Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Distosia Bahu monika-natalia 2023-02-14T08:44:28+07:00 2023-02-14T08:44:28+07:00
Distosia Bahu
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Distosia Bahu

Oleh :
dr. Giovanny Azalia Gunawan
Share To Social Media:

Epidemiologi atau angka kejadian distosia bahu cenderung bervariasi di berbagai negara, tetapi tampaknya mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir. Variasi angka ini dipengaruhi oleh tingkat kesulitan dari kasus distosia bahu, yang  seringkali tidak dilaporkan.[8]

Global

Epidemiologi distosia bahu berdasarkan American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) adalah 0,6‒1,4% dari semua persalinan pervaginam. Angka  kejadian ini bervariasi dari 1/750 kelahiran hingga 1/15 kelahiran.

Prevalensi distosia bahu tergantung dari berat badan lahir, yaitu 0,6‒1,4% sering pada bayi 2.500‒4.000 gram dan meningkat menjadi 5‒9% pada bayi 4.000‒4.500 gram yang lahir dari ibu tanpa diabetes melitus.[2,3]

Indonesia

Angka kejadian distosia bahu di Indonesia adalah 1‒2 per 1000 kelahiran, di mana pada persalinan dengan bayi >4.000 gram mencapai 16 per 1000 kelahiran.[9]

Mortalitas

Distosia bahu dapat menyebabkan komplikasi, baik kematian janin, neonatus, maupun maternal. Mortality rate akibat distosia bahu secara global belum dapat dipastikan, tetapi sebuah studi berbasis populasi pada tahun 2012 menyebutkan bahwa distosia bahu merupakan faktor independen dalam meningkatkan mortalitas perinatal hingga 11,1 kali.[10,11]

Rata-rata mortalitas diperkirakan 0,4‒0,5% dari keseluruhan persalinan dengan komplikasi distosia bahu. Penyebab kematian dicurigai akibat hipoksia akut atau trauma fetal ketika persalinan.[10,11]

Sementara itu, risiko kematian ibu melahirkan dengan distosia bahu berhubungan dengan komplikasi perdarahan pasca melahirkan dan ruptur uterus.[22]

Referensi

2. Miarnasari, E. Prijatna, A. Shoulder Dystocia. CME FK UMS. 2022: 252-264
3. Macones, GA. Gherman, RB. Shoulder Dystosia. in Protocols for High-risk Pregnancies: an Evidence-Based Approach, seventh edition. 2021: 581-586
8. Menticoglou, S. Shoulder Dystocia: Incidence, Mechanisms, and Management Strategies. International Journal of Women’s Health. 2018;10: 723-732
9. Wahyuni, A. Asuhan Persalinan Normal dan Distosia Bahu. 2015. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
10. Dajani, NK. Madann, EF. Complications of Shoulder Dystocia. Seminars in Perinatology 38. 2014: 201-24
11. Figueroa, HM. et al. Shoulder Dystocia and Composite Adverse Outcomes for the Maternal-Neonatal Dyad. American Journal of Obstetrics & Gynecology MFM. 2021;3(4)
22. Hill, DA. Lense, J. et al. Shoulder Dystocia: Managing an Obstetric Emergency. American Academy of Family Physicians. 2020;102(2): 84-90

Etiologi Distosia Bahu
Diagnosis Distosia Bahu

Artikel Terkait

  • Induksi Persalinan pada Kehamilan Postterm Sebaiknya Dilakukan sebelum Usia Gestasi 42 Minggu
    Induksi Persalinan pada Kehamilan Postterm Sebaiknya Dilakukan sebelum Usia Gestasi 42 Minggu
Diskusi Terbaru
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 3 jam yang lalu
Telinga masih nyeri walau sudah diirigasi - ALOPALOOZA THT
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
2 Balasan
ALO Dokter,Diskusi pasien dengan keluhan nyeri telinga kiri sejak 1 hari. Setelah pemeriksaan otoskopi, diputuskan untuk dilakukan irigasi telinga. Akan...
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 12 jam yang lalu
Trending! TOP 5 Artikel di Bulan Juni 2025! 🩺
Oleh: dr. ALOMEDIKA
1 Balasan
ALO Dokter🩺Bulan Juni telah tiba, pertanda kita telah melewati semester pertama tahun 2025 ini. Dokter jangan lewatkan 5 artikel paling populer dan menjadi...
Anonymous
Dibalas kemarin, 06:50
Perlukah rontgen paru untuk diagnosis tuberkulosis berulang?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien anak 22 bulan, dengan keluhan bb seret 5 bulan, tidak ada keluhan lain. Hasil lab menunjukkan neutrofil dan limfosit rendah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.