Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Malaria kirti 2023-04-05T09:56:42+07:00 2023-04-05T09:56:42+07:00
Malaria
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Malaria

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Etiologi malaria adalah parasit protozoa Plasmodium. Ada 5 spesies Plasmodium yang dapat menginfeksi manusia.

Plasmodium Falciparum

Plasmodium falciparum (malaria tropika) adalah spesies Plasmodium yang paling sering menyebabkan malaria berat hingga kematian. Masa inkubasi berkisar antara 9–14 hari, menimbulkan demam intermiten atau kontinu.[16]

Pada malaria berat yang disebabkan oleh infeksi Plasmodium falciparum, patogenesis berkaitan dengan kemampuan parasit mengubah struktur dan biomolekul sel eritrosit untuk mempertahankan hidup parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme transpor membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi, dan rosetting.[16,19]

Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi Plasmodium falciparum pada reseptor di bagian endotel venula dan kapiler. Sitoadherensi dimediasi oleh protein membran eritrosit Plasmodium falciparum (PfEMP1) yang dihasilkan dari transkripsi gen var dan secara dominan berikatan dengan reseptor CD36 dan intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1) pada sel endotel.

Selain itu, eritrosit yang diinfeksi parasit tersebut juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga membentuk struktur seperti bunga (rosette).[16,19]

Sitoadherensi eritrosit pada endotel dan eritrosit normal menyebabkan sekuestrasi di pembuluh darah kecil pada berbagai organ, sehingga menimbulkan obstruksi sirkulasi mikro, gangguan perfusi jaringan, asidosis laktat, dan pada kondisi berat menimbulkan kerusakan end-organ. Sekuestrasi pada plasenta wanita hamil dapat menimbulkan komplikasi, yakni abortus, berat badan lahir rendah, dan malaria kongenital.[16]

Plasmodium Vivax

Plasmodium vivax (malaria tertiana) memiliki masa inkubasi 12–18 hari dan menimbulkan demam berulang dengan interval bebas demam selama 2 hari. Jenis ini juga dapat menyebabkan malaria berat.[16]

Ciri khas infeksi Plasmodium vivax adalah sel darah merah yang dominan dengan retikulosit dan antigen Duffy untuk invasi parasit. Akibatnya, parasitemia relatif rendah pada malaria vivax. Ukuran retikulosit lebih besar daripada sel darah merah matur, sehingga pada apusan darah tepi akan tampak sel yang terinfeksi lebih besar daripada sel darah merah di sekitarnya. Demam pada plasmodium vivax dapat muncul kembali saat hipnozoit melepaskan merozoit.[15]

Pada pasien tanpa penyakit komorbid, Plasmodium vivax jarang menyebabkan kematian. Namun, Plasmodium vivax dapat relaps dan pada pasien dengan penyakit kronis, spesies ini dapat menimbulkan anemia berat, malnutrisi, dan respons imun yang buruk.

Manifestasi berat yang dapat timbul adalah acute respiratory distress syndrome, gagal hati, gagal ginjal, dan syok. Koma dapat terjadi walaupun jarang karena spesies ini tidak seperti Plasmodium falciparum yang dapat menyebabkan sekuestrasi parasit di otak dalam jumlah banyak.[15]

Plasmodium Ovale

Masa inkubasi Plasmodium ovale adalah 12–18 hari sehingga pola demam sama seperti malaria vivax, dengan manifestasi klinis ringan.[4,20]

Terdapat 2 spesies Plasmodium ovale, yakni Plasmodium ovale curtisi dan Plasmodium ovale wallikeri. Kedua spesies ini memiliki manifestasi klinis dan penatalaksanaan yang sama. Plasmodium ovale mirip dengan Plasmodium vivax, tetapi tidak membutuhkan antigen Duffy untuk menginvasi sel darah merah.

Pada pemeriksaan apusan darah tepi, Plasmodium ovale tampak trofozoit seperti komet dan sel darah merah akan tampak oval dengan fimbria (seperti jari) pada membran sel. Bentuk cincin, skizon, dan gametosit Plasmodium ovale sama dengan Plasmodium vivax.[15]

Plasmodium Malariae

Plasmodium malariae (malaria kuartana) merupakan malaria dengan manifestasi klinis paling ringan. Masa inkubasi sekitar 2–4 minggu dengan demam berulang dan interval bebas demam selama 3 hari.[4,20]

Jumlah merozoit yang dikeluarkan saat skizon ruptur jauh lebih sedikit, sehingga parasitemia pun lebih rendah dibandingkan malaria jenis lainnya. Plasmodium malariae juga sering disebut sebagai malaria kronis karena dapat bertahan hingga puluhan tahun. Plasmodium malariae memiliki ciri khas, yakni deposit kompleks imun di ginjal yang bisa menyebabkannefritis.

Pada apusan darah tepi, parasit ditemukan dalam bentuk band, skizon dengan beberapa merozoit, dan globul dengan pigmen di bagian sentral berwarna keemasan.[15]

Plasmodium Knowlesi

Plasmodium knowlesi memiliki masa inkubasi 9–12 hari. Manifestasi klinis yang utama adalah demam dan sakit kepala. Proporsi kasus dengan komplikasi berat akibat Plasmodium knowlesi lebih sering terjadi daripada Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum.[15,20]

Manifestasi berat pada Plasmodium knowlesi berupa hipotensi, distres pernapasan, gagal ginjal akut, hiperbilirubinemia, dan syok. Koma tidak selalu terjadi pada infeksi Plasmodium knowlesi.

