Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Batu Ginjal kirti 2022-08-24T16:29:00+07:00 2022-08-24T16:29:00+07:00
Batu Ginjal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Batu Ginjal

Oleh :
dr.Eveline Yuniarti
Share To Social Media:

Pada prinsipnya, etiologi batu ginjal atau nefrolitiasis adalah ketidakseimbangan kimiawi antara zat-zat kimia dalam urine dengan air sebagai pelarutnya. Penyebab spesifik batu ginjal tergantung pada jenis batu ginjal itu sendiri, sebagai contoh batu kalsium dapat disebabkan oleh hiperkalsiuria, hiperurikosuria, dan hipositraturia

Batu Kalsium

75% batu ginjal adalah batu kalsium. Batu kalsium dapat disebabkan karena hiperparatiroid, peningkatan penyerapan kalsium di usus, hiperurikosuria, hiperoksaluria, hipositraturia, ataupun hipomagnesuria. Kehamilan juga dapat meningkatkan risiko pembentukan batu kalsium.[8,10]

Batu Struvit

Batu struvit umumnya terbentuk akibat infeksi saluran kemih berulang oleh bakteri yang memiliki enzim urease, antara lain:

  • Klebsiella sp, termasuk pneumoniae yang sudah ditemukan varian hipervirulen yang menyebabkan infeksi saluran kemih komplikata

  • Proteus sp.
  • Pseudomonas sp.
  • Citrobacter
  • Coagulase-negative Staphylococcus sp.[8,11]

Batu Asam Urat

Batu asam urat terjadi pada pasien dengan hiperurikosuria, misalnya pasien hiperurisemia dan gout.[1-4]

Batu Sistin

Batu sistin  berkaitan dengan kelainan genetik dimana terjadi defek pada fungsi metabolik sehingga terjadi gangguan reabsorpsi senyawa sistin, ornitin, lisin dan arginin di ginjal.[12]

Obat

Beberapa medikamentosa dapat meningkatkan risiko batu ginjal, seperti indinavir, atazanavir, dan guaifenesin.[1-4]

Faktor Risiko

Faktor berikut meningkatkan risiko batu ginjal:

  • Gangguan kimia darah: hiperkalsiuria, sistinuria karena penyakit genetik, hiperoksaluria, hiperurikosuria, hipernatriuresis, dan hipositraturia
  • Adanya komorbiditas: gangguan usus yang menyebabkan malabsorpsi seperti kolitis dan diare kronik. Arthritis gout meningkatkan risiko batu ginjal karena peningkatan asam urat darah. Komorbid lain adalah hiperparatiroid, medullary sponge kidney, renal tubular acidosis, infeksi saluran kemih, dan sindrom metabolik

  • Diet, seperti diet tinggi kalsium
  • Riwayat pribadi atau keluarga dengan batu saluran kemih[1-4,8]

Gaya Hidup

Penderita batu ginjal banyak ditemukan pada orang-orang yang kurang asupan cairan, buah-buahan dan sayuran. Penyakit ini juga banyak ditemui pada orang-orang yang berlebihan mengonsumsi garam, protein hewani, makanan tinggi purin, sumber oksalat, minuman bersoda, serta pengguna suplemen. Gaya hidup instan pekerja sibuk, misalnya lebih banyak duduk di depan gadget dan sering mengonsumsi makanan cepat saji, juga mendukung pembentukan batu ginjal.[8]

Kehamilan

Pada kehamilan, plasenta akan mensekresikan 1,25 – dyhydroxycholecalciferol, yang akan meningkatkan ekskresi dan penampungan oksalat, asam urat, natrium, dan kalsium dalam urine. Selain itu, uterus yang semakin meregang membesar selama kehamilan menggeser semua organ dalam tubuh di sekitarnya, termasuk ginjal dan ureter.

Sekresi hormon progesteron yang meningkat selama kehamilan juga meningkatkan relaksasi otot polos uterus yang membesar, sehingga aliran urine pun dapat terhambat hingga bisa diam (terjadi urinary stasis). Diamnya aliran urine dan meningkatnya zat kimia yang dapat mencapai titik jenuh dan mengendap dalam urine mendukung terbentuknya batu ginjal.[10,13]

Pekerjaan

Pekerjaan risiko tinggi yang melibatkan paparan panas berlebih, seperti pekerja bangunan atau peleburan baja, dapat mengakibatkan kurangnya hidrasi. Tukang las dan pekerja pengecatan menggunakan spray juga terpapar kadmium dan asam oksalat yang bersifat nefrotoksik. Masalah ini meningkatkan kepekatan urine sehingga meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal.[8]

Tempat Tinggal

Tinggal di lingkungan urban memberi paparan suhu yang lebih hangat karena kurangnya vegetasi dan arsitektur bangunan urban. Hal ini meningkatkan pengeluaran air lewat keringat, dehidrasi, kepekatan urine, hingga terbentuk batu ginjal.[8]

Penggunaan Obat-obatan

Penggunaan suplemen kalsium, vitamin D, dan vitamin C diketahui justru meningkatkan insidensi batu saluran kemih. Riwayat penggunaan obat seperti probenecid, topiramate,  dan acetazolamide dapat mengganggu keseimbangan analit urine. Obat lain dapat meningkatkan risiko batu ginjal karena menimbulkan presipitasi langsung dalam urine, misalnya ciprofloxacin atau triamterene.

