Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Depresi general_alomedika 2025-05-07T11:12:40+07:00 2025-05-07T11:12:40+07:00
Depresi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Depresi

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Etiologi depresi bersifat multifaktorial, yang melibatkan faktor kerentanan biologis dan stressor psikososial. Meski demikian, mekanisme pasti secara neurobiologis masih belum diketahui.[7,13]

Faktor-faktor penyebab depresi bersifat individual. Setiap orang akan mempunyai faktor yang berbeda-beda sebagai dasar timbulnya depresi. Secara garis besar, depresi ditimbulkan oleh adanya distress yang tidak diikuti oleh mekanisme koping yang baik.[2,4,7]

Faktor Genetik

Riwayat keluarga dengan depresi merupakan salah satu faktor risiko depresi. Heritabilitas depresi dilaporkan mencapai 40%. Kerabat tingkat pertama berisiko 3 kali lebih tinggi mengalami depresi dibandingkan populasi umum, tetapi perlu dicatat bahwa depresi juga dapat terjadi pada individu yang tidak memiliki riwayat depresi dalam keluarga.[5]

Ada beberapa teori mengenai pewarisan depresi. Kerentanan depresi diduga dapat diwariskan, tetapi mekanisme koping dan disfungsi neurotransmisi juga diduga dapat diwariskan dan menjadi faktor risiko depresi. Faktor lain adalah faktor epigenetik berupa paparan kognisi negatif dari orang tua.[7]

Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang bisa menjadi penyebab depresi adalah riwayat gangguan mental sebelumnya, masalah kepribadian, dan kemampuan koping yang buruk.[2,4,11]

Pengalaman traumatik pada masa kecil, terutama kejadian berulang, juga merupakan faktor risiko potensial depresi. Peristiwa traumatik dalam kehidupan sehari-hari juga seringkali menjadi faktor pemicu depresi.[5]

Stressor Sehari-hari

Stressor sehari-hari yang bisa menjadi faktor risiko depresi antara lain kehilangan pekerjaan atau pengangguran dalam waktu lama, hubungan interpersonal yang abusive, isolasi atau kesepian, dan paparan stress pekerjaan dalam waktu lama.[2,4,11]

Penyakit Fisik

Penyakit kronis menahun dan kondisi medis yang menimbulkan disabilitas juga merupakan faktor risiko untuk timbulnya depresi. Beberapa contoh penyakit fisik yang meningkatkan risiko depresi adalah diabetes, obesitas, dan gangguan kardiovaskular.[4,5] Individu yang mengalami disabilitas fisik atau gangguan fungsi sensori juga berisiko mengalami depresi.[3]

Kondisi neurologis yang telah dikaitkan dengan depresi antara lain epilepsi, multiple sclerosis, penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, penyakit serebrovaskular, dan cedera otak traumatik. Penyakit fisik lain yang telah dikaitkan dengan risiko depresi adalah infeksi HIV, neurosifilis, kardiomiopati, penyakit jantung iskemik, gagal jantung, hipotiroidisme, irritable bowel syndrome, dan gangguan hati kronis.[8]

Faktor Sosiodemografis

Faktor sosial dan ekonomi berperan penting dalam timbulnya gangguan mental, khususnya depresi. Kondisi sosiodemografis yang merupakan faktor risiko depresi antara lain jenis kelamin wanita, keterbatasan finansial, kehilangan pekerjaan, stressor tempat kerja, gangguan dalam pernikahan, tingkat pendidikan lebih rendah, dan etnis minoritas.[4,7]

Faktor Risiko Depresi pada Usia Lebih Tua

Faktor risiko depresi akhir kehidupan sebetulnya memiliki kesamaan dengan kelompok usia lain, mencakup jenis kelamin wanita, isolasi sosial, kematian pasangan, bercerai, status sosial ekonomi yang lebih rendah, kondisi medis umum buruk, nyeri yang tidak terkontrol, insomnia, serta gangguan kognitif dan fungsional. Selain itu, telah dilaporkan bahwa risiko depresi meningkat pada penghuni panti jompo. Tabel 1 merangkum berbagai faktor risiko timbulnya depresi.[8]

Tabel 1. Faktor Risiko Depresi

Faktor Internal Faktor Eksternal Kejadian dalam Hidup

●      Jenis kelamin perempuan

●      Riwayat ansietas

●      Kepercayaan diri yang rendah

●      Neurotik

●      Gangguan perilaku

●      Penggunaan narkotika

●      Pelecehan seksual pada masa kanak-kanak

●      Penyakit kronik

●      Lingkungan keluarga terganggu

●      Riwayat perceraian

●      Tingkat pendidikan rendah

●      Dukungan sosial kurang

●      Kehilangan orang tua

Sumber: dr. Irwan, Alomedika, 2022.[8]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan

Referensi

2. Potter DR. Major Depression Disorder in Adults: A Review of Antidepressants. International Journal of Caring Sciences 2019;12:7.
3. Wallace S, Mactaggart I, Banks LM, Polack S, Kuper H. Association of anxiety and depression with physical and sensory functional difficulties in adults in five population-based surveys in low and middle-income countries. PLoS ONE 2020;15:e0231563.
4. Riedl D, Schüßler G. Factors associated with and risk factors for depression in cancer patients – A systematic literature review. Translational Oncology 2022;16:101328.
5. APA. Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.) TR (Text revision). Arlington VA: American Psychiatric Publishing; 2022. https://www.appi.org/Products/DSM-Library/Diagnostic-and-Statistical-Manual-of-Mental-Di-(1)
6. WHO. International Classification of Disease 11 for Mortality and Morbidity Statistic. 2019. https://icd.who.int/browse11/l-m/en
7. Li J, Zhou S, Zhu M. The Causes, Prevention and Treatment of Adolescent Depression: A Review. Advances in Social Science, Education and Humanities Research. 2021. https://dx.doi.org/10.2991/assehr.k.211220.009
8. Maurer DM, Raymond TJ, Davis BN. Depression: Screening and Diagnosis. Am Fam Physician. 2018 Oct 15;98(8):508-515. PMID: 30277728.
9. Guideline Development Panel for the Treatment of Depressive Disorders. Summary of the clinical practice guideline for the treatment of depression across three age cohorts. Am Psychol. 2021 Nov 29. doi: 10.1037/amp0000904. Epub ahead of print. PMID: 34843274.
10. Avnioglu S, Cankaya S. A Novel Therapeutic and Diagnostic Approach in Depression Related Cognitive Impairment. Sys Rev Pharm 2021; 12(12): 3858-3860
11. Tian H, Hu Z, Xu J, Wang C. The molecular pathophysiology of depression and the new therapeutics. MedComm 2022;3:e156.
13. Bains N, Abdijadid S. Major Depressive Disorder. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559078/

Patofisiologi Depresi
Epidemiologi Depresi

Artikel Terkait

  • Hubungan Depresi dan Jumlah Langkah
    Hubungan Depresi dan Jumlah Langkah
  • Penilaian Risiko Pasien Bunuh Diri
    Penilaian Risiko Pasien Bunuh Diri
  • Pendekatan Penanganan Pasien Bunuh Diri
    Pendekatan Penanganan Pasien Bunuh Diri
  • Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menghentikan Antidepresan
    Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menghentikan Antidepresan
  • Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi
    Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 08 Mei 2025, 18:58
Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan penyalahgunaan narkoba
Oleh: Anonymous
6 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien usia 38 thn laki laki dengan penyalahgunaan narkoba ganja dan sabu beliau memiliki bpjs, pasien dengan keluhan sering sedih,...
Anonymous
Dibalas 11 Maret 2025, 00:36
Terapi depresi di Faskes Primer
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo Dokter, izin bertanya dokter. Bagaimana memulai terapi depresi di Puskesmas dokter dengan kriteria sudah memenuhi kriteria depresi. Ditambah lagi sudh...
dr. Uditia Alham Sakti, Sp.KJ
Dibalas 17 September 2024, 08:35
Mengenal distimia (persistent depressive disorder)
Oleh: dr. Uditia Alham Sakti, Sp.KJ
3 Balasan
Distimia, juga dikenal sebagai gangguan depresi persisten (Persistent Depressive Disorder, PDD). Distimia merupakan gangguan mood kronis yang ditandai dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.