Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Chikungunya general_alomedika 2022-07-13T06:50:39+07:00 2022-07-13T06:50:39+07:00
Chikungunya
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Chikungunya

Oleh :
dr. Ricky Dosan
Share To Social Media:

Patofisiologi chikungunya berhubungan dengan cara transmisi penyakit ini, yaitu siklus urban yang menjelaskan transmisi antar manusia melalui nyamuk, dan siklus sylvatik yang menjelaskan transmisi dari hewan ke nyamuk, lalu ke manusia. Selain itu, sistem imun, baik bawaan maupun adaptif, turut berperan dalam kontrol replikasi virus, gejala, dan perjalanan penyakit.[3,7]

Transmisi

Virus chikungunya ditransmisikan melalui dua siklus, urban dan sylvatik. Siklus urban adalah transmisi virus dari manusia ke nyamuk ke manusia. Siklus sylvatik adalah transmisi dari hewan ke nyamuk ke manusia, dan biasa ditemukan di Afrika.

Transmisi ke manusia diperantarai oleh nyamuk yang berasal dari genus aedes, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua nyamuk ini juga merupakan vektor pada demam Dengue dan infeksi virus Zika.

Beberapa jenis sel manusia lebih rentan terinfeksi, misalnya sel epitel, endotel, fibroblast, dan monocyte-derived macrophage. Setelah virus masuk ke tubuh manusia dan melakukan replikasi pertama, terjadi respon imun host, namun sebagian virus chikungunya akan berpindah ke nodus limfatik dan jaringan melalui sirkulasi.

Perpindahan virus ke organ target, seperti otot, persendian, hepar, dan otak, telah diketahui disebabkan oleh monocyte-derived macrophage. Replikasi virus pada jaringan menyebabkan terjadinya fase viremia, yaitu saat nyamuk dapat menularkan chikungunya melalui darah.[3,5]

Respon Sistem Imun

Patofisiologi infeksi chikungunya pada manusia tidak terlepas dari peranan sistem imun di tubuh. Sistem imun bawaan/innate akan menyebabkan pelepasan interferon tipe 1 (IFN) dan sitokin proinflamasi yang berperan dalam replikasi virus. Sistem imun adaptif berperan dalam perjalanan gejala penyakit, juga pembentukan imunoglobulin.[7]

Sistem Imun Bawaan

Infeksi virus chikungunya akut akan mengaktifkan respon sistem imun bawaan/innate. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah interferon tipe 1 (IFN), serta chemokine proinflamasi, sitokin proinflamasi, dan growth factors.

Sekresi IFN terjadi pada fase awal infeksi, dan berkorelasi dengan jumlah virus dalam tubuh (viral load). Respon tubuh terhadap pelepasan IFN 1 dan jumlah virus yang besar menyebabkan terjadinya gejala akut pada pasien. Hanya 5–28% pasien yang asimtomatik bila terinfeksi. Gejala tersering berupa demam akut dan poliartralgia.[3,7]

Sistem Imun Adaptif

Manifestasi klinis chikungunya diakibatkan oleh kerusakan langsung pada sel dan adanya inflamasi lokal. Virus chikungunya bersifat cytopathic, dan menyebabkan apoptosis sehingga terjadi kerusakan jaringan. Beberapa jenis sel tubuh yang rentan mengalami kerusakan karena chikungunya, di antaranya kondrosit, sel endotel, fibroblas, hepatosit, makrofag, monosit, sel satelit otot, miosit, dan osteoblas.

Infeksi akut chikungunya menyebabkan aktivasi dan proliferasi sel T CD8+. Sedangkan pada fase kronis, respon sel T CD4+ lebih dominan. Sel T regulator juga berperan pada infeksi chikungunya. Peningkatan sel T regulator menurunkan aktivitas virus chikungunya, dengan cara menghambat sel T CD4+. Pembentukan antibodi sangat penting untuk mengontrol viremia.

Pada manusia, imunoglobulin M (IgM) dapat dideteksi 5–7 hari setelah gejala terjadi, kadarnya memuncak beberapa minggu setelah infeksi, dan mulai turun beberapa bulan kemudian. Imunoglobulin G (IgG) dapat dideteksi 7–10 hari setelah onset gejala.[3,7]

Peran Genetik Pejamu 

Faktor genetik sangat berpengaruh dalam interaksi antara virus dengan pejamu. Human leukocyte antigen (HLA) memegang peranan penting dalam respon imun. Molekul HLA tipe 1 akan mempresentasikan peptida patogen terhadap sel limfosit CD8+, sedangkan molekul HLA tipe 2 mempresentasikan peptida patogen terhadap sel limfosit CD4+.[7]

Hubungan antara genetik pejamu dengan suatu penyakit sangat bervariasi. Sebagai contoh, alel HLA-DRB1*13 berhubungan dengan kerentanan seseorang terinfeksi chikungunya, tetapi bersifat protektif terhadap autoimmune hepatitis (AIH). Di sisi lain, alel HLA-A*29 and B*46 memiliki efek protektif terhadap virus chikungunya.[8]

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

3. Ojeda Rodriguez JA, Haftel A, Walker, III JR. Chikungunya Fever. StatPearls Publishing. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534224/
5. Vairo F, Haider N, Kock R, Ntoumi F, Ippolito G, Zumla A. Chikungunya: Epidemiology, Pathogenesis, Clinical Features, Management, and Prevention. Infect Dis Clin North Am. 2019 Dec;33(4):1003-1025. doi: 10.1016/j.idc.2019.08.006.
7. Rueda JC, Arcos-Burgos M, Santos AM, Martin-Arsanios D, Villota-Erazo C, Reyes V, Bernal-Macías S, Peláez-Ballestas I, Cardiel MH, Londono J. Human Genetic Host Factors and Its Role in the Pathogenesis of Chikungunya Virus Infection. Front Med (Lausanne). 2022.
8. Matzaraki V, Kumar V, Wijmenga C, Zhernakova A. The MHC locus and genetic susceptibility to autoimmune and infectious diseases. Genome Biol. 2017.

Pendahuluan Chikungunya
Etiologi Chikungunya

Artikel Terkait

  • Pengeditan Genom: Potensi CRISPR untuk Terapi pada Penyakit
    Pengeditan Genom: Potensi CRISPR untuk Terapi pada Penyakit
  • Efikasi dan Keamanan Vaksin Hidup Chikungunya Dosis Tunggal – Telaah Jurnal Alomedika
    Efikasi dan Keamanan Vaksin Hidup Chikungunya Dosis Tunggal – Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
Dibalas 29 April 2020, 10:02
Resiko yang terjadi jika terinfeksi chikungunya saat hamil 8 bulan
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo Dokter, Saya ingin bertanya, apakah ada efek buruk yang akan terjadi jika seseorang terinfeksi Chikungunya saat hamil?Seorang wanita hamil G1P0A0 berusia...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.