Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Abses Otak general_alomedika 2024-02-20T14:46:08+07:00 2024-02-20T14:46:08+07:00
Abses Otak
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Abses Otak

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Penatalaksanaan abses otak bertujuan untuk menurunkan efek desak ruang, peningkatan intrakranial, serta mengurangi infeksi yang terjadi. Penatalaksanaan abses otak meliputi kombinasi pemberian medikamentosa dan pembedahan. Penatalaksanaan terhadap fokus infeksi primer abses di luar otak seperti sinusitis, otitis media, dan karies gigi juga perlu dilakukan kemudian.[4,6]

Medikamentosa

Medikamentosa abses otak meliputi pemberian antimikroba berupa antibiotik, antifungal, atau antiprotozoa. Medikamentosa dapat diberikan terlebih dahulu pada abses yang lokasinya dalam, ukuran <2 cm, atau abses otak yang disertai gejala meningitis.[4]

Antibiotik

Antibiotik merupakan terapi lini pertama yang diberikan pada pasien abses otak. Prinsip pemberian antibiotik adalah secara intravena, spektrum luas, dan dosis tinggi. Antibiotik empiris untuk abses otak adalah cefotaxime atau ceftriaxone + metronidazole. Terapi alternatifnya adalah meropenem dengan atau tanpa vancomycin.

Pasien abses otak dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dapat diberikan cefotaxime atau ceftriaxone + metronidazole + pyrimethamine + sulfadiazine. Bisa juga ditambahkan dengan regimen obat antituberkulosis, yaitu rifampicin, isoniazid, pirazinamid, ethambutol bila terbukti ada infeksi tuberkulosis.[6,12]

Pasien abses otak dengan riwayat transplantasi dapat diberikan cefotaxime atau ceftriaxone + metronidazole + voriconazole + trimethoprim-sulfamethoxazole atau sulfadiazine.[6,12]

Rekomendasi regimen antimikroba berdasarkan dari mikroorganisme penyebab abses adalah sebagai berikut:

  • Bakteri gram positif, misalnya Streptococcus: sefalosporin generasi III seperti cefotaxime, ceftriaxone, atau penicillin G
  • Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermis akibat inokulasi langsung: vancomycin, linezolid

  • Infeksi jamur Candida, Cryptococcus: amphotericin B

  • Aspergillus, Pseudallescheria boydii: voriconazole

  • Toxoplasma gondii: pyrimethamine dan sulfadiazine[4]

Pada Tabel 1, terdapat rangkuman antimikroba dan dosis yang dianjurkan untuk penatalaksanaan abses otak.

Tabel 1. Antimikroba untuk Penatalaksanaan Abses Otak

Obat Dosis & Rute Pemberian
Cefotaxime 2 gram intravena (IV) tiap 4-6 jam
Ceftriaxone 2 gram IV setiap 12 jam
Ceftazidime 2 gram IV setiap 8 jam

 

Metronidazole

 

500 mg IV setiap 6-8 jam

Meropenem

 

2 gram IV setiap 8 jam

Vancomycin

 

15 mg/ kgBB IV setiap 8-12 jam

Penicillin G

 

2-4 juta unit IV setiap 4 jam atau diberikan secara kontinyu via infus dengan dosis 12-24 juta unit/ hari

Ampicillin

 

2 gram IV tiap 4 jam
Linezolid 600 mg IV tiap 12 jam

Voriconazole

 

loading dose 6 mg/kgBB untuk 2 dosis dilanjutkan dengan dosis maintenance 4 mg/kgBB IV tiap 12 jam

Amphotericin B (lipid complex)

 

5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

Amfoterisin B deoksikolat

 

0,6-1 mg/kgBB IV setiap 24 jam dengan dosis maksimal 1,5 mg/kgBB untuk abses otak dengan etiologi aspergillosis atau mucormycosis

Pyrimethamine

 

25-75 mg per oral setiap 24 jam

Sulfadiazine

 

1-1,5 gram per oral setiap 6 jam

Rifampicin

 

600 mg per oral tiap 24 jam

Isoniazid

 

300 mg per oral tiap 24 jam

 

Pyrazinamid

 

15-30 mg/kgBB per oral tiap 24 jam

 

Ethambutol

15 mg/kgBB per oral tiap 24 jam [6]

 

Pemberian antibiotik atau antifungal intravena dilakukan selama 4-8 minggu yang kemudian diganti menjadi obat per oral selama 4-8 minggu untuk memberikan penyembuhan yang sempurna serta mencegah terjadinya relaps.[12]

Kontrol Tekanan Intrakranial dan Edema

Selain pemberian antimikroba, edema dan peningkatan tekanan intrakranial pada abses otak juga perlu ditangani. Medikamentosa yang dapat diberikan berupa mannitol atau salin hipertonik intravena dan kortikosteroid seperti dexamethasone 10 mg IV dilanjutkan dengan dosis 4 mg IV tiap 6 jam sampai ada perbaikan klinis.

Dosis kortikosteroid dapat diturunkan setiap 2-4 hari dan dihentikan setelah 5-7 hari. Bila medikamentosa tidak memberikan perubahan klinis, perlu dilakukan tindakan aspirasi abses atau kraniotomi untuk menurunkan tekanan intrakranial.[3,4]

Penanganan Kejang

Antikonvulsan diperlukan untuk penatalaksanaan kejang pada pasien abses otak. Untuk terminasi kejang dapat menggunakan diazepam, phenytoin, lorazepam, atau midazolam intravena. Pemberian antikonvulsan rumatan juga disarankan sebagai profilaksis kejang.

