Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Inkontinensia Urine general_alomedika 2022-05-19T15:16:43+07:00 2022-05-19T15:16:43+07:00
Inkontinensia Urine
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Inkontinensia Urine

Oleh :
Josephine Darmawan
Share To Social Media:

Patofisiologi inkontinensia urine terjadi akibat disfungsi mekanisme otot detrusor, fungsi sfingter uretra, dan fungsi sistem saraf, sehingga fungsi kontinensia saat penyimpanan atau pengeluaran urine tidak berlangsung dengan baik.[8-10]

Fisiologi Berkemih

Fungsi berkemih sangat tergantung pada struktur anatomi (vesika urinaria, uretra, dan otot pelvis), jaringan penyokongnya, serta persarafan traktus urinarius bawah. Traktus urinarius bawah berfungsi untuk menyimpan (storage atau filling) dan mengeluarkan urine (voiding). Kelainan mekanisme ini menyebabkan gangguan miksi dan terkadang menyebabkan inkontinensia yang merupakan kebalikan retensi urine.[8-11]

Refleks miksi diatur pada pusat miksi di pons dan korteks serebri, kemudian stimulus dihantarkan ke otot detrusor, sfingter, dan vesika urinaria melalui saraf somatik, parasimpatik, dan simpatik medula spinalis. Pons berfungsi untuk mengatur relaksasi sfingter uretra dan kontraksi otot detrusor, sedangkan korteks serebri berfungsi untuk menginhibisi refleks miksi.[4,9]

Pada fase filling atau storage, terjadi inhibisi parasimpatik (S2–S4) dan stimulasi saraf simpatik (T6) untuk kontraksi leher buli dan relaksasi dinding buli. Saraf somatik pada nukleus onuf merangsang relaksasi rhabdosfingter dan mempertahankan tonus otot periuretra serta otot dasar pelvis. Vesika urinaria mempertahankan relaksasi, ekspansi adekuat, outlet tetap tertutup, mukosa uretra intak, tekanan intravesika rendah, serta tekanan uretra tinggi.

Ketika vesika urinaria penuh, dinding buli akan mengalami distensi, sehingga otot detrusor merangsang medulla spinalis dan pons untuk inhibisi simpatik, inhibisi saraf somatik, dan stimulasi parasimpatik. Fase pengosongan (voiding) dimulai saat terjadi relaksasi rhabdosfingter, relaksasi leher buli, dan kontraksi otot detrusor, sehingga resistensi uretra menurun dan urine dapat dikeluarkan.[4,8-11]

Inkontinensia Stres

Inkontinensia stres terjadi ketika terdapat ketidakseimbangan gradien tekanan uretra dan vesika urinaria, terutama pada saat terjadi kenaikan tekanan intraabdomen, seperti pada saat batuk atau tertawa. Inkontinensia stres disebabkan oleh 2 mekanisme utama, yaitu hipermobilitas uretra dan defisiensi sfingter interna saat terjadi kenaikan tekanan intraabdomen.

Hipermobilitas uretra terjadi ketika struktur penyokong vesika urinaria mengalami kelemahan, sehingga leher vesika urinaria dan uretra bagian proksimal mengalami disposisi, terutama saat terjadi peningkatan tekanan intraabdomen.

Batuk ringan menyebabkan kenaikan tekanan intraabdomen transien, sehingga bagian proksimal uretra mengalami pergeseran kaudodorsal sekitar 10 mm. Perubahan posisi ini menyebabkan tekanan yang dihantarkan ke vesika urinaria dan uretra proksimal tidak seimbang, sehingga tekanan intravesika lebih tinggi daripada uretra.

Sfingter interna berfungsi untuk menjaga tekanan uretra tetap tinggi pada saat terjadi peningkatan tekanan intraabdomen dengan cara berkontraksi, sehingga tidak terjadi perubahan gradien tekanan. Bila terjadi defisiensi sfingter interna, kontraksi sfingter melemah, sehingga tidak adekuat untuk mempertahankan tekanan uretra terhadap peningkatan tekanan intraabdomen dan terjadi inkontinensia.[8-10]

Inkontinensia Urgensi

Inkontinensia urgensi terjadi akibat overaktivitas detrusor, yang menyebabkan sensasi urgensi dan keluarnya urine secara involunter. Dalam kondisi normal, otot detrusor berkontraksi hanya pada saat proses voiding. Overaktivitas detrusor adalah kontraksi involunter otot detrusor pada fase filling atau storage yang terjadi akibat gangguan otot (miogenik) ataupun gangguan saraf (neurogenik).

Overaktivitas detrusor miogenik disebabkan akibat hipereksitabilitas otot, sedangkan gangguan neurogenik disebabkan oleh hiperaktivitas refleks miksi akibat denervasi spinal atau kortikal. Inkontinensia terjadi ketika overaktivitas detrusor mengakibatkan tekanan intravesika lebih tinggi dibandingkan tekanan uretra. Mekanisme inkontinensia urgensi dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya denervasi otot detrusor dan penurunan inhibisi sentral.[4,8,11]

Denervasi Otot Detrusor

Pada otot detrusor, terdapat area yang mengalami denervasi secara tidak merata (patchy) dan bertambahnya jaringan ikat otot polos. Hal ini menyebabkan peningkatan aksi-potensial spontan dan hipertrofi sel otot polos, yang lalu mengakibatkan coupling serabut otot dan aktivitas elektrik meningkat.[4,8,11]

