Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Fraktur dan Dislokasi Tulang Belakang general_alomedika 2024-03-12T14:15:40+07:00 2024-03-12T14:15:40+07:00
Fraktur dan Dislokasi Tulang Belakang
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Fraktur dan Dislokasi Tulang Belakang

Oleh :
dr. Amelia Febrina
Share To Social Media:

Diagnosis dari fraktur dan dislokasi tulang belakang dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Memahami mekanisme trauma dan melakukan pemeriksaan penunjang yang tepat seperti Rontgen dan CT scan penting dilakukan. Penting untuk mencurigai adanya trauma pada tulang belakang terutama trauma servikal hingga dibuktikan tidak.[1-3]

Anamnesis

Dalam mendiagnosis fraktur dan dislokasi tulang belakang, penting untuk mencurigai adanya trauma hingga dibuktikan tidak. Elaborasi mengenai cidera dan mekanisme trauma penting untuk mengetahui jaringan apa yang terlibat.[2,14]

Cidera Akibat Trauma

Pada pasien dengan riwayat cidera akibat benda tumpul yang terjadi di atas klavikula dengan cidera kepala atau hilang kesadaran harus dicurigai adanya cidera pada bagian servikal. Apabila pasien memiliki riwayat jatuh dari ketinggian, atau deselerasi kecepatan tinggi  pertimbangkan adanya cidera setinggi torakolumbar. Pertimbangkan juga untuk menanyakan riwayat penggunaan sabuk pengaman, dan terkena airbag.[1-3]

Cidera Akibat Nontrauma

Fraktur dan dislokasi tulang belakang yang disebabkan oleh nontrauma perlu ditanyakan adanya riwayat penyakit osteoporosis, riwayat terjatuh, keganasan, penyakit kronis, penggunaan steroid atau medikasi lain, riwayat alkohol, Body Mass Index (BMI) di atas atau di bawah rata-rata.[5,15]

Tanda dan gejala yang umumnya dikeluhkan oleh pasien cidera tulang belakang adalah nyeri pada tulang belakang yang bersifat fokal maupun menjalas kearah anterior. Nyeri tersebut juga dapat disertai dengan spasme otot dan defisit neurologis seperti kelemahan, numbness dan tingling.[2,15,16]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik awal pasien dengan cidera tulang belakang, dapat dilakukan urutan Advance Trauma Life Support (ATLS), dengan memeriksa Airway, Breathing, Circulation pada awal pasien datang.[1-3]

Pemeriksaan fisik yang penting dilakukan pada pasien dengan cidera tulang belakang adalah pemeriksaan leher, punggung dan pemeriksaan neurologis. Perlu diperhatikan juga adanya gangguan hemodinamik yang dapat disebabkan oleh syok neurogenik dan hipovolemik.[1,17]

Pemeriksaan Leher

Pada inspeksi perhatikan adanya deformitas, memar, atau cidera penetrasi pada bagian leher dan wajah untuk melihat adanya cidera langsung atau tidak langsung pada servikal. Kemudian lakukan palpasi secara perlahan, dan perhatikan apakah terdapat nyeri, bagian menonjol, atau celah pada prosesus spinosus. Periksa juga bagian belakang dari leher, namun hindari untuk menggerakkan cervical spine untuk menghindari risiko terjadinya cidera pada spinal cord.[1,17]

Pemeriksaan Punggung

Untuk memeriksa punggung pasien melakukan log-roll yang bertujuan untuk menghindari pergerakan dari kolumna vertebra. Perhatikan adanya deformitas, cidera penetrasi, hematoma, ataupun memar. Lakukan palpasi secara perlahan dan perhatikan adanya celah antara tulang belakang. Curigai adanya dislokasi dari torakolumbar apabila terdapat gibbus pada pemeriksaan. Tanda dan gejala adanya instabilitas pada trauma tulang belakang adalah apabila terdapat hematoma, dan celah pada tulang belakang.[1,3,17]

Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan dapat dilakukan secara berkala untuk beberapa hari untuk melihat adanya defek neurologis lanjutan pada pasien. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan nervus kranial, motorik, sensorik, koordinasi dan refleks pasien.[1,3,17]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding pada fraktur dan dislokasi tulang belakang antara lain adalah kelainan kongenital, tuberkulosis spina, dan schmorl’s disease.

