Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Sarkoidosis general_alomedika 2022-03-11T15:59:42+07:00 2022-03-11T15:59:42+07:00
Sarkoidosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Sarkoidosis

Oleh :
dr.Eva Naomi Oretla
Share To Social Media:

Etiologi sarkoidosis belum diketahui secara pasti. Faktor genetik, autoimunitas, dan juga agen infeksi, seperti Mycobacterium tuberculosis diduga merupakan penyebab berkembangnya penyakit ini. Paparan zat tertentu dari yang berkaitan dengan pekerjaan (occupational hazard), seperti silika dan beryllium juga diduga dapat memicu terjadinya sarkoidosis.

Namun, belum terdapat penyebab tunggal sarkoidosis yang telah diidentifikasi sampai saat ini.[1-3]

Agen Infeksi

Agen infeksi seperti mikrobakteri diduga berperan dalam perkembangan penyakit sarkoidosis, karena produksi granuloma merupakan faktor kunci pertahanan sistem imun terhadap infeksi mikrobakteri.[1,3,16]

Studi telah mengidentifikasi banyak agen infeksi sebagai agen pemicu potensial dari respons imun pada sarkoidosis, seperti Leptospira sp, Mycoplasma sp, virus herpes, retrovirus, Chlamydia pneumoniae, Borrelia burgdorferi, Pneumocystis jirovecii, Mycobacterium tuberculosis (M.tb) yang merupakan penyebab tuberkulosis paru, dan Propionibacterium sp.[1,3,16]

Sebuah studi yang melakukan isolasi terhadap DNA Mycobacterium tuberculosis yang berasal dari kumpulan jaringan pada pasien sarkoidosis dengan spesifik sequences yang sama dengan protein mikrobakterial, seperti early secreted antigenic target 6 (ESAT-6), tuberculosis catalase-peroxidase enzyme (Kat G), dan superoxide dismutase A (SoD A), menunjukkan bahwa Mycobacterium merupakan kandidat terkuat untuk menyebabkan sarkoidosis yang dimediasi infeksi.[1,3,16]

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa infeksi hepatitis C juga dapat meningkatkan risiko berkembangnya sarkoidosis. Namun, tampaknya lebih mungkin bahwa terapi dengan interferon pada pasien hepatitis C dapat meningkatkan ekspresi interferon-γ dan interleukin-2, sehingga menstimulasi pembentukan granuloma yang berlebihan.[1,14,15]

Paparan Lingkungan dan Zat yang Berkaitan dengan Pekerjaan

Berbagai paparan zat yang berkaitan dengan pekerjaan atau occupational hazard, seperti dari silika, beryllium, zirconium, dan aluminium, dilaporkan berkaitan dengan sarkoidosis. Selain itu, paparan jangka panjang dengan serbuk kayu, tanah, serbuk sari pohon, partikel anorganik, insektisida, dan partikel nano, juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko sarkoidosis.[1-3,13]

Hipotesis yang mendasari korelasi antara paparan lingkungan dan risiko sarkoidosis semakin diperkuat dengan adanya laporan penelitian bahwa para pekerja yang terpapar dengan puing-puing reruntuhan seperti petugas pemadam kebakaran mengalami penyakit seperti sarkoid (sarcoid-like disease).[1-3,13]

Faktor Genetik

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik berperan penting dalam menentukan risiko dan perkembangan klinis sarkoidosis. Sebelas lokus yang berperan pada sarkoidosis, seperti gen butyrophilin like 2 (BTNL2), human leukocyte antigen B (HLA-B), HLA-DPB1, annexin A11 (ANXA11), dan interleukin 23 receptor (IL23R) telah diidentifikasi.[1,12]

Menurut A Case-Control Etiologic Sarcoidosis Study (ACCESS), seseorang yang memiliki saudara kandung dengan monozigot sarkoidosis memiliki risiko 80 kali lipat lebih tinggi mengalami kondisi ini, meskipun perkiraan risiko sarkoidosis pada kembar dizigotik hanya tujuh kali lipat.[1,6,11]

Studi asosiasi genom juga telah menunjukkan bahwa beberapa alel HLA (human leucocyte antigen) dan non-HLA terkait dengan perkembangan penyakit sarkoidosis. HLA-DRB1*0301/ DQB1*0201, transforming growth factor (TGF-β), tumor necrosis factor (TNF-α) [36], dan Toll-like receptor 4 (TLR-4) merupakan indikator signifikan untuk kerentanan terhadap sarkoidosis.[1,7,12,16]

Autoimunitas

Mekanisme patologis yang mendasari sarkoidosis merefleksikan hipotesis adanya potensi kondisi autoimunitas berperan dalam perkembangan penyakit tersebut. MHC II (major histocompatibility complex) yang terdapat pada antigen presenting cell (APC) memiliki autoantigen yang dikenali oleh reseptor sel T (TCR) pada pasien sarcoidosis. Sarkoidosis dapat terjadi bersamaan atau overlap dengan penyakit autoimun seperti, rheumatoid arthritis, penyakit tiroid autoimun, sindrom Sjogren, dan ankylosing spondylitis.[1,7]

