Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Teratoma Testis general_alomedika 2024-10-01T09:56:44+07:00 2024-10-01T09:56:44+07:00
Teratoma Testis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Teratoma Testis

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Diagnosis teratoma testis perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan massa pada skrotum dan mempunyai faktor risiko, seperti riwayat kriptorkidisme, hipospadia, kanker testis kontralateral, dan riwayat teratoma testis dalam keluarga. Diagnosis dapat ditunjang dengan USG, CT scan, marker tumor dalam serum, dan histopatologi.[1,4]

Anamnesis

Pada anamnesis, pasien mungkin mengeluhkan massa skrotum yang nyeri maupun asimtomatik. Bila ada nyeri, pasien mungkin mengalami perdarahan pada massa tersebut maupun torsio testis. Sekitar 27% pasien kanker testis mengalami nyeri skrotum, 11% mengalami nyeri punggung atau flank, dan 1% mengalami ginekomastia. Pasien yang mengalami teratoma testis umumnya berusia 20–35 tahun tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa usia pasien lebih muda atau lebih tua.[1,3,4]

Tanyakan riwayat faktor risiko misalnya hipospadia, kriptorkidisme riwayat radiasi pelvis, riwayat paparan zat kimia toksik jangka panjang seperti pestisida, riwayat trauma testis, maupun subfertilitas atau infertilitas. Selain itu, tanyakan juga riwayat kanker testis kontralateral dan riwayat kanker testis pada anggota keluarga yang lain.[1,3,4]

Beberapa infeksi tertentu juga diduga bisa berkaitan dengan terjadinya kanker testis, misalnya infeksi HPV (human papillomavirus), HIV (human immunodeficiency virus), dan Epstein-Barr virus.[3]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terhadap skrotum dan testis dapat dilakukan dengan posisi pasien berdiri dan berbaring untuk perbandingan. Massa padat yang dapat dipalpasi pada testis perlu dicurigai sebagai keganasan. Namun, teratoma juga dapat disertai dengan hidrokel yang mungkin membuat massa padat lebih sulit dipalpasi.[5,6]

Pada umumnya, pemeriksaan teratoma testis akan menunjukkan massa padat yang keras dan tidak nyeri, serta memberikan hasil tes transiluminasi negatif. Testis biasanya teraba membesar secara difus tetapi kadang teraba nodular. Nodul bisa tersebar diskret pada ujung atas dan bawah. Massa umumnya bersifat unilateral dan jarang bilateral.[6]

Untuk teratoma yang tidak dapat dibedakan secara klinis dari tumor lain, pemeriksaan pasien harus lebih menyeluruh, seperti pemeriksaan abdomen untuk deteksi massa atau nyeri tekan, pemeriksaan limfadenopati inguinal dan supraklavikula, pemeriksaan ginekomastia, dan auskultasi dada untuk bukti penyakit metastasis.[5]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding teratoma testis mencakup kasus tumor testis yang lainnya, hidrokel, spermatokel, dan hernia inguinal.[6]

Tumor Testis Lain

Selain teratoma testis, terdapat berbagai jenis tumor testis yang lain, seperti seminoma germ cell tumor yang mewakili sebagian besar kasus tumor testis. Untuk membedakan berbagai jenis tumor testis ini secara pasti, diperlukan pemeriksaan histologi.[4,6]

Hidrokel dan Spermatokel

Untuk membedakan kasus kanker testis dari hidrokel atau spermatokel, dokter dapat melakukan tes transiluminasi dan pencitraan, misalnya USG testis. Pemeriksaan MRI mungkin bermanfaat pada kasus tertentu yang sulit.[1,6]

Hernia Inguinalis

Mayoritas diagnosis hernia inguinalis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik. Pada inspeksi, dokter mencari penonjolan, pembengkakan, dan asimetri pada kedua sisi. Setelah itu, pasien diminta melakukan manuver valsava untuk melihat apakah benjolan membesar. Palpasi kanalis inguinalis juga dilakukan dan disertai manuver valsava.[9]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang utama yang direkomendasikan pada pasien dengan massa testis adalah USG. Selain itu, CT scan dan pemeriksaan serum tumor marker mungkin bermanfaat. Diagnosis definitif dapat ditegakkan dengan analisis histopatologi, tetapi pemeriksaan ini umumnya baru bisa dilakukan setelah ada sampel dari prosedur orchiectomy.[1,4,6,10]

Ultrasonography

Modalitas pencitraan yang menjadi pilihan untuk mengevaluasi massa testis adalah USG. Pedoman European Society of Medical Oncology (ESMO) merekomendasikan USG dengan probe frekuensi tinggi (>10 MHz) dengan colour Doppler. Selain dapat mengkonfirmasi adanya massa intratestikular, USG dapat mengevaluasi volume testis kontralateral, keberadaan tumor sinkron, dan mikrokalsifikasi. Sekitar 5% pasien memiliki lesi prekursor (germ cell neoplasia in situ atau GCNIS) di testis kontralateral.[4]

