Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Dakrioadenitis general_alomedika 2022-10-06T13:40:08+07:00 2022-10-06T13:40:08+07:00
Dakrioadenitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Dakrioadenitis

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha
Share To Social Media:

Penatalaksanaan dakrioadenitis atau dacryoadenitis akut bersifat simtomatik seperti pemberian kompres dan obat antiinflamasi karena mayoritas kasus bersifat self-limiting. Antibiotik hanya diberikan apabila etiologi adalah infeksi bakteri. Pemberian antiviral belum jelas efektivitasnya meskipun pada kasus viral.[1,2,4]

Tata laksana dakrioadenitis yang gejalanya tidak membaik setelah 6 minggu (kronis) adalah pemberian kortikosteroid dan terapi sesuai penyakit penyebab dasarnya. Biopsi dilakukan bila benjolan kelenjar air mata menetap selama 3 bulan.[1,2,4]

Dakrioadenitis Akut

Pada umumnya, dakrioadenitis akut dapat sembuh spontan tanpa pengobatan dalam waktu 4–6 minggu. Namun, ada beberapa terapi untuk mengurangi keluhan. Pasien dapat melakukan kompres hangat untuk mengurangi bengkak pada kelopak mata. Terapi simtomatik untuk keluhan nyeri adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti ibuprofen 400–800 mg tiap 6 jam sekali untuk orang dewasa.[1,4]

Antibiotik diberikan pada dakrioadenitis akibat infeksi bakteri, yang biasanya ditandai dengan adanya discharge purulen (dakrioadenitis supuratif). Antibiotik sistemik yang dipilih untuk terapi bakteri gram positif adalah amoxicillin (dosis dewasa 250–500 mg tiap 8 jam sekali) dan cephalexin atau cefadroxil (dosis dewasa 250–500 mg tiap 4 jam sekali). Antibiotik diberikan selama 5–7 hari. Pada kasus berat, antibiotik intravena mungkin diperlukan.[1,2,4]

Pemberian obat antiviral untuk dakrioadenitis akut yang disebabkan oleh virus belum jelas efektivitasnya. Umumnya, pemberian obat antiviral tidak diperlukan karena kondisi akut ini bersifat self-limiting.[2]

Dakrioadenitis Kronis

Pada dakrioadenitis kronis, pemberian kortikosteroid dibutuhkan karena sebagian besar kasus disebabkan oleh penyakit autoimun. Kortikosteroid dapat membantu menurunkan pembengkakan kelenjar lakrimal dan mempercepat penyembuhan dakrioadenitis.[1,8]

Kortikosteroid yang bisa diberikan adalah prednison dengan dosis dewasa 80–100 mg oral tiap hari selama 1–2 minggu. Setelah itu, lakukan tapering-off.[2]

Biopsi sebaiknya dipertimbangkan pada kasus dakrioadenitis kronis yang kelenjar air matanya tidak mengecil dalam waktu 3 bulan. Follow-up setelah penatalaksanaan dakrioadenitis kronis perlu dilakukan dengan memeriksakan pasien ke dokter spesialis mata dan dokter spesialis yang sesuai dengan penyakit penyebab dasarnya.[1,4]

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

1. Patel R, Patel BC. Dacryoadenitis. Statpearls Publishing. 2018. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535384/
2. Kabat AG, et al. Discussions in Anterior Segment Disease. Pennsylvania Optometric Association. 2018. http://pennsylvania.aoa.org/documents/PA/DISCUSSIONS-IN-ANTERIOR-SEGMENT-DISEASE.docx
4. Singh GJ, Roy H. Dacryoadenitis. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1210342-overview#a6
8. Drancourt M, Hoffart L. Conjungtivitis, keratitis, and infections of periorbitals structure. 4th ed. 2017.

Diagnosis Dakrioadenitis
Prognosis Dakrioadenitis
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 19 Agustus 2022, 15:23
Membedakan dakrioadenitis dan hordeolum - Mata Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter,Bagaimanakah cara terbaik untuk membedakan dakrioadenitis dari hordeolum ketika kita melakukan pemeriksaan? Terima kasih dok.
Anonymous
Dibalas 11 November 2019, 09:38
Pasien mengeluh nyeri area periorbita dan pelipis, dengan pemeriksaan fisik nyeri tekan tulang orbita dan edema infraorbita
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo docs!Mohon konsul pasien wanita usia 30 tahun. Keluhan saat ini nyeri pada area periorbita dan pelipis serta bengkak bawah mata. Keluhan ini sudah...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.