Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Edukasi dan Promosi Kesehatan Malaria kirti 2024-09-09T11:18:05+07:00 2024-09-09T11:18:05+07:00
Malaria
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Edukasi dan Promosi Kesehatan Malaria

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Edukasi dan promosi kesehatan mengenai risiko infeksi malaria dan upaya pencegahan perlu diberikan kepada pelancong yang hendak bepergian ke daerah endemis atau orang-orang yang berdomisili di daerah endemis malaria. Deteksi dini gejala, pemeriksaan penunjang malaria, dan pemberian antimalaria secara cepat dan tepat akan memberikan hasil pengobatan yang baik.[3]

Edukasi Pasien

Selain edukasi mengenai cara pencegahan malaria dan pengenalan gejala awal malaria, hal yang penting yang perlu disampaikan kepada pasien malaria adalah cara mengonsumsi obat dengan dosis yang tepat agar tidak terjadi resistensi Plasmodium.[4]

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Upaya pencegahan dan pengendalian malaria yang terutama adalah pengendalian vektor. Pengendalian vektor malaria yang efektif dengan cakupan area yang luas dapat diupayakan dengan penggunaan kelambu berinsektisida dan penyemprotan insektisida dalam ruangan.[9]

Pengendalian Vektor

Pengendalian vektor nyamuk dewasa dilakukan dengan penggunaan kelambu yang telah dibubuhi insektisida (insecticide-treated bed net), penggunaan repelan DEET (diethyl-meta-toluamide), penggunaan pakaian yang menutupi sebagian besar permukaan kulit, dan penyemprotan insektisida dalam ruangan (indoor-insecticide spraying).[3,31]

Pemberantasan larva nyamuk dilakukan dengan menyiram insektisida ke permukaan air habitat larva, menggunakan nematoda dan ikan tertentu untuk memangsa larva nyamuk, serta fogging.[46]

Kemoprofilaksis

Salah satu upaya pencegahan penyakit malaria adalah dengan medikamentosa profilaksis (kemoprofilaksis) untuk orang yang akan bepergian ke daerah endemis malaria. Berbagai medikamentosa yang dapat digunakan pada orang dewasa, yakni:

  • Atovaquone-proguanil (Malarone): atovaquone 250 mg 1x sehari dan proguanil HCl 100 mg 1x sehari selama berada di daerah endemis hingga 1 minggu setelah keluar dari daerah tersebut
  • Doxycycline: 100 mg, 1x sehari selama berada di daerah endemis hingga 1 bulan setelah keluar dari daerah endemis

  • Mefloquine: 228 mg basa (~250 mg garam), 1x per minggu selama berada di daerah endemis hingga 1 bulan setelah keluar dari daerah endemis[31]

Di Indonesia, obat yang dapat diberikan sebagai kemoprofilaksis adalah doxycycline dengan 100 mg/ hari, diminum 1 hari sebelum bepergian dan selama berada di daerah endemis malaria sampai 4 minggu setelah kembali dari daerah tersebut. Doxycycline tidak boleh dikonsumsi >3 bulan. Pemberian kemoprofilaksis malaria perlu mempertimbangkan keamanan dan durasi konsumsi. Doxycycline tidak diberikan untuk ibu hamil dan anak berusia <8 tahun.[4]

Jika pasien sudah meminum obat profilaksis malaria tetapi tetap terinfeksi malaria, maka obat profilaksis tersebut tidak boleh digunakan sebagai regimen pengobatan.[30]

Saat ini belum ada panduan penggunaan kemoprofilaksis malaria pada wanita hamil di Indonesia. WHO menggunakan Intermittent Preventive Treatment of Malaria in Pregnancy (IPTp) di samping upaya pencegahan lain, yaitu penggunaan repelen, kelambu, dan antinyamuk elektrik.[48]

Vaksinasi

Sampai saat ini belum ada vaksinasi malaria yang beredar di pasaran. Ada 2 kandidat vaksin malaria, yakni RTS,S/ASO1 dan PfSPZ yang terbukti efektif, aman, dan dapat ditoleransi dengan baik oleh beberapa studi.[47]

Program Eliminasi Malaria di Indonesia

Program eliminasi malaria di Indonesia tertulis dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 293/MENKES/SK/IV/2009. Pengendalian malaria menuju eliminasi dilakukan secara bertahap sampai seluruh pulau tercakup dengan tujuan terwujudnya masyarakat hidup sehat yang terbebas dari penularan malaria sampai tahun 2030.[8]

Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia dapat dipantau dengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API) sejak tahun 2007. Berdasarkan indikator API, semua kasus malaria harus dibuktikan dengan hasil pemeriksaan darah dan semua kasus positif harus diobati dengan pengobatan berbasis artemisinin.[8]

Kementerian Kesehatan menyusun dan menetapkan strategi spesifik program malaria guna percepatan eliminasi malaria, yakni sebagai berikut.