Lini pertama antikonvulsan yang dapat digunakan adalah phenytoin (1.000 mg dosis tunggal hari pertama diikuti 300-600 mg/hari dibagi 3 dosis), carbamazepine (200-400 mg, 2 kali sehari), dan asam valproat (15 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis pemberian).

Beberapa sumber menyebutkan antikonvulsan rumatan diteruskan hingga minimal 1-2 tahun bebas kejang. Namun, banyak juga yang hanya diberikan sampai 3 bulan bebas kejang dan dapat dihentikan apabila tidak ada tanda epileptogenik pada pemeriksaan elektroensefalogram.[1,3,12]

Pembedahan

Pembedahan disarankan untuk abses otak yang memiliki diameter >2,5 cm. Penatalaksanaan menggunakan medikamentosa saja memiliki angka kegagalan terapi lebih tinggi dibandingkan jika dikombinasikan dengan pembedahan. Pembedahan abses otak meliputi tindakan burr hole dan aspirasi abses atau kraniotomi yang diikuti tindakan eksisi abses. Pemilihan metode pembedahan didasarkan pada keahlian operator dan juga keadaan umum pasien.[6]

Penelitian oleh Lange et al, menunjukkan bahwa pembedahan pada abses otak menunjukkan hasil yang sangat baik dan dianjurkan untuk menjadi pilihan tetap dari penatalaksanaan abses otak selain medikamentosa dan drainase stereotaktik.[17]

Kraniotomi dapat dikombinasi dengan teknologi stereotactic frameless, yakni teknologi komputer yang memodifikasi hasil MRI atau CT-scan guna mendapatkan gambaran 3 dimensi untuk menentukan lokasi abses dengan tepat terutama pada abses yang lokasinya dalam.

Kraniotomi stereotaktik dapat mengurangi ukuran insisi kulit, menentukan lokasi yang tepat untuk kraniotomi, dan meminimalisasi kerusakan jaringan otak yang normal. Gambaran 3 dimensi otak yang dihasilkan membantu operator untuk menghindari jaringan otak yang sehat. Hal ini penting agar fungsi penglihatan, bicara, dan pergerakan pasien setelah pembedahan tetap normal.[6,17]

Teknologi stereotaktik juga dapat membantu prosedur aspirasi abses, dengan ukuran lesi minimal 1 cm. Aspirasi stereotaktik dilakukan untuk keperluan diagnostik dan dekompresi. Jika hasil pencitraan tidak menunjukkan gambaran kavitas di bagian sentral abses, tindakan aspirasi harus dipertimbangkan lagi dan pasien dapat diberikan antibiotik empiris kemudian hasil pencitraan dievaluasi ulang.[6]

Bila tidak tersedia alat stereotaktik, ultrasonografi juga dapat dimanfaatkan sebagai alat navigasi pada abses yang lokasinya tidak dalam. Ultrasonografi dilakukan melalui lubang burr hole atau kraniotomi.[6]

Drainase abses berkelanjutan dapat dilakukan dengan pemasangan kateter ke dalam kavitas abses. Beberapa ahli menganjurkan penyuntikan antimikroba langsung ke dalam kavitas abses melalui kateter tersebut segera pasca pembedahan. Pemasangan kateter dan pemberian obat via kateter tersebut tidak dianjurkan untuk dilakukan secara rutin karena belum ada cukup data yang membuktikan risiko dan manfaatnya.[6]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

1. Miranda HA, Castella-Leone SM, Elzain MA, Moscote-Salazar LR. Brain abscess: current management. J Neurosci Rural Pract. 2013;4(1):S67-S81. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3808066/
3. Batubara CA. Non operative management of cerebral abscess. IOPC Conf. Series: Earth and Environmental Science. 2018;125:012199. https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/125/1/012199/pdf
4. Bokhari MR, Mesfin FB. Brain Abscess. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441841/
6. Brouwer MC, Tunkel AR, McKhann II GM, van deb Beek D. Brain abscess. NEJM. 2014;371:447-456. DOI: 10.1056/NEJMra1301635
12. Kohn M. Brain abscess in emergency medicine. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/781021-followup
17. Lange N, Berndt M, Jorger AK, Wagner A, Wantia N, Lummel N, et al. Clinical characteristics and course of primary brain abscess. Acta Neurochirurgica. 2018;160(10):2055-2062. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30069602

Diagnosis Abses Otak
Prognosis Abses Otak

Artikel Terkait

  • Diagnosis Banding pada Lesi Serebral dengan Penyangatan Cincin
    Diagnosis Banding pada Lesi Serebral dengan Penyangatan Cincin
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 29 September 2019, 14:33
Penyebab terjadinya abses serebri pada pasien laki-laki usia 33 tahun dengan riwayat memiliki kista paru
Oleh: Anonymous
9 Balasan
Alo dokter, izin konsul. Ada pasien laki laki usia 33 thn dengan dx abses serebri parietal sinistra. Pasien ini telah dilakukan needle aspiration dan...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.