Pendahuluan Cholecystectomy
Cholecystectomy atau kolesistektomi adalah prosedur pengangkatan kantong empedu, yang umumnya dilakukan pada kasus kolelitiasis atau batu empedu. Sebelum revolusi teknik pembedahan dengan metode laparoskopi, cholecystectomy dahulunya dilakukan dengan teknik pembedahan terbuka.[1,2]
Pada cholecystectomy terbuka, perlu dilakukan prosedur kolangiogram intraoperatif dan biasanya pasien perlu dirawat inap selama 2–6 hari pascaoperasi. Namun, saat ini >90% operasi cholecystectomy sudah dilakukan dengan metode laparoskopi, walaupun pembedahan terbuka masih umum dilakukan di daerah tanpa fasilitas laparoskopi.[1,3]
Secara umum indikasi maupun kontraindikasi cholecystectomy laparoskopi dan terbuka hampir serupa. Indikasi cholecystectomy mencakup kolelitiasis dan penyakit kantong empedu kompleks contohnya kolesistitis akut, pankreatitis kolelitiasis, koledokolitiasis, dan kanker kantong empedu.[1,4-6]
Keuntungan dari cholecystectomy laparoskopi adalah menghasilkan nyeri pascaoperasi lebih ringan, menurunkan kebutuhan analgesik pascaoperasi, mempersingkat rawat inap menjadi <24 jam, dan mempercepat pasien kembali beraktivitas penuh dalam 1 minggu. Hal ini jauh lebih cepat dibandingkan metode cholecystectomy terbuka yang setidaknya membutuhkan waktu 1 bulan agar pasien bisa kembali beraktivitas penuh.[6]
Kontraindikasi cholecystectomy adalah syok, penyakit jantung dan saluran napas berat, dan kondisi mengancam nyawa lainnya. Komplikasi cholecystectomy dapat berupa infeksi, perdarahan, dan cedera saluran empedu. Sindrom postcholecystectomy dapat terjadi pada sekitar 40% pasien yang menjalani cholecystectomy, dengan gejala seperti dyspepsia, sendawa, dan nyeri.[1,6]