Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Parasomnia general_alomedika 2023-06-28T10:33:11+07:00 2023-06-28T10:33:11+07:00
Parasomnia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Parasomnia

Oleh :
dr.Adrian Prasetio SpKJ
Share To Social Media:

Diagnosis parasomnia ditegakkan secara klinis berdasarkan kriteria DSM–V maupun Internal Classification of Sleep Disorder (ICSD)–3 dengan investigasi riwayat fase tidur dan identifikasi faktor risiko seperti obat–obatan golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI).[3,11]

Pengambilan riwayat medis umum dan penggalian riwayat tidur secara mendalam umumnya cukup untuk menegakkan diagnosis parasomnia. Apabila diagnosis masih belum jelas, maka dilakukan polisomnografi. Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan tidak spesifik untuk parasomnia dan jarang diperlukan.[3]

Terdapat beberapa klasifikasi parasomnia, menurut Diagnostic and Statistical Manual (DSM)–V dan Internal Classification of Sleep Disorder–3. Klasifikasi ICSD–3 lebih komprehensif dibandingkan dengan DSM–V.[3]

Tabel 2. Klasifikasi Parasomnia menurut Internal Classification of Sleep Disorder–3 (ICSD–3)

Klasifikasi Parasomnia menurut Internal Classification of Sleep Disorder-3 (ICSD-3)

A. Parasomnia NREM

●      Kondisi kebingungan

●      Sleepwalking

●      Terror tidur

●      Gangguan makan terkait tidur

B. Parasomnia REM

●      Gangguan perilaku terkait fase REM

●      Recurrent isolated sleep paralysis

●      Mimpi buruk

C. Parasomnia lain

●      Exploding head syndrome

●      Halusinasi terkait tidur

●      Enuresis

●      Parasomnia terkait kondisi medis tertentu

●      Parasomnia terkait penyalahgunaan zat atau obat

●      Parasomnia, unspecified

Sumber: dr. Adrian Prasetio, 2020[14]

Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara mendalam untuk menggali riwayat tidur. Anamnesis dilakukan pada pasien dan pasangan tidur. Beberapa hal yang harus digali saat anamnesis meliputi:

  • Kebiasaan tidur dan bangun pada hari biasa dan hari libur
  • Frekuensi, durasi, dan tingkat kesegaran setelah tidur
  • Kepuasan akan tidur
  • Kesulitan memulai atau mempertahankan tidur
  • Rasa takut, kekhawatiran, atau ruminasi saat tidur
  • Gerakan motorik yang terjadi saat tidur
  • Adanya binatang peliharaan dan apakah mereka tidur di ranjang yang sama dengan pasien
  • Riwayat medis lain, riwayat keluarga, serta riwayat penggunaan obat atau zat[1,7]

Aktivitas otonom yang bermakna umumnya disebabkan oleh terror tidur. Pada parasomnia NREM, pasien sering didapatkan kebingungan saat terbangun, mata tetap terbuka selama episode parasomnia, dan amnesia. Hal tersebut tidak ditemukan pada parasomnia REM.[2]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk membantu mengidentifikasi penyebab organik dari parasomnia. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan fisik:

  • Observasi umum pasien, untuk menilai kesadaran. Menguap terus, iritabel, kelopak mata yang cenderung turun, sering mengubah posisi, dan tatapan kosong dapat mengindikasikan rasa kantuk yang berlebihan
  • Evaluasi parameter perkembangan. Berat badan berlebih atau obesitas berkaitan dengan obstructive sleep apnea (OSA)
  • Pernapasan dari mulut secara persisten mengindikasikan obstruksi nasal[9]

Diagnosis Banding

Parasomnia perlu dibedakan dengan kejang nokturnal.

Kejang Nokturnal

Kejang nokturnal merupakan diagnosis yang harus dipertimbangkan pada pasien yang dicurigai parasomnia. Kejang generalisata tonik klonik umumnya cukup jelas dibedakan dengan parasomnia dari riwayat pasien dan tampilan klinis seperti menggigit lidah, inkontinensia urine, gerakan tonik klonik, dan kebingungan atau mengantuk setelah episode kejang.

Akan tetapi, kejang nokturnal lobus frontal dan parasomnia cukup sulit dibedakan karena keduanya menampilkan perilaku yang tidak biasa, otomatisasi, dan kurang responsif terhadap.[9]

Salah satu kunci membedakan kejang nokturnal dan parasomnia adalah waktu terjadinya. Parasomnia NREM terjadi pada sepertiga awal waktu tidur, saat fase NREM dominan, sedangkan parasomnia REM terjadi pada sepertiga akhir waktu tidur. Kejang nokturnal dapat terjadi pada fase manapun, tetapi cenderung ditemukan saat memasuki fase NREM atau sebelum bangun dari tidur.[9]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang gold standard untuk parasomnia adalah polisomnografi, biasanya dilakukan untuk menilai kontinuitas tidur dari fase satu ke fase tidur lainnya, serta gerakan periodik saat tidur. Akan tetapi, pemeriksaan penunjang tidak rutin dilakukan dan direkomendasikan jika diagnosis belum jelas atau meragukan secara klinis.

Polisomnografi

Polisomnografi adalah pemantauan aktivitas fisiologis saat tidur secara berkesinambungan dan komprehensif. Polisomnografi dilakukan pada malam hari selama 6–8 jam.

Hal yang dicatat selama pemeriksaan adalah aktivitas gelombang otak, gerakan mata, aktivitas elektromiografi submental, aliran udara hidung dan mulut, tekanan rongga hidung, usaha napas, saturasi oksihemoglobin, denyut jantung, dan gerakan kaki.[3]

Pasien dengan REM behavior disorder atau RBD menunjukkan hilangnya atonia yang khas pada tidur REM atau disebut REM sleep without atonia (RSWA). RSWA harus ditemukan untuk menegakkan diagnosis parasomnia REM, disertai dengan salah satu dari cedera terkait tidur atau perilaku abnormal saat tidur. Pada polisomnografi juga dapat ditemukan peningkatan aktivitas otot skelet transien dan fasik pada submental atau tungkai.[4]

Actinography

Actinography dilakukan menggunakan benda seperti jam tangan untuk memantau gerakan saat tidur, biasanya dalam waktu 5–14 hari. Actinography mampu memberikan data pola tidur dan bangun, serta memiliki keunggulan dibandingkan dengan polisomnografi karena mampu memberikan data beberapa hari dari lingkungan tempat tinggal.[9]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Singh S, Muacevic A, Adler J. Parasomnia: A Comprehensive Review. Cureus. 2018. 10(12): e3807. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6402728/
2. Fleetham JA, Fleming JAE. Parasomnias. CMAJ. 2014. 186(8): E273–E280. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4016090/
3. Ahmed SMS. Sleepwalking. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/1188854-overview#a6
4. Rodriguez CL, Foldvary-Schaefer N, Clinical neurophysiology of NREM parasomnias. Handbook of Clinical Neurology. 2019. Volume 161, Pages 397-410
7. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. 10th Ed. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2017.
9. Wise MS, Glaze DG. Assessment of sleep disorder in children. UpToDate. 2019. https://www.uptodate.com/contents/assessment-of-sleep-disorders-in-children
11. Fariba KA, Tadi P. Parasomnias. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560524/

Epidemiologi Parasomnia
Penatalaksanaan Parasomnia

Artikel Terkait

  • Studi Literatur - Bahaya Blue Light
    Studi Literatur - Bahaya Blue Light
  • Suplemen Magnesium Untuk Insomnia pada Dewasa - Telaah Jurnal Alomedika
    Suplemen Magnesium Untuk Insomnia pada Dewasa - Telaah Jurnal Alomedika
  • Efikasi Farmakoterapi Gangguan Tidur pada Penderita Dementia
    Efikasi Farmakoterapi Gangguan Tidur pada Penderita Dementia
  • Risiko Pemberian Benzodiazepine dalam Penanganan Insomnia pada Lansia
    Risiko Pemberian Benzodiazepine dalam Penanganan Insomnia pada Lansia
  • Perbandingan Lemborexant dengan Obat Insomnia Lain
    Perbandingan Lemborexant dengan Obat Insomnia Lain

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 12 Juni 2025, 14:15
Penggunaan melatonin/deep sleep gummy untuk jangka panjang
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin para dokter dan teman teman untuk penggunaan melatonin/ deep sleep gummy apakah aman untuk digunakan jangka panjang/ apakah ada efek samping, dan apakah...
Anonymous
Dibalas 29 Oktober 2024, 07:58
Ketika tidur, sulit dibangunkan kembali
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter.Saya memiliki pasien anak remaja 16 tahun datang dengan dibawa dengan keadaan seperti tidur,sebelumnya pasien pagi hari aktivitas seperti biasa...
Anonymous
Dibalas 15 November 2022, 10:17
Penanganan awal pasien insomnia - Jiwa Ask the Expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dok, dr. Irwan spkjIzin bertanya, apa yg dpt sarankan ke pada pasien dgn insomnia, selain obat?Di faskes hanya ada ctm, apakah boelh di berikan ?

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.