Manifestasi berat terjadi akibat respons imun tubuh berlebihan yang muncul saat penanganan terlambat. Plasmodium knowlesi memberikan gambaran patologi mirip Plasmodium falciparum pada jaringan otak, tetapi dengan ICAM-1 yang lebih sedikit. Mekanisme Plasmodium knowlesi berinteraksi dengan endotel untuk menciptakan sekuestrasi masih belum diketahui pasti.[15]

Transmisi Malaria

Mekanisme transmisi malaria ke manusia adalah melalui gigitan nyamuk, yaitu Anopheles sp. betina yang bertindak sebagai vektor yang berhabitat di daerah tropis dan subtropis. Vektor ini jarang ditemukan pada ketinggian di atas 2.000 meter. Anopheles sp. terutama menggigit saat senja dan fajar.

Ada lebih dari 60 spesies nyamuk Anopheles yang dapat menularkan malaria ke manusia. Walaupun jarang terjadi, malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah, tusukan jarum bekas penderita malaria, atau dari ibu hamil ke janin (malaria kongenital).[21-23]

Plasmodium knowlesi memiliki host spesifik, yakni kera Macaca fascicularis dan Macaca nemestrina yang di Indonesia dapat ditemukan di Kalimantan. Plasmodium knowlesi merupakan infeksi zoonotik dan belum ada bukti kuat bahwa malaria jenis ini dapat bertransmisi antarmanusia.[24]

Faktor Risiko

Beberapa faktor dapat meningkatkan kemungkinan terinfeksi malaria, seperti:

  • Anak-anak berusia <5 tahun
  • Wanita hamil
  • Penderita human immunodeficiency virus dengan acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS)
  • Seseorang yang bermigrasi ke daerah endemis malaria dan tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap malaria
  • Mobilisasi penduduk
  • Para pelancong[11,22]

Beberapa kelainan genetik yang mengubah struktur hemoglobin atau adanya enzim tertentu dikaitkan dengan resistensi terhadap malaria. Misalnya, golongan darah duffy negatif memberikan perlindungan terhadap infeksi Plasmodium vivax. Begitu pula dengan orang dengan thalassemia, hemoglobin C, dan hemoglobin E, yang memiliki peluang infeksi malaria falciparum atau vivax lebih kecil. Pasien dengan defisiensi glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD) dan hemoglobin sel sabit lebih terlindung dari malaria berat dan komplikasinya.[25]

Referensi

4. Kemenkes RI. Buku saku tatalaksana kasus malaria. Jakarta: Kemenkes RI; 2020.
15. Milner DA. Malaria pathogenesis. Cold Spring Harb Perspect Med. 2018;8(1):a025569.
16. Zekar L, Sharman T. Plasmodium falciparum malaria. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555962/
19. Lee WC, Russell B, Renia L. Sticking for a cause: The falciparum malaria parasites cytoadherence paradigm. Front Immunol. 2019;10:1444.
20. Flavin K, Morkane C, Marsh S. Malaria. In Principles and Practice for Public Health and Healthcare Practitioners. Cambridge: Cambridge University Press; 2018. https://doi.org/10.1017/9781108233712.056
21. Fitriany J, Sabiq A. Malaria. Jurnal Averrous. 2018;4(2).
22. World Health Organization. Malaria. https://www.who.int/ith/diseases/malaria/en/
23. Department of State of Georgia Public Health. Malaria Fact Sheet. 2014. https://dph.georgia.gov/sites/dph.georgia.gov/files/related_files/document/ADES_Malaria_Fact_Sheet.pdf
24. Brock PM, Fornace KM, Parmiter M, Cox J, Drakeley CJ, Ferguson HM, et al. Plasmodium knowlesi transmission: integrating quantitative approaches from epidemiology and ecology to understand malaria as a zoonosis. Parasitology. 2016;143(4):389-400.
25. Lelliott PM, McMorran BJ, Foote SJ, Burgio G. The influence of host genetics on erythrocytes and malaria infection: is there therapeutic potential? Malaria Journal. 2015;14(1):289.

Patofisiologi Malaria
Epidemiologi Malaria

Artikel Terkait

  • Profilaksis Malaria
    Profilaksis Malaria
  • Pencegahan Transmisi Malaria Falciparum dengan Primakuin
    Pencegahan Transmisi Malaria Falciparum dengan Primakuin
  • Pencegahan Malaria pada Kehamilan
    Pencegahan Malaria pada Kehamilan
  • Keamanan dan Efikasi Vaksin Malaria R21/Matrix-M – Telaah Jurnal Alomedika
    Keamanan dan Efikasi Vaksin Malaria R21/Matrix-M – Telaah Jurnal Alomedika
  • Kemoprofilaksis Jangka Panjang untuk Malaria
    Kemoprofilaksis Jangka Panjang untuk Malaria

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 11 November 2024, 08:12
Pemberian profilaksis malaria maksimal?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo sejawat, saya ingin bertanya, apakah sejawat mengetahui untuk orang yang hendak bekerja di papua/daerah endemis malaria sekitar 1 tahun, berapa lama dok...
dr. Nabilah salsabila
Dibalas 18 November 2024, 11:53
Obat malaria alternatif dari dihidroartemisinin-piperakuin
Oleh: dr. Nabilah salsabila
1 Balasan
Alodok, izin bertanya dok, jika tidak ada obat DHP atau ACT di faskes maupun di provinsi, hanya ada primakuin, apakah ada alternatif lain yang dapat diberikan?
Anonymous
Dibalas 31 Juli 2024, 07:45
Terminologi Diagnosis Malaria Plus
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat malam dokter sekalian, mohon izin bertanya dan berdiskusi mengenai terminologi diagnosis Malaria, saya menemukan terminologi Malaria Plus 4, namun...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.