Komplikasi Skleroterapi Varises
Komplikasi skleroterapi varises dapat berupa reaksi anafilaksis akibat agen sklerosan, nekrosis jaringan akibat injeksi intra-arteri, maupun nekrosis kulit. Komplikasi lain dapat berupa kelainan neurologis, hiperpigmentasi kulit, dan deep vein thrombosis.
Anafilaksis
Anafilaksis merupakan salah satu komplikasi yang jarang terjadi pada skleroterapi tetapi harus segera ditangani karena merupakan kondisi darurat. Bila dicurigai terjadi anafilaksis, injeksi harus segera dihentikan dan penatalaksanaan anafilaksis segera dilakukan, yakni dengan manajemen airway, breathing, and circulation (ABC) disertai pemberian epinefrin sebagai medikamentosa lini pertama.[1]
Nekrosis Jaringan
Nekrosis jaringan dapat terjadi jika dokter tidak sengaja melakukan injeksi intra-arteri. Hal ini dapat dicegah dengan penggunaan USG untuk mengidentifikasi arteri di sekitar vena target. Jika nyeri yang hebat terjadi saat injeksi, injeksi harus segera dihentikan. Jika dicurigai terjadi injeksi intra-arteri, maka antikoagulasi lokal dan trombolisis harus segera diberikan melalui kateter bila memungkinkan. Hal ini juga dapat dilengkapi dengan pemberian kortikosteroid sistemik untuk mengurangi reaksi inflamasi.[1]
Nekrosis Kulit
Nekrosis kulit dapat terjadi saat injeksi sklerosan dengan konsentrasi tinggi di area perivaskular ataupun saat injeksi sklerosan intravaskular dengan konsentrasi rendah. Perawatan nekrosis kulit harus mengikuti anjuran perawatan luka secara umum dan terkadang penyembuhan dapat memakan waktu yang lama.[1]
Sakit Kepala
Gejala sakit kepala atau migrain dapat terjadi setelah segala jenis skleroterapi, tetapi lebih sering terjadi pada skleroterapi dengan busa.[1]
Kelainan Neurologis
Kelainan neurologis juga dapat diamati setelah tindakan dan biasanya digambarkan sebagai “stroke”. Beberapa pasien dengan stroke akibat emboli udara paradoks setelah skleroterapi dapat pulih sepenuhnya atau hampir sepenuhnya. Sampai saat ini belum ada efek samping yang signifikan dilaporkan dalam kasus ini.[1]
Deep Vein Thrombosis (DVT)
Kejadian DVT yang parah setelah skleroterapi sangat jarang terjadi (<1%). Trombus vena dalam sebagian besar berada di area distal. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko komplikasi ini adalah:
- Menggunakan obat profilaksis trombus
- Melakukan profilaksis fisik seperti kompresi dan olahraga
- Menghindari suntikan sklerosan busa dengan jumlah yang besar[1]
Hiperpigmentasi
Hiperpigmentasi kulit terjadi pada 0,3–30% pasien yang menjalani skleroterapi. Secara umum, hiperpigmentasi dapat menghilang dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Hiperpigmentasi ini lebih sering terjadi pada penggunaan injeksi sklerosan busa dibandingkan sklerosan cair. Untuk mengurangi risiko, bekuan intravaskular yang terjadi dapat dihilangkan dengan aspirasi jarum atau melalui sayatan tusukan.[1]