Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Polyhidramnion general_alomedika 2023-02-14T08:54:46+07:00 2023-02-14T08:54:46+07:00
Polyhidramnion
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Polyhidramnion

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Tata laksana polyhidramnion bertujuan untuk mengurangi volume cairan amnion, sehingga dapat memperpanjang kehamilan dan  menjamin kenyamanan ibu hamil. Metode yang bisa dilakukan adalah dengan amnioreduksi (amniosentesis terapetik) serta pengobatan medikamentosa. Alur persalinan dengan polyhidramnion adalah tidak dianjurkan untuk induksi dan diharapkan dapat persalinan normal pervaginal dengan pengawasan yang ketat terhadap kemungkinan distosia dan komplikasi postpartum.[1,5]

Amnioreduksi

Indikasi Amnioreduction / amniodrainage / therapeutic amniocentesis hanya untuk polyhidramnion berat dengan gejala ketidaknyamanan berat pada ibu hamil, seperti sesak dan rasa tegang uterus. Metode ini juga perlu dilakukan bila  terjadi ancaman persalinan preterm karena overdistensi uterus.[1,5,13]

Amnioreduksi bisa dengan teknik yang lambat dengan spuit 50 ml atau lebih cepat dengan bantuan vakum drainase. Tetapi belum ada konsensus baku tentang berapa banyak volume yang perlu diaspirasi, kecepatan aspirasi dan pedoman penggunaan tokolitik atau antibiotik.  Tokolitik biasanya rutin diberikan untuk mencegah persalinan preterm. Setelah tindakan, perlu dimonitor volume cairan amnion setiap 1-3 minggu. Komplikasi yang bisa terjadi adalah 1-3% menyebabkan kelahiran prematur,  solusio plasenta, ketuban pecah dini, hiperproteinemia dan sindrom infeksi amnion. Erfani et al. pada penelitiannya, 2019, menunjukkan tindakan amnioreduksi aman dilakukan pada kasus polyhidramnion kehamilan tunggal.[1,5,13]

Medikamentosa

Prostaglandin synthetase inhibitors seperti indomethacin (COX‐1 dan ‐2 inhibitor) dan sulindac (COX‐2 inhibitor) menstimulasi sekresi vasopresin arginin pada fetus, sehingga mengurangi produksi urin dan meningkatkan reabsorbsi cairan paru pada fetus. Efek samping obat yang signifikan bagi fetus seperti konstriksi ductus arteriosus dan gangguan fungsi ginjal. Sehingga penggunaannya harus dalam pengawasan ketat spesialis.[1,5]

Kebanyakan kasus polyhidramnion sudah memberi respons dengan terapi indomethacin dalam minggu pertama pengobatan. Sulindac memiliki efek samping yang lebih ringan dan dengan dosis 200 mg tiap 12 jam, terbukti paling efektif pada polyhidramnion idiopatik dan polyhidramnion yang berhubungan dengan obstruksi distal traktus gastrointestinal.[1,5,11]

Saat ini sedang diteliti pemberian arginine vasopressin secara intraamniotik (V2 receptor agonist, deamino (DArg8 -vasopressin). Arginine vasopressin yang diabsorbsi ke dalam plasma fetus dari cairan amnion, diharapkan akan bersifat antidiuresis persisten tanpa efek samping kardiovaskular yang berarti, serta diobservasi juga perubahan proses penelanan cairan amnion.[1]

Alur Tata Laksana Persalinan

Polyhidramnion ringan biasanya tidak memerlukan intervensi apa pun, namun perlu dijadwalkan kunjungan antenatal 1-2 kali seminggu untuk pemeriksaan USG serial dan pemeriksaan serviks. USG serial dilakukan untuk memantau volume cairan dan pertumbuhan janin, sedangkan pemeriksaan serviks untuk memantau pemendekan serviks dan risiko persalinan preterm. Etiologi polyhidramnion bila diketahui harus segera ditangani, seperti pengobatan antimikroba, terapi diabetes mellitus terutama dengan diet (jarang diperlukan terapi insulin), sampai transfusi intravaskular janin dapat memungkinkan perpanjangan kehamilan dan menurunkan angka mortalitas neonatus.[1,5,11]

Insidensi persalinan preterm cenderung tinggi pada ibu hamil dengan polyhidramnion. Tempatkan pasien di tempat tidur untuk mengurangi kemungkinan persalinan prematur dan dipikirkan kebutuhan pemberian steroid untuk meningkatkan kematangan paru janin. Tindakan induksi persalinan tidak dianjurkan pada polyhidramnion yang tidak disertai komplikasi. Induksi persalinan dianjurkan jika polyhidramnion disertai dengan diabetes melitus gestasional yang tidak terkontrol atau ada faktor penyulit lainnya seperti kehamilan postterm dan hipertensi. Induksi menggunakan oksitosin atau prostaglandin harus dengan pengawasan ketat, karena meningkatkan risiko perdarahan atonik dan emboli cairan amnion postpartum.[1,5,11]

Persalinan spontan pervaginal dianjurkan bila janin letak kepala, namun perlu dicek rutin bila posisi janin berubah menjadi lintang atau sungsang. Saat persalinan juga harus dipantau terjadinya distosia bahu akibat makrosomia. Komplikasi perdarahan bisa terjadi karena ruptur spontan membran amnion mengakibatkan dekompresi uterus, prolaps tali pusat dan abrupsio plasenta.[1,5]

Referensi

1. Hamza, A et al. Polyhydramnios: Causes, Diagnosis and Therapy. Geburtshilfe Frauenheilkd. 2013 Dec; 73(12): 1241–1246. Available from ; https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3964358/
5. Karkhanis, Pallavi and Patni, Shalini. Polyhydramnios in singleton pregnancies: perinatal outcomes and management. TOG. Volume16, Issue 3, July 2014, Pages 207-213. Available from : https://obgyn.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/tog.12113
11. Carter, BS. Medscape. Polyhydramnios and Oligohydramnios. 2017. Available from : https://reference.medscape.com/article/975821-overview#showall
13. Erfani H et al. Amnioreduction in cases of polyhydramnios: Indications and outcomes in singleton pregnancies without fetal interventions. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2019 May 19. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/31160132

Diagnosis Polyhidramnion
Prognosis Polyhidramnion
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 14 jam yang lalu
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 1 jam yang lalu
Salbutamol dan metilprednisolon tablet
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya ada pasien bumil minum salbutamol hanya 3 tablet berturut-turut dan metilprednisolon 4mg 1 tablet saat asthmanya kambuh. Pasien UK...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.