Tuberkulosis Spina

Tuberkulosis pada tulang belakang atau disebut dengan Pott’s disease memiliki kesamaan tanda dan gejala seperti nyeri dan kolaps pada tulang belakang yang sering salah diagnosis sebagai fraktur kompresi terutama pada wanita berusia lanjut. Tuberkulosis spina ini dapat dibedakan dengan melakukan pemeriksaan lanjutan menggunakan MRI dan pemeriksaan mikrobiologis untuk melihat adanya bakteri M. tuberculosis.[18,19]

Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital dan malformasi vertebra dapat dimisinterpretasikan sebagai fraktur, kelainan yang dimaksud antara lain bipartite atlas, Klippel-Feil syndrome, butterfly vertebra. Tanda dan gejala yang ditimbulkan umumnya asimptomatik, namun pada pemeriksaan radiografi sering disalah artikan sebagai fraktur kompresi, burst atau wedge. Maka dari itu diperlukan keahlian dalam membaca gambaran radiologi untuk mendapatkan hasil yang akurat.[19]

Schmorl’s Disease

Schmorl’s disease merupakan keadaan terjadi prolaps pada diskus ke dalam badan vertebra. Pada gambaran radiografi polos akan terdapat rounded depression pada badan vertebra bagian tengah posterior dan penyempitan serta iregularitas pada badan vertebra. Hal tersebut akan menyerupai gambaran fraktur namun yang membedakan adalah lesi ini terdapat pada lebih dari 1 segmen vertebra.[19,20]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis fraktur dan dislokasi tulang belakang adalah pemeriksaan Laboratorium, X-ray, CT-Scan, dan MRI.

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan pada pasien dengan fraktur dan dislokasi tulang belakang bertujuan untuk melihat adanya kerusakan organ akibat atau berkaitan dengan fraktur dan dislokasi tulang belakang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, serum kimia, kalsium, serta tes kehamilan pada wanita.[2,3]

Pemeriksaan darah lengkap bertujuan untuk melihat hemodinamik pasien. Pada urinalisis diperhatikan juga apakah ada darah dalam urin yang disertai dengan peningkatan serum kreatinin kinase yang menandakan adanya rhabdomyolysis pada pasien dengan fraktur dan dislokasi tulang belakang.[2,3]

Pemeriksaan kalsium juga diperlukan pada pasien dengan keganasan, untuk melihat adanya hiperkalsemia yang membutuhkan perhatian medis.[2,3]

X-Ray

Pemeriksaan radiografi polos dapat menjadi salah satu pilihan pemeriksaan karena tersedia banyak di sarana kesehatan dan cost effective. Hal yang dapat dilihat dari pemeriksaan radiografi polos adalah identifikasi fraktur, estimasi pemendekan tulang, dan kelurusan garis spinal. Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin pada pasien dengan keadaan tidak sadar akibat kecelakaan.[16,17]

Fraktur kompresi dapat diklasifikasikan berdasarkan badan vertebra yang terlibat, bentuk fraktur vertebra berdasarkan bagiannya adalah wedge shaped (anterior), bikonkaf (tengah) atau crush (posterior) dengan berkurangnya tinggi pada bagian vertebra sekurang-kurangnya 20% atau 4 mm dari baseline.[4,16]

CT-Scan

CT scan digunakan untuk melihat adanya fraktur tersembunyi yang tidak dapat dilihat dengan radiografi polos. Kekurangan dari CT-Scan adalah harganya yang cukup mahal dan radiasi yang dipaparkan pada pasien.[1,16]

Menurut sebuah literatur, CT Scan memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan radiografi polos dalam mendiagnosis torakolumbar fraktur dengan jangkauan perbandingan radiografi polos adalah 22% hingga 75% dan 95% hingga 100% untuk CT Scan.[21]

MRI

Magnetic resonance imaging (MRI) digunakan untuk membedakan antara fraktur yang disebabkan oleh keganasan, serta melihat kelainan neurologis yang terjadi secara sekunder akibat dari kompresi nerve roots dan spinal cords. MRI juga dapat melihat integritas dari ligamen tulang belakang.[4,16]

Pemeriksaan Densitas Tulang

Pemeriksaan densitas tulang dilakukan pada pasien tanpa trauma, dan fraktur kompresi tulang belakang secara spontan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan DEXA, T score <2.5 merupakan indikasi dari osteoporosis, -1 hingga -2.5 indikasi dari osteopenia atau berkurangnya kepadatan tulang dan >-1 merupakan tulang normal.[16,22]

PET-Scan

Walaupun PET-Scan tidak sering digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis fraktur tulang belakang nontraumatik dibandingkan MRI. Namun, sebuah penelitian retrospektif melihat sensitivitas dan spesifisitas PET-Scan dibandingkan MRI untuk fraktur kompresi vertebra nontraumatik. Penelitian oleh He et al. melaporkan F-FDG PET/CT menunjukan sensitivitas yang lebih tinggi (100%) tetapi memiliki spesifisitas yang rendah (38%) dibandingkan MRI dalam diferensiasi fraktur kompresi vertebra yang disebabkan oleh keganasan maupun tumor jinak.[24]

Referensi

1. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s System of Orthopaedic and Fractures. Ninth. Jamieson G, editor. London: Hodder Arnold; 2010.
2. Ghobrial G. Vertebral Fracture. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/248236-overview
3. Goodrich JA. Spine Dislocation. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/1265365-overview
4. McCarthy J, Davis A. Diagnosis and Management of Vertebral Compression Fractures. Am Fam Physician. 2016 Jul 1;94(1):44-50. PMID: 27386723.
5. Ensrud KE, Schousboe JT. Clinical practice. Vertebral fractures. N Engl J Med. 2011 Apr 28;364(17):1634-42. doi: 10.1056/NEJMcp1009697. PMID: 21524214.
15. Kendler DL, Bauer DC, Davison KS, Dian L, Hanley DA, Harris ST. Vertebral Fractures : Clinical Importance and Management. Am J Med [Internet]. 129(2):221.e1-221.e10. http://dx.doi.org/10.1016/j.amjmed.2015.09.020
16. Wong CC, Mcgirt MJ. Vertebral compression fractures : a review of current management and multimodal therapy. 2013;205–14.
17. Southmead Hospital Charity. Spinal fractures. NHS Trust. 2019. p. 1–11.
18. Dass B, Puet TA, Watanakunakorn C. Case Report Tuberculosis of the spine (Pott ’ s disease) presenting as “Compression Fractures.” Int Spinal Cord Soc. 2002;604–8.
19. Chin LS. Spinal Cord Injuries Differential Diagnoses. Medscape. 2018.
20. Adams J, Lenchik L, Roux C, Genant H. Vertebral Fracture Initiative: Radiological Assessment of Vertebral Fracture. Int Osteoporos Found.
21. Sixta S, Moore FO, Ditillo MF, Fox AD, Garcia AJ, Holena D, et al. Screening for thoracolumbar spinal injuries in blunt trauma : An Eastern Association for the Surgery of Trauma practice management guideline Identification of References. 2012;73(5).
22. Alexandru D, So W. Evaluation and Management of Vertebral Compression Fractures. 2012;16(4):46–51.
24. Spiegl UJ, Fischer K, Schmidt J, Schnoor J, Delank S, Josten C, et al. The Conservative Treatment of Traumatic Thoracolumbar Vertebral Fractures. 2018;697–704.

Epidemiologi Fraktur dan Disloka...
Penatalaksanaan Fraktur dan Disl...

Artikel Terkait

  • Bukti Ilmiah Peran Steroid pada Cedera Medula Spinalis Akut
    Bukti Ilmiah Peran Steroid pada Cedera Medula Spinalis Akut
  • Pelepasan Cervical Collar pada Pasien Trauma Tumpul dengan Penurunan Kesadaran
    Pelepasan Cervical Collar pada Pasien Trauma Tumpul dengan Penurunan Kesadaran
  • Waspadai Autonomic Dysreflexia pada Cedera Medulla Spinalis
    Waspadai Autonomic Dysreflexia pada Cedera Medulla Spinalis
  • Tata Laksana Awal Spinal Cord Injury Berdasarkan Panduan American College of Surgeons 2022
    Tata Laksana Awal Spinal Cord Injury Berdasarkan Panduan American College of Surgeons 2022
Diskusi Terkait
dr. Gabriela
Dibalas 29 Januari 2024, 11:51
Tata Laksana Awal Spinal Cord Injury Berdasarkan Panduan American College of Surgeons 2022 – Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Gabriela
1 Balasan
ALO Dokter!American College of Surgeons sudah memperbaharui rekomendasinya untuk spinal cord injury pada tahun 2022. Nah, pada edisi tahun 2022, rekomendasi...
Anonymous
Dibalas 07 Juni 2022, 10:31
Cedera Saraf - Saraf Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Ade Wijaya, Sp.S. Ijin bertanya dok. Apabila ada lesi neurologis pada orang dewasa yang menyebabkan neuronnya terputus, misalnya karena trauma....
Anonymous
Dibalas 11 Januari 2022, 11:03
Upaya menghentikan kebiasaan membunyikan sendi leher - Rehabilitasi Medis Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Purwitasari SpKFR.. Ijin berdiskusi, apakah ada cara atau terapi khusus untuk individu yang suka membunyikan sendi leher nya...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.