Pedoman Klinis Pemeriksaan Fungsi Luhur
Pedoman klinis terkait pemeriksaan penilaian fungsi luhur yang penting adalah bahwa pemeriksaan ini tidak berdiri sendiri, tetapi bersifat menunjang/melengkapi pemeriksaan klinis dan neurologis lainnya. Hasil positif dan menunjukkan adanya gangguan kognitif tidak selalu mengindikasikan adanya gangguan di otak, begitupun hasil yang negatif tidak langsung menyingkirkan kemungkinan adanya defisit struktural dan fungsional lainnya.[8, 10,14]
Pedoman klinis lain yang harus diperhatikan adalah:
- Pemeriksaan fungsi luhur tidak hanya bernilai diagnostik, namun bisa juga untuk perencanaan terapi, evaluasi dan monitoring, dan sebagai prediktor kemampuan fungsional pasien sehari-hari
- Pemeriksaan fungsi luhur bisa dilakukan dengan metode skrining, yang dapat dilakukan tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan primer. Sedangkan pemeriksaan yang lebih lengkap dan menyeluruh dilakukan oleh ahli di pusat rujukan
- Terdapat banyak jenis tes status neuropsikologis. Pemilihan tes yang sesuai didasarkan pada karakteristik pasien, kondisi fungsional premorbid, dan tujuan pemeriksaan
- Interpretasi hasil pemeriksaan didapat dari membandingkan scoring dengan kelompok kontrol/normatif yang paling mendekati karakteristik pasien. Tahap ini berpotensi menimbulkan bias karena tidak semua tes dapat mencakup kondisi pasien dengan berbagai variasi latar belakang sosial
Follow-up setelah pemeriksaan dilakukan dengan tujuan utama sebagai edukasi hasil pemeriksaan, dan perencanaan tindakan selanjutnya termasuk pemeriksaan ulangan/serial dalam periode waktu tertentu[10,14]