Peningkatan Kontraktilitas Spontan Otot Detrusor

Inkontinensia bisa terjadi akibat peningkatan coupling serabut-serabut otot detrusor, sehingga terjadi eksitasi otot polos secara involunter pada fase storage.[4,8,11]

Oversensitivitas terhadap Stimulus

Reseptor otot detrusor bisa mengalami regulasi naik, sehingga lebih sensitif terhadap asetilkolin dan stimulus elektrik. Akibatnya, terjadi overaktivitas otot.[4,8,11]

Peningkatan Aktivitas Fiber Aferen C

Neuron aferen fiber C bisa mengalami regulasi naik, sehingga mengaktivasi refleks miksi dan menyebabkan kontraksi involunter dengan menimbulkan sensasi urgensi. Nerve growth factor (NGF), neurotropin, dan sitokin juga ditemukan meningkat pada detrusor overaktif dan meningkatkan aktivitas neuron aferen.[4,8,11]

Penurunan Inhibisi Sentral

Terjadi gangguan transmisi rangsang dari sistem saraf pusat ke pusat miksi pada pons, sehingga refleks miksi diatur oleh traktus spinobulbospinal medulla spinalis tanpa inhibisi korteks serebri.[4,8,11]

Peningkatan Transduksi Mekanosensoris Urotelial

Ketika ada deformasi atau stretch urotelium, neurotransmitter seperti ATP (adenosine triphosphate), asetilkolin, dan neuropeptida akan dilepaskan, sehingga menyebabkan transduksi neurotransmitter meningkat dan terjadi amplifikasi rangsang saraf. Transmisi ini menyebabkan sensasi penuh di buli, sehingga merangsang refleks miksi.[4,8,11]

Inkontinensia Luapan atau Overflow

Inkontinensia luapan terjadi ketika kandung kemih mengalami overdistensi akibat retensi urine ataupun gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete emptying) akibat menurunnya kontraktilitas otot detrusor, obstruksi outlet kandung kemih, atau kombinasi keduanya.

Hal tersebut menjadikan penderita inkontinensia luapan sering tidak merasakan sensasi berkemih ketika vesika urinaria telah mencapai kapasitas maksimal, sehingga dinding kandung kemih yang elastis mengalami distensi berlebih. Jika berlangsung secara kronis, overdistensi vesika urinaria akan menyebabkan inkontinensia.[2,4,7,8,10]

Inkontinensia Fungsional

Inkontinensia fungsional terjadi akibat gangguan fisik ataupun psikologi. Tidak terdapat kelainan dalam proses fisiologi berkemih. Kelainan ini umumnya disebabkan oleh faktor etiologi nongenitourinari yang dapat berlangsung transien ataupun permanen.[2,4,9]

 

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

 

Referensi

2. Syan R, Brucker BM. Guideline of guidelines: urinary incontinence. BJU Int. 2016 Jan;117(1):20-33.
4. Vasavada S, Carmel M, Rackley R, Kim E. Urinary Incontinence. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/452289-overview
7. Lukacz E. Treatment of urinary incontinence in women. UpToDate. 2019. https://www.uptodate.com/contents/treatment-of-urinary-incontinence-in-women
8. Chapple CR, Patel AK. Pathophysiology of urinary incontinence. Surgery. 2008;26:188–92.
9. Santiagu SK, Arianayagam M, Wang A, Rashid P. Urinary incontinence: Pathophysiology and management outline. Aust Fam Physician. 2008;37:106–10.
10. Delancey JOL, Ashton-Miller JA. Pathophysiology of Adult Urinary Incontinence. Gastroenterology. 2004;126:S23-32.
11. Steers WD. Pathophysiology of overactive bladder and urge urinary incontinence. Rev Urol. 2002;4:S7-18.

Pendahuluan Inkontinensia Urine
Etiologi Inkontinensia Urine

Artikel Terkait

  • Pencegahan Inkontinensia Urine Terkait Kehamilan
    Pencegahan Inkontinensia Urine Terkait Kehamilan
  • Desmopressin untuk Overactive Bladder dan Nokturia
    Desmopressin untuk Overactive Bladder dan Nokturia
  • Efektivitas Senam Kegel untuk Mengatasi Inkontinensia Urine
    Efektivitas Senam Kegel untuk Mengatasi Inkontinensia Urine
Diskusi Terkait
dr. Gabriela
Dibalas 13 Maret 2023, 15:31
Efektivitas Senam Kegel untuk Mengatasi Inkontinensia Urine - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Gabriela
1 Balasan
ALO Dokter!Senam Kegel dikatakan dapat menguatkan otot dasar panggul, dimana otot dapat melemah seiringnya bertambahnya usia. Otot dasar panggul juga dapat...
Anonymous
Dibalas 21 Juli 2022, 14:29
Volume Konsumsi Cairan Harian bagi Lansia dengan Inkontinensia Urin - Gizi Klinik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin bertanya dr. Khrisnugra Ramadhani, MGizi, SpGK, untuk pasien lansia yang mengalami inkontinensia urin, kira-kira baiknya berapa konsumsi cairan minimal...
dr. Nurul Falah
Dibalas 29 Oktober 2021, 12:43
Pasien dengan inkontinensia urin apakah terapi yang dapat diberikan
Oleh: dr. Nurul Falah
3 Balasan
Alo dokter, izin bertanya.Apakah ada obat sementara yang dapat diberikan pada pasien dengan inkontinensia urin untuk mengurangi gejalanya?Kapan pasien harus...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.