USG yang baik dapat membedakan lesi intratestikular dan ekstratestikular dengan sensitivitas hingga 99%. Lesi intratestikular yang solid harus dicurigai sebagai keganasan kecuali telah ada bukti bukan keganasan. Neoplasma testis biasanya tampak hypoechoic dibandingkan parenkim normal dan mungkin tampak heterogen jika ada kalsifikasi dan kista. Teratoma testis biasanya tampak solid irregular atau tampak kistik. Adanya kalsifikasi dalam tumor biasanya berkaitan dengan teratoma.[1]

Karena merupakan pemeriksaan non-invasif yang aman, mudah, dan reliable untuk evaluasi massa skrotum, National Health Service (NHS) merekomendasikan agar USG dilakukan pada semua pria yang mengalami massa skrotum dengan hasil tes transiluminasi negatif dan/atau badan testis tidak dapat diidentifikasi. Sekitar 90% kasus kanker testis dapat ditegakkan diagnosisnya dengan USG.[10]

Bila USG testis menunjukkan keganasan, pasien dianjurkan untuk menjalani USG abdomen dan retroperitoneal serta CT scan (abdomen-pelvis dan toraks). Untuk sebagian kecil kasus yang tidak dapat dibedakan jinak atau ganas dari USG, scan lebih lanjut juga dapat bermanfaat dan pembedahan perlu dipertimbangkan. Fine needle aspiration (FNA) dan biopsi perkutan tidak dianjurkan oleh NHS dalam kondisi apa pun.[1,10]

CT Scan dan MRI

CT scan umumnya dilakukan sebagai pelengkap, misalnya CT scan abdomen-pelvis dan toraks jika hasil USG testis menunjukkan keganasan. Hal ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya metastasis, terutama karena teratoma testis postpubertal yang berasal dari germ cell berisiko metastasis. MRI kurang berperan dalam diagnosis teratoma testis dan biasanya hanya dilakukan untuk kasus tertentu, misalnya lesi yang sulit dibedakan lewat USG apakah intratestikular atau ekstratestikular.[1,4,6,10]

Pemeriksaan Tumor Marker Serum

Pemeriksaan tumor marker pada serum sebenarnya bersifat kurang spesifik dan tidak dapat dijadikan landasan tunggal untuk diagnosis. Nilai tumor marker yang normal tidak dapat menyingkirkan kemungkinan teratoma testis. Namun, nilai tumor marker mungkin bermanfaat sebagai follow-up jika dibandingkan dengan nilai baseline dan bermanfaat untuk membantu staging.[1,4,6]

Kadar α-fetoprotein (AFP), beta human chorionic gonadotropin (β-hCG), dan lactate dehydrogenase (LDH) pada serum sebaiknya diperiksa sebelum melakukan prosedur orchiectomy. Hasil baseline tersebut kemudian akan dibandingkan dengan hasil setelah pembedahan, yang dapat bermanfaat untuk stratifikasi prognosis. Kadar tumor marker yang persisten tinggi atau semakin tinggi setelah pembedahan biasanya menandakan adanya metastasis.[1,4,10]

Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi merupakan metode diagnosis definitif yang mengkonfirmasi dan membedakan teratoma testis dari berbagai tumor testis lainnya. Sampel umumnya didapatkan dari orchiectomy. Fine needle aspiration (FNA) dan biopsi perkutan tidak dianjurkan oleh NHS. Keputusan untuk orchiectomy umumnya didasarkan pada kondisi klinis, USG, dan tumor marker. Hasil diagnosis definitif dari histopatologi lalu digunakan untuk menentukan kemoterapi, kecuali jika kemoterapi urgent dibutuhkan.[1,4,10]

Staging Teratoma Testis

Staging menggunakan sistem American Joint Committee on Cancer (AJCC) edisi 8 dengan TNM, yaitu T (tumor primer), N (keterlibatan nodus limfa), dan M (metastasis) berdasarkan pemeriksaan radiologi dan patologi. Selain itu, ada parameter khusus untuk kanker testis yaitu S (serum markers).[1,11]