Penggunaan antibiotik berlebihan juga dapat mengurangi jumlah koloni bakteri Oxalobacter formigenes, yang merupakan bakteri pelindung terhadap pembentukan batu ginjal.[8]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Nathania S. Sutisna

Referensi

1. Rasyid N, Wirya G, Duarsa K, Atmoko W, Bambang P, Noegroho S, et al. Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu Saluran Kemih. Ikatan Ahli Urologi Indonesia; 2018.
2. Skolarikos A, Neisius A, Petřík A, Somani B, Thomas K, Gambaro G. EAU Guidelines on Urolithiasis. 2022.
3. Wilcox CR, Whitehurst LA, Cook P, Somani BK. Kidney stone disease: an update on its management in primary care. Br J Gen Pract. 2020 Mar 26;70(693):205-206. doi: 10.3399/bjgp20X709277. PMID: 32217603; PMCID: PMC7098514.
4. Mitchell T, Kumar P, Reddy T, Wood KD, Knight J, Assimos DG, et al. Dietary oxalate and kidney stone formation. Am J Physiol Renal Physiol. 2019;316:409–13. Available from: http://www.ajprenal.org
8. Sorokin I, Pearle MS. Medical therapy for nephrolithiasis: State of the art. Vol. 5, Asian Journal of Urology. Editorial Office of Asian Journal of Urology; 2018. p. 243–55.
10. Dai JC, Nicholson TM, Chang HC, Desai AC, Sweet RM, Harper JD, et al. Nephrolithiasis in Pregnancy: Treating for Two. Urology. 2021 May 1;151:44–53.
11. Jennings CA, Khan Z, Sidhu P, Navarrete O, Palladino A, Rutland E, et al. Management and outcome of obstructive ureteral stones in the emergency department: Emphasis on urine tests and antibiotics usage. American Journal of Emergency Medicine. 2019 Oct 1;37(10):1855–9.
12. D’Ambrosio V, Azzarà A, Sangiorgi E, Gurrieri F, Hess B, Gambaro G, et al. Results of a gene panel approach in a cohort of patients with incomplete distal renal tubular acidosis and nephrolithiasis. Kidney and Blood Pressure Research. 2021 Aug 1;46(4):469–74.
13. Cicerello E, Mangano MS, Cova G, Ciaccia M. Changing in gender prevalence of nephrolithiasis. Urologia Journal. 2021 May;88(2):90–3.

Patofisiologi Batu Ginjal
Epidemiologi Batu Ginjal

Artikel Terkait

  • Alpha Blocker untuk Manajemen Batu Saluran Kemih
    Alpha Blocker untuk Manajemen Batu Saluran Kemih
  • Kolik Renal Mereda Bukan Tanda Hilangnya Batu Ginjal
    Kolik Renal Mereda Bukan Tanda Hilangnya Batu Ginjal
  • Red Flag Hematuria
    Red Flag Hematuria
  • Peningkatan Konsumsi Air Minum dan Pencegahan Batu Ginjal
    Peningkatan Konsumsi Air Minum dan Pencegahan Batu Ginjal
  • Penggunaan Ketorolac Intranasal vs Intravena untuk Terapi Kolik Renal Berat – Telaah Jurnal Alomedika – Artikel Terkini!
    Penggunaan Ketorolac Intranasal vs Intravena untuk Terapi Kolik Renal Berat – Telaah Jurnal Alomedika – Artikel Terkini!

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 22 November 2022, 14:38
Diet untuk penderita batu ginjal - Gizi Klinik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter Kurnia Sp.GK, ada pasien yang sudah di USG ditemukan batu ginjal, sudah diberikan obat dan dinyatakan sembuh. Namun beberapa lama kemudian kambuh...
Anonymous
Dibuat 02 Juli 2022, 10:11
Nyeri perut kanan setelah pelepasan Dj Stent?
Oleh: Anonymous
0 Balasan
Alo dokter. Ijin bertanya, mohon maaf cerita saya agak panjang. Begini dokter, saya sdh 8 hari stlh pelepasan dj stent, sebelumnya saya menjalani operasi...
Anonymous
Dibalas 29 April 2022, 09:30
Gambaran USG nefrolitiasis yang masih kecil apakah akan terlihat
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter Yuki, pada pasien dengan nefrolitiasis yang masih sangat kecil atau masih seperti serbuk apakah bisa terlihat dalam USG? Terimakasih dok 🙏

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.