Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Abses Paru general_alomedika 2022-08-19T11:38:08+07:00 2022-08-19T11:38:08+07:00
Abses Paru
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Abses Paru

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Penatalaksanaan utama untuk abses paru adalah pemberian antibiotik. Antibiotik dipilih sesuai perkiraan bakteri penyebab, diberikan secara intravena, dan dilanjutkan secara peroral jika sudah memungkinkan. Beberapa kasus abses paru mungkin memerlukan tindak lanjut berupa drainase eksternal, torakotomi, dan lobektomi.

Penentuan Rawat Jalan atau Rawat Inap untuk Pasien Abses Paru

Peran klinik rawat jalan adalah sebagai tempat pemantauan respons pasien terhadap terapi antibiotik dan evaluasi komplikasi yang mungkin terjadi selama terapi. Namun, pemberian terapi antibiotik awal biasanya dilakukan saat rawat inap, khususnya untuk pasien dengan riwayat kegagalan merespons antibiotik untuk pneumonia, pasien abses paru sekunder, maupun pasien dengan tampilan klinis septik atau sakit berat.[6,14]

Inisiasi terapi di unit rawat inap juga lebih tepat direncanakan bagi pasien yang berisiko tidak patuh menjalani terapi antibiotik, berisiko mangkir selama pemantauan terapi, atau memiliki kondisi medis penyerta yang memerlukan rawat bersama dokter spesialis lain.

Setelah kondisi pasien stabil dan responsif terhadap inisiasi antibiotik intravena, pasien dapat direncanakan untuk pemantauan lanjutan di klinik rawat jalan di bawah supervisi seorang dokter spesialis paru atau penyakit dalam.[6,14]

Medikamentosa

Antibiotik merupakan terapi utama untuk kasus abses paru. Antibiotik perlu disesuaikan dengan patogen penyebab yang ditemukan. Bila bakteri anaerob dipikirkan sebagai penyebabnya, clindamycin merupakan antibiotik pilihan utama yang telah terbukti lebih superior daripada penicillin.[2]

Penicillin dapat menjadi antibiotik lini kedua bila clindamycin tidak tersedia. Namun, beberapa bakteri anaerob seperti Bacteroides sp. dan Fusobacterium sp. resisten terhadap penicillin. Oleh karena itu, pertimbangkan pemberian kombinasi penicillin dan asam klavulanat atau penicillin dan metronidazole.[2]

Penelitian terkini oleh Mohapatra, et al. menyarankan sefalosporin generasi ketiga dan metronidazole atau clindamycin. Hal ini dianjurkan dengan mempertimbangkan Klebsiella pneumoniae sebagai patogen tersering pada kasus abses paru dan jumlah kasus resistensi antibiotik yang meningkat.[9]

Antibiotik perlu diberikan secara intravena selama 5–21 hari lalu dilanjutkan dengan pemberian peroral selama 7–21 hari. Durasi pemberian antibiotik tergantung pada perkembangan penyakit dan evaluasi klinis, radiologi, dan laboratorium.[2,30]

Pembedahan

Pembedahan bukan merupakan modalitas terapi utama dan tidak selalu diperlukan. Namun, pembedahan perlu dipertimbangkan pada beberapa kondisi berikut:

  • Abses paru dengan ukuran besar (>6 cm)
  • Resistensi antibiotik
  • Perdarahan yang signifikan[30]

Pembedahan pada kasus abses paru dapat berupa drainase eksternal yang dilakukan melalui video-assisted thoracoscopic surgery (VATS) atau torakotomi. Lobektomi perlu dipertimbangkan pada kasus abses paru dengan kerusakan jaringan yang luas.[30]

Kasus abses paru lainnya yang mungkin membutuhkan intervensi pembedahan adalah abses paru yang disertai hemoptisis masif. Untuk menghentikan perdarahan, bedah atau embolisasi arteri bronkial perlu dipertimbangkan.[30]

Pemantauan di Klinik Rawat Jalan

Pemantauan di unit rawat jalan dilakukan untuk melihat respons terapeutik. Perbaikan gejala klinis dan rontgen dada berkala menjadi data yang penting dikumpulkan selama pemantauan respons pengobatan. Umumnya, perbaikan infiltrat di sekitar abses bisa tercapai dalam kurun waktu minimal 8 minggu sejak pengobatan.[4,32]

Gambaran rontgen dada mungkin terkesan memburuk dalam 2 minggu pertama terapi. Perbaikan gejala klinis biasanya mendahului perbaikan gambaran radiologis. Hal ini perlu disampaikan pada pasien saat pemantauan rawat jalan di poliklinik.[4,32]

Bila pasien mengalami demam persisten selama >2 minggu, komplikasi dari abses paru patut dicurigai. Komplikasi bisa disebabkan oleh empiema, obstruksi akibat keganasan atau benda asing, infeksi oleh bakteri kebal antibiotik, maupun respons terapeutik yang inadekuat akibat luasnya kavitas. Pada kondisi semacam ini, pemeriksaan lanjutan seperti bronkoskopi, CT scan, dan kultur bakteri biasanya diperlukan untuk memastikan ada atau tidaknya komplikasi.[9,16,25]

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

2. Kuhajda I, Zarogoulidis K, et al. Lung abscess-etiology, diagnostic and treatment options. Ann Transl Med. 2015;3(13):183.
4. Moreira J da S, Camargo J de JP, et al. Lung abscess: analysis of 252 consecutive cases diagnosed between 1968 and 2004. J Bras Pneumol. 2006 Apr;32(2):136–43.
6. Yazbeck MF, Dahdel M, et al. Lung abscess: Update on microbiology and management. Am J Ther. 2014;21(3):217–21.
9. Mohapatra MM, Rajaram M, Mallick A. Clinical, Radiological and Bacteriological Profile of Lung Abscess - An Observational Hospital Based Study. Open Access Maced J Med Sci. 2018;6(9):1642–6.
14. Alsubie H, Fitzgerald DA. Lung abscess in children. J Pediatr Infect Dis. 2009;4(1):27–35.
16. Desai H, Agrawal A. Pulmonary emergencies: Pneumonia, acute respiratory distress syndrome, lung abscess, and empyema. Med Clin North Am. 2012;96(6):1127–48.
25. Chandra D, Rose SR, Carter RB, et al. Fluid-containing emphysematous bullae: A spectrum of illness. Eur Respir J. 2008;32(2):303–6.
30. Walters J, Foley N, Molyneux M. Pus in the thorax: Management of empyema and lung abscess. Contin Educ Anaesthesia, Crit Care Pain. 2011;11(6):229–33.
32. Touray S, Martinez-Balzano C, et al. Lung Abscess: Patient Characteristics, Microbiology, and Determinants of Complete Radiographic Resolution as a Treatment Endpoint. Chest. 2016 Oct;150(4):1237A.

Diagnosis Abses Paru
Prognosis Abses Paru

Artikel Terkait

  • Diagnosis Lesi Kavitas pada Rontgen Toraks
    Diagnosis Lesi Kavitas pada Rontgen Toraks
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas kemarin, 19:30
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 4 jam yang lalu
Salbutamol dan metilprednisolon tablet
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin bertanya ada pasien bumil minum salbutamol hanya 3 tablet berturut-turut dan metilprednisolon 4mg 1 tablet saat asthmanya kambuh. Pasien UK...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.