Epidemiologi Retinopati
Epidemiologi retinopati diperkirakan akan semakin meningkat, seiring bertambahnya populasi usia lanjut serta meningkatnya prevalensi hipertensi dan diabetes melitus. Berbagai jenis retinopati merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di seluruh dunia, termasuk retinopati diabetik dan retinopati hipertensi.[1]
Selain itu, kemajuan dalam perawatan neonatus prematur telah meningkatkan angka kelangsungan hidup bayi prematur, yang secara tidak langsung berkontribusi pada meningkatnya insidensi retinopati prematuritas atau retinopathy of prematurity (ROP).[8]
Global
Epidemiologi retinopati diabetik menunjukkan beban penyakit yang tinggi di seluruh dunia, di mana sekitar 34,6% orang dengan diabetes mellitus diperkirakan mengalami retinopati diabetik, dengan prevalensi neovaskularisasi hingga 6,9%, edema makula diabetik hingga 6,8%, dan retinopati yang mengancam penglihatan sekitar 10,2% dari semua kasus retinopati diabetik pada populasi global usia 20–79 tahun.[15]
Retinopati hipertensi dilaporkan terdapat pada sekitar ⅔ pasien rawat jalan dengan hipertensi. Faktor risiko yang berperan antara lain durasi hipertensi, usia, dan tekanan darah sistolik, sedangkan jenis kelamin dan indeks massa tubuh (IMT) tidak terbukti berhubungan signifikan dengan kejadian retinopati hipertensi.[1]
Studi berskala besar di Amerika Serikat dan Kanada menunjukkan bahwa sedikitnya 40% bayi prematur dengan risiko tinggi mengalami ROP pada berbagai stadium, meskipun sebagian besar kasus mengalami perbaikan spontan tanpa terapi. Sekitar 8–10% bayi prematur berkembang menjadi ROP berat, terutama pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1.250 gram.[1]
Retinopati sentral serosa paling banyak ditemukan pada etnis Asia, Kaukasia dan Hispanik. Sebuah penelitian di Taiwan dari 786 kasus yang ditemukan selama tahun 2001-2006, 63,6% pasien berjenis kelamin laki-laki.[16]
Indonesia
Studi di Indonesia melaporkan sekitar 30,7 % penderita diabetes tipe 2 mengalami retinopati diabetik, dengan sebagian kasus menunjukkan retinopati yang mengancam penglihatan (vision-threatening diabetic retinopathy).[17]
Retinopati prematuritas (ROP) merupakan penyebab penting gangguan penglihatan pada bayi prematur di Indonesia. Survei multicenter nasional melaporkan bahwa pada periode 2016–2017, insiden ROP pada bayi dengan usia gestasi kurang dari 32 minggu adalah sekitar 18% untuk semua stadium, dengan insidens ROP berat sekitar 4%.[18]
Sementara itu, laporan kasus retinopati hipertensi maupun retinopati sentral serosa di Indonesia belum tersedia.
Mortalitas
Retinopati diduga menjadi indikator mortalitas pasien dengan diabetes mellitus dan hipertensi. Pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan retinopati diabetik memiliki risiko mortalitas 2,34 kali lebih besar dibandingkan pasien tanpa retinopati. Risiko mortalitas 4 kali lebih tinggi pada pasien diabetes mellitus tipe 1 dengan retinopati dibandingkan tanpa retinopati.[19]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini