Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Ankilostomiasis general_alomedika 2024-01-24T09:37:57+07:00 2024-01-24T09:37:57+07:00
Ankilostomiasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Patofisiologi Ankilostomiasis

Oleh :
Josephine Darmawan
Share To Social Media:

Patofisiologi ankilostomiasis atau yang dikenal dengan infeksi cacing tambang, berupa transmisi, siklus hidup dan dampaknya pada hospes manusia. Ancylostoma merupakan salah satu jenis soil-transmitted helminth (STH).

Ancylostoma duodenale, Ancylostoma brasiliensis, dan Ancylostoma ceylanicum adalah jenis yang paling sering menginfeksi manusia. Ancylostoma caninum juga dapat menginfeksi manusia, namun tidak dapat tumbuh menjadi matur untuk reproduksi dalam tubuh manusia.[1,2,12]

Morfologi Ancylostoma

Ancylostoma merupakan cacing jenis nematoda yang umumnya hidup dalam usus manusia. Ancylostoma merupakan cacing tambang atau hookworm yang hampir serupa dengan Necator americanus, baik dalam morfologi maupun siklus hidupnya. Ancylostoma memiliki 3 morfologi dalam siklus hidupnya, yaitu telur, larva, dan cacing dewasa.[1,8,13]

Telur

Telur Ancylostoma berbentuk lonjong dengan ukuran 60-75 µm x 35-40 µm. Dinding telur Ancylostoma umumnya tipis, berlapis hialin, dan tidak berwarna. Telur Ancylostoma dapat berisi ovum, morula, blastula, atau larva.[1,8,13]

gambar 1 telur-min

Gambar 1. Telur Ancylostoma sp. Sumber: Openi, 2016.

Larva

Terdapat dua jenis larva Ancylostoma, yaitu larva rhabditiform dan filariform. Larva rhabditiform merupakan fase awal setelah telur pecah. Larva ini memiliki ukuran panjang 250-300 µm dan lebar 15-20 µm, dengan kanalis bukal panjang, dan primordial genitalia tidak jelas. Larva rhabditiform Ancylostoma merupakan larva non-infektif, tidak terdeteksi dalam feses, dan sering kali tidak dapat dibedakan dari larva Necator.[1,8,13]

Larva filariform merupakan larva infektif. Larva filariform berukuran 500-700 µm, berselubung,  memiliki ekor tajam, dengan rasio panjang esofagus:intestinal, yaitu 1:2. Larva filariform Ancylostoma umumnya terdapat garis-garis pada selubungnya, sedangkan larva filariform Necator tidak; dapat dilihat pada Gambar 2.[1,8,13]

gambar 2 larva-min

Gambar 2. Larva filariform Ancylostoma ceylanicum. Sumber: Openi, 2015.

Cacing Dewasa

Cacing dewasa Ancylostoma merupakan jenis nematode yang hidup dalam usus dan umumnya berukuran lebih besar dibandingkan dengan cacing dewasa Necator. Cacing dewasa Ancylostoma umumnya memiliki 2 pasang gigi tajam pada kavitas bukal, sedangkan Necator memiliki plat (cutting plate). Spikula pada Ancylostoma juga tidak berfusi pada ujungnya.

gambar 3 mulut-min

Gambar 3. Mulut Ancylostoma duodenale. Sumber: Dr. Melvin, WikimediaCommons, 2019.

Cacing dewasa Ancylostoma betina umumnya lebih besar dengan ukuran 10-15 mm, dibandingkan cacing dewasa jantan yang berukuran 8-12 mm. Cacing dewasa betina dapat mengeluarkan 25000-30000 telur per hari. Cacing dewasa Ancylostoma dapat bertahan hidup dalam usus manusia sekitar 1-3 tahun hingga 18 tahun.[1,5,8,13]

Siklus Hidup Ancylostoma

Telur Ancylostoma yang berada di dalam feses dapat berkembang menjadi larva rhabditiform dalam 1-2 hari jika berada pada tanah yang hangat, lembab, dan tidak terkena matahari langsung. Dalam 5-10 hari, larva rhabditiform berkembang menjadi larva filariform, yang merupakan stadium infektif. Larva filariform kemudian dapat bertahan dalam tanah selama 3-4 minggu.[1,5,14]

Terdapat 3 fase infeksi cacing Ancylostoma dalam hospes manusia, yaitu :

  • Invasi melalui kulit
  • Migrasi melalui aliran limfatik
  • Infeksi usus[1,2]

Fase invasi adalah fase penetrasi kulit. Kontak langsung kulit kaki manusia dengan tanah yang mengandung larva filariform, terutama jika beraktivitas tanpa alas kaki, dapat menyebabkan penetrasi larva ke dalam kulit melalui folikel rambut. Pada fase ini, dapat terjadi gatal-gatal dan iritasi (ground itch) ataupun cutaneous larva migrans (CLM). CLM terjadi ketika cacing Ancylostoma yang menginfeksi tidak dapat bertahan hidup dalam tubuh manusia, yaitu A. caninum dan A. brasiliensis.[1,2]