Faktor Risiko

Individu tertentu memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami sarkoidosis, antara lain:

  • Wanita
  • Rentang usia 20–40 tahun
  • Obesitas
  • Terpajan polutan paparan lingkungan (serbuk kayu, tanah, serbuk sari pohon, partikel anorganik, insektisida, partikel nano, dan silika)
  • Riwayat penyakit sarkoidosis familial pada keluarga
  • Infeksi Mycobacterium, Leptospira, Mycoplasma, virus herpes, retrovirus, hepatitis C
  • Pasien dengan riwayat penyakit autoimun (rheumatoid arthritis, penyakit tiroid autoimun, sindrom Sjogren, dan ankylosing spondylitis)
  • Pasien hiperlipidemia, diabetes, osteoporosis, penyakit jantung koroner, asma, hipertensi, penyakit ginjal kronis, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

  • Sedang menjalani terapi interferon dan penggunaan obat-obatan yang dapat menginduksi sarkoidosis (adalimumab, bleomycin, ciclosporin, etonogestrel, lamivudine, ribavirin, dan telaprevir)[1-3,12,13,42]

Referensi

1. Jain R, Yadav D, Puranik N, et al. Sarcoidosis: Causes, Diagnosis, Clinical Features, and Treatments. J. Clin. Med. 2020.
2. Kamangar N. Sarcoidosis. Medscape. 2020.
3. Fontenot A, King TE. Pathology and pathogenensis of sarcoidosis. UpToDate. 2022.
6. Judson M A, Preston S, Hu K, et al Quantifying the relationship between symptoms at presentation and the prognosis of sarcoidosis. Respiratory Medicine. 2019;152:14-19 DOI: https://doi.org/10.1016/j.rmed.2019.03.012
7. Loke WS, Herbert C, Thomas P. Sarcoidosis: Immunopathogenesis and Immunological Markers. International Journal of Chronic Diseases. 2013;92860:1-13 DOI:http://dx.doi.org/10.1155/2013/928601
12. Terwiel M, H.M Coline, Moorsel V. Clinical epidemiology of familial sarcoidosis: A systematic literature review. Respiratory Medicine. 2019;149:36-41 DOI:https://doi.org/10.1016/j.rmed.2018.11.022
13. Arkema EV, Cozier YC. Epidemiology of sarcoidosis: current findings and future directions.Ther Adv Chronic Dis. 2018;9(11):227–240 DOI: 10.1177/2040622318790197
14. Trien R, Cooper C.J, Paez D, et al. Interferon-alpha-induced Sarcoidosis in a Patient Being Treated for Hepatitis C. Am. J. Case Rep. 2014; 15: 235–238.
15. Brjalin V, Salupere R, Tefanov V, et al. Sarcoidosis and chronic hepatitis c: A case report. World J. Gastroenterol. 2012; 18: 5816–5820.
16. Grunewald J, Kaiser Y, Ostadkarampour M, et al. T-cell receptor—Hla-drb1 associations suggest specific antigens in pulmonary sarcoidosis. Eur. Respir. J. 2016; 47: 898–909.
42. Aubar F C, Lhote R, Amoura A, et al. Drug-induced sarcoidosis: an overview of the WHO pharmacovigilance database. J Intern Med 2019;0:1-7 DOI: https://doi.org/10.1111/joim.12991

Patofisiologi Sarkoidosis
Epidemiologi Sarkoidosis

Artikel Terkait

  • Skrining Keterlibatan Ekstrapulmoner Pada Pasien Sarkoidosis
    Skrining Keterlibatan Ekstrapulmoner Pada Pasien Sarkoidosis
Diskusi Terbaru
dr. Ade Wijaya SpN
Dibalas kemarin, 14:17
Fitur Ulasan Pasien di dalam MyPatient - Aplikasi Alomedika
Oleh: dr. Ade Wijaya SpN
7 Balasan
AlodokterSekarang ada option respon terhadap ulasan pasien.Ini fungsinya apa ya?Mohon info.Terima kasih.
Anonymous
Dibalas kemarin, 08:02
Suplemen Ibu Hamil apakah perlu tambah suplemen kalsium dan Fe
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, apakah konsumsi folamil untuk bumil sudah cukup? atau perlu tambah suplemen kalsium atau fe dari luar? 🙏
dr.Suyanti, Sp.T.H.T.B.K.L
Dibalas kemarin, 08:13
Benda Asing Hipofaring- ALOPALOOZA THT-KL
Oleh: dr.Suyanti, Sp.T.H.T.B.K.L
4 Balasan
pasien wanita 52 tahun, datang dengan keluhan nyeri serta sulit saat menelan dan terasa tertusuk kurang lebih 1 jam setelah mengkonsumsi oncom..dilakukan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.