Tabel 1. Klasifikasi TNM Kanker Testis

T - Tumor Primer
pTx Tumor primer tidak dapat dinilai
pT0 Tidak ada bukti tumor primer
pTis Intratubular germ cell neoplasia (carcinoma in situ)
pT1 Tumor terbatas pada testis dan epididimis tanpa invasi vaskular atau limfatik, ada invasi tunika albuginea bukan tunika vaginalis
pT2 Tumor terbatas pada testis dan epididimis dengan invasi vaskular atau limfatik atau invasi tunika vaginalis
pT3 Tumor invasi korda spermatikus dengan atau tanpa invasi vaskular atau limfatik
pT4 Tumor menginvasi skrotum dengan atau tanpa invasi vaskular atau limfatik
cN - Nodus Limfa Regional (Klinis)
cNx Nodus limfa regional tidak dapat dinilai
cN0 Tidak ada metastasis nodus limfa regional
cN1 Metastasis dengan massa nodus limfa ≤2 cm dalam dimensi terbesarnya atau metastasis nodus limfa multipel, tidak ada yang >2 cm
cN2 Metastasis dengan massa nodus limfa >2 cm tetapi tidak >5 cm dalam dimensi terbesarnya; atau >5 nodus positif tanpa ada yang >5 cm; atau ada bukti tumor ekstensif ekstranodal
cN3 Metastasis dengan massa nodus limfa >5 cm dalam dimensi terbesarnya
pN - Nodus Limfa Regional (Patologis)
pNx Nodus limfa regional tidak dapat dinilai
pN0 Tidak ada metastasis nodus limfa regional
pN1 Metastasis dengan massa nodus limfa ≤2 cm dalam dimensi terbesarnya atau metastasis ≤5 nodus tanpa ada yang >2 cm
pN2 Metastasis pada 1 nodus limfa >2 cm tetapi ≤5 cm dalam dimensi terbesarnya; atau ada nodus multipel yang semuanya <5 cm, atau ada ekstensi ekstranodal
pN3 Metastasis nodus limfa >5 cm dalam dimensi terbesarnya
M - Metastasis Jauh
Mx Metastasis jauh tidak bisa dinilai
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Ada metastasis jauh
M1a: metastasis nodus limfa non-regional atau paru-paru
M1b: metastasis jauh selain ke nodus limfa non-regional dan paru-paru
S - Serum Tumor Markers
SX Serum markers tidak dinilai
S0 Serum markers dalam batas normal
S1 LDH <1.5 kali normal, HCG <5000 IU/L, AFP <1000 ng/mL
S2 LDH 1.5–10 kali normal; HCG 5000–50,000 IU/L; AFP 1000–10,000 ng/mL
S3 LDH >10 kali normal; HCG >50,000 IU/L; AFP >10,000 ng/mL

Sumber: Farci F, et al. 2023.

Tabel 2. Staging Berdasarkan TNM Kanker Testis

Stage T N M S
I pT1-pT4 N0 M0 SX
IA pT1 N0 M0 S0
IB pT2-pT4 N0 M0 S0
IS pT apa pun atau Tx N0 M0 S1-S3
II pT apa pun atau Tx N1-N3 M0 SX
IIA pT apa pun atau Tx N1 M0 S0-S1
IIB pT apa pun atau Tx N2 M0 S0-S1
IIC pT apa pun atau Tx N3 M0 S0-S1
III pT apa pun atau Tx N apa pun M1 SX
IIIA pT apa pun atau Tx N apa pun M1a S0-S1
IIIB pT apa pun atau Tx N1-N3 M0 S2
pT apa pun atau Tx N apa pun M1a S2
IIIC pT apa pun atau Tx N1-N3 M0 S3
pT apa pun atau Tx N apa pun M1a S3
pT apa pun atau Tx N apa pun M1b S apa pun

Sumber: American Cancer Society. 2018.

 

Penulisan pertama oleh: dr. Jessica Elizabeth

Referensi

1. Farci F, Shamsudeen S. Testicular Teratoma. StatPearls Publishing. 2024. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK567728/
3. Yazici S, Del Biondo D, Napodano G, Grillo M, Calace FP, Prezioso D, Crocetto F, Barone B. Risk Factors for Testicular Cancer: Environment, Genes and Infections-Is It All? Medicina (Kaunas). 2023 Apr 7;59(4):724. doi: 10.3390/medicina59040724.
4. Oldenburg J, et al. Testicular seminoma and non-seminoma: ESMO-EURACAN Clinical Practice Guideline for diagnosis, treatment and follow-up. Annals of Oncology. 2022. https://www.annalsofoncology.org/article/S0923-7534(22)00007-2/fulltext
5. Wetherell D, et al. Mature and Immature Teratoma: A Review of Pathological Characteristics and Treatment Options. Medical & Surgical Urology. 2014. DOI:10.4172/2168-9857.1000124
6. Sachdeva K. Testicular Cancer. Medscape. 2024. https://emedicine.medscape.com/article/279007-overview
9. Shakil A, Aparicio K, Barta E, Munez K. Inguinal Hernias: Diagnosis and Management. Am Fam Physician. 2020 Oct 15;102(8):487-492.
10. National Health Service England. Guidelines for the Management of Testicular Cancer. West Midlands Expert Advisory Group for Urological Cancer. 2016. https://www.england.nhs.uk/mids-east/wp-content/uploads/sites/7/2018/05/guidelines-for-the-management-of-testicular-cancer.pdf
11. American Cancer Society. Stages of Testicular Cancer. 2018. https://www.cancer.org/cancer/types/testicular-cancer/detection-diagnosis-staging/staging.html

Epidemiologi Teratoma Testis
Penatalaksanaan Teratoma Testis
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 16 Februari 2021, 10:08
Faktor Risiko dan Prevalensi usia Kanker Testis - Andrologi Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat pagi Prof. Wimpie, Prevalensi usia pasien kanker testis paling banyak dijumpai pada usia 15-39 tahun, apakah ada faktor genetik, pengaruh diet, atau...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.