Pedoman Klinis Electroconvulsive Therapy
Electroconvulsive therapy atau ECT merupakan terapi yang aman dan efektif untuk depresi dengan tingkat remisi 60‒80%. Namun, pasien depresi pasca ECT tetap dibutuhkan farmakoterapi adekuat untuk mