. Simvastatin dapat diberikan 10–20 mg sekali sehari peroral.[6,7,9,10]

Nonmedikamentosa

Tindakan plasmaferesis dan terapi pengganti ginjal (seperti dialisis atau transplantasi ginjal) dapat dipertimbangkan pada glomerulonefritis derajat berat.

Plasmaferesis

Plasmaferesis disarankan pada glomerulonefritis rapidly progressive tipe anti-GBM. Plasmaferesis dapat dilakukan tiap hari dengan penggantian 4 liter dan dengan albumin sebagai cairan pengganti selama 2–3 minggu.[6,7,9,10]

Terapi Pengganti Ginjal

Terapi pengganti ginjal dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal. Terapi ini merupakan pilihan terakhir pada tata laksana glomerulonefritis. Indikasi dialisis adalah saat ada LFG yang <15 ml/menit/1,73 m2, asidosis berat, hiperkalemia, gangguan elektrolit, uremia, dan overload cairan >10%.[6,26]

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

6. Salifu M. Chronic Glomerulonephritis. Medscape. 2017. https://emedicine.medscape.com/article/239392-clin.
7. Levy J. Glomerulonephritis. Epocrates. 2018. https://online.epocrates.com/diseases/20711/Glomer.
9. Arimura Y, Muso E, Fujimoto S, et al. Evidence-based clinical practice guidelines for rapidly progressive glomerulonephritis 2014. Clin Exp Nephrol. 2016;20(3):322–41.
10. Cattran DC, Feehally J, Cook HT, et al. Kidney disease: Improving global outcomes (KDIGO) glomerulonephritis work group. KDIGO clinical practice guideline for glomerulonephritis. Kidney Int Suppl. 2012;2(2):139–274.
26. Fleming GM. Renal replacement therapy review: Past, present and future. Organogenesis. 2011;7(1):2–12.
29. MIMS. Ciclosporin. 2021. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ciclosporin?mtype=generic
30. Larkins NG et al. Non-corticosteroid immunosuppressive medications for steroid-sensitive nephrotic syndrome in children. Cochrane Database Syst Rev. 2020;4:CD002290.
31. Niaudet P. Treatment of idiopathic nephrotic syndrome in children. Uptodate. 2020.

Diagnosis Glomerulonefritis
Prognosis Glomerulonefritis

Artikel Terkait

  • Peran Mycophenolate Sodium pada Nefritis Lupus
    Peran Mycophenolate Sodium pada Nefritis Lupus
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 18 Januari 2023, 20:33
Edema pada anak usia 2,5 tahun dengan diagnosis mengarah glomerulonefritis akut
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodok, selamat sore dok...Anak perempuan usia 2,5 tahun datang dengan keluhan bengkak sejak 3 hari.Orang tua pasien mengataka wajah anaknya serasa beurbah...
dr. Felicia
Dibalas 09 Agustus 2022, 12:33
Cystatin-C dapat Digunakan untuk Menghitung Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus - Artikel SKP ALOMEDIKA
Oleh: dr. Felicia
2 Balasan
ALO DokterCystatin-C dipecah di tubulus ginjal untuk didaur ulang. Studi menunjukkan bahwa peningkatan kadar cystatin-C pada serum berhubungan erat dengan...
dr. Winardi Emmanuel Setiawan
Dibalas 17 November 2021, 21:07
Adult Acute Glomerulonephritis
Oleh: dr. Winardi Emmanuel Setiawan
3 Balasan
Alo Dokter, ijin sharing dan minta pendapat dokter sekalian.Pasien wanita, nona, usia 24 th datang dengan keluhan diare warna coklat, ampas > air tanpa...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.