Terapi Hipotermia pada Pasien Henti Jantung dengan Irama Jantung Non-Shockable

Oleh :
dr. Vania Azalia Gunawan

Hingga saat ini belum banyak studi yang mempelajari manfaat terapi hipotermiaa pada pasien henti jantung dengan irama jantung non-shockable. Pasien henti jantung dengan irama non-shockable umumnya memiliki prognosis yang kurang baik dibandingkan dengan irama shockable. Hal ini menjadi alasan cukup sulit untuk melakukan penelitian dengan tingkat kepercayaan tinggi seperti RCT. Adapun beberapa studi yang telah dilaksanakan merupakan studi observasional dengan risiko bias yang tinggi.[1]

Implementasi Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO) menyebabkan semakin banyak pasien yang mengalami resolusi sirkulasi spontan setelah mengalami henti jantung. Namun, kebanyakan pasien yang berhasil diresusitasi setelah dilakukan RJPO tidak memiliki prognosis yang baik. Sebagian besar pasien (75%) akan meninggal sebelum keluar dari rumah sakit atau mengalami gangguan neurologis akibat cedera otak hipoksia setelah mengalami henti jantung.[1-3]

Ischemia-reperfusion injury menjadi patofisiologi utama mortalitas pada pasien pasca henti jantung. Kondisi ini merupakan kombinasi jejas iskemik yang diperparah oleh jejas reperfusi. Pada proses reperfusi akan terjadi pelepasan radikal bebas dan sitokin inflamasi, yang dapat menimbulkan jejas yang lebih parah daripada kondisi iskemik.[1-3]

Referensi