  • Akselerasi: strategi ini dilakukan secara menyeluruh di wilayah endemis tinggi malaria, seperti Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan NTT. Kegiatan yang dilakukan mencakup edukasi dan memberikan kelambu antinyamuk secara massal, menyemprot dinding rumah di seluruh desa dengan API >40%, menemukan kasus malaria secara dini, dan mengobati secara tepat dan tuntas
  • Intensifikasi: upaya pengendalian penyakit di luar daerah timur Indonesia, seperti wilayah pertambangan, pertanian, kehutanan, transmigrasi, dan pengungsian. Kegiatan yang dilakukan berupa pemberian kelambu antinyamuk di daerah yang berisiko tinggi, menemukan kasus malaria secara dini, dan mengobati secara tepat dan tuntas, menyemprot dinding rumah pada lokasi kejadian luar biasa (KLB) malaria, serta menemukan kasus aktif (mass blood survey)
  • Eliminasi: dilakukan pada daerah endemis rendah. Kegiatan yang dilakukan adalah penguatan surveilans migrasi, surveilans daerah yang rawan perindukan vektor (reseptif), penemuan kasus aktif, penguatan rumah sakit rujukan, penemuan dini kasus malaria, dan pengobatan yang tepat dan tuntas[4,7]

Penulisan pertama: Dr. dr. Riawati, M. Med, Ph.

Referensi

3. Herchline TE. Malaria. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/221134-clinical
4. Kemenkes RI. Buku saku tatalaksana kasus malaria. Jakarta: Kemenkes RI; 2020.
7. Pusdatin Kementrian Kesehatan RI. Malaria. Jakarta: PUSDATIN; 2016.
8. Kementrian Kesehatan RI. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI; 2011.
9. World Health Organization. World malaria report 2019. Geneva: World Health Organization; 2019.
30. Centers for Disease Control and Prevention. Treatment of malaria (guidelines for clinicians). 2019. https://www.cdc.gov/Malaria/resources/pdf/clinicalguidance.pdf
31. Buck E, Finnigan NA. Malaria. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551711/
46. Centers for Disease Control and Prevention. Larval control and other vector control interventions. https://www.cdc.gov/malaria/malaria_worldwide/reduction/vector_control.html
47. CDC. Malaria vaccines. https://www.cdc.gov/malaria/malaria_worldwide/reduction/vaccine.html
48. World Health Organization. WHO policy brief for the implementation of intermittent preventive treatment of malaria in pregnancy using sulfadoxine-pyrimethamine (IPTp-SP). 2013. http://www.who.int/malaria/publications/atoz/policy_brief_iptp_sp_policy_recommendation/en/

Prognosis Malaria

Artikel Terkait

  • Profilaksis Malaria
    Profilaksis Malaria
  • Pencegahan Transmisi Malaria Falciparum dengan Primakuin
    Pencegahan Transmisi Malaria Falciparum dengan Primakuin
  • Pencegahan Malaria pada Kehamilan
    Pencegahan Malaria pada Kehamilan
  • Keamanan dan Efikasi Vaksin Malaria R21/Matrix-M – Telaah Jurnal Alomedika
    Keamanan dan Efikasi Vaksin Malaria R21/Matrix-M – Telaah Jurnal Alomedika
  • Kemoprofilaksis Jangka Panjang untuk Malaria
    Kemoprofilaksis Jangka Panjang untuk Malaria

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 11 November 2024, 08:12
Pemberian profilaksis malaria maksimal?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo sejawat, saya ingin bertanya, apakah sejawat mengetahui untuk orang yang hendak bekerja di papua/daerah endemis malaria sekitar 1 tahun, berapa lama dok...
dr. Nabilah salsabila
Dibalas 18 November 2024, 11:53
Obat malaria alternatif dari dihidroartemisinin-piperakuin
Oleh: dr. Nabilah salsabila
1 Balasan
Alodok, izin bertanya dok, jika tidak ada obat DHP atau ACT di faskes maupun di provinsi, hanya ada primakuin, apakah ada alternatif lain yang dapat diberikan?
Anonymous
Dibalas 31 Juli 2024, 07:45
Terminologi Diagnosis Malaria Plus
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat malam dokter sekalian, mohon izin bertanya dan berdiskusi mengenai terminologi diagnosis Malaria, saya menemukan terminologi Malaria Plus 4, namun...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.