Fase Invasi Melalui Kulit dan Migrasi Melalui Aliran Limfatik

Fase migrasi dimulai melalui larva A. duodenale yang berhasil penetrasi ke dalam hospes manusia, kemudian menyebar dalam tubuh ke paru, jantung, dan usus melalui aliran limfatik. Apabila larva mencapai paru, dapat terjadi penetrasi ke dalam alveolus, kemudian dapat naik ke bronkus dan faring, sehingga menyebabkan gejala respiratorik, seperti batuk. Sindrom Loeffler juga dapat terjadi ketika larva masuk dalam jaringan paru. Apabila larva dalam faring kemudian tertelan ke dalam traktus gastrointestinal, larva kemudian dapat masuk ke dalam usus halus, berkembang menjadi usus dewasa, dan menetap di bagian distal jejunum.[1,2,5,14]

Fase Infeksi Usus

Fase infeksi usus terjadi ketika larva infektif mencapai usus dan berkembang menjadi cacing dewasa A. duodenale. Gigi tajam dan kapsul bukal cacing dewasa A. duodenale membuat mudah menempel pada mukosa dinding usus dan menyerap darah hospes. Kehilangan darah akibat A. duodenale dapat mencapai 0.14-0.25 ml per cacing per hari, hal ini dapat menyebabkan anemia dan malnutrisi akibat defisiensi protein.

Cacing dewasa yang sampai ke dalam usus dapat bertahan selama 1-2 tahun atau lebih lama. Bila terjadi infeksi kronik, maka dapat terjadi gangguan kognitif dan fisik. Apabila cacing dewasa berkembang biak, A. duodenale betina dapat menghasilkan 25.000 - 30.000 telur per ekor per hari yang kemudian dapat dikeluarkan kembali ke tanah bersama feses.[1,2,5,14]

Dalam beberapa kasus, ingesti telur A. duodenale langsung melalui rute oral dapat menyebabkan sindrom Wakana, yang ditandai keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, anoreksia yang disertai juga dengan keluhan saluran napas, seperti sesak, suara serak, dan faringitis. A. duodenale dalam beberapa kasus jarang juga dapat dorman dalam otot. Larva dorman kemudian dapat aktif kembali dan dapat menyebabkan infeksi melalui laktasi atau transplasenta.[1,2,5,14]

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

1. Central for Disease Control and Prevention, Division of Parasitic Diseases. Hookworm. CDC. 2022. https://www.cdc.gov/parasites/hookworm/
2. Aziz MH, Ramphul K. Ancylostoma. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507898/
5. Brooker S, Bethony J, Hotez PJ. Human Hookworm Infection in the 21 st Century. Adv Parasitol. 2004;58:197–288.
8. Weller P, Leder K. Hookworm infection. UpToDate. 2021. https://www.uptodate.com/contents/hookworm-infection
12. Montresor D, Savioli L. Ankylostomiasis. Orphanet. 2004(8):1–3.
13. Haburchak D. Hookworm Disease. Medscape. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/218805-overview
14. Savioli L, Gabrielli AF, Montresor A. Helminthic Diseases: Intestinal Nematode Infections. Biomed Res. 2015;2015:1–8.

Pendahuluan Ankilostomiasis
Etiologi Ankilostomiasis

Artikel Terkait

  • Pencegahan Transmisi Malaria Falciparum dengan Primakuin
    Pencegahan Transmisi Malaria Falciparum dengan Primakuin
  • Penatalaksanaan Askariasis Intestinal pada Anak Usia Bawah 6 Tahun
    Penatalaksanaan Askariasis Intestinal pada Anak Usia Bawah 6 Tahun
  • Enterobius vermicularis pada Kasus Appendicitis
    Enterobius vermicularis pada Kasus Appendicitis
  • Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
    Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
  • Potensi Permetrin sebagai Terapi Alternatif Cutaneous Larva Migrans (CLM) – Telaah Jurnal Alomedika
    Potensi Permetrin sebagai Terapi Alternatif Cutaneous Larva Migrans (CLM) – Telaah Jurnal Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 06 Maret 2025, 18:19
Terapi CLM dengan Albendazol dosis tunggal atau 3 hari berturut2
Oleh: Anonymous
7 Balasan
Alo Dokter, izin bertanya bagaimana pengalaman dokte2r dalam memberikan terapi CLM pada pasien anak, misal anak usia 4 tahun dengan BB 13,1 kg. Apakah...
Anonymous
Dibalas 06 Maret 2025, 10:00
Tatalaksana kasus CLM
Oleh: Anonymous
4 Balasan
alo dokter izin diskusi unutk lesi dikulit seperti berikut, keluhan nya gatal, untuk faktor resiko sering kontak dengan tanah atau jarang pakai alas kaki...
dr. sri maryati
Dibalas 07 Februari 2025, 15:41
Ruam berisi air di tangan kanan pada pekerja
Oleh: dr. sri maryati
2 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien dengan keluhan awal hanya ruam berisi air, setelah 2 hari ruam menjadi seperti yg di foto, tapi terdapat di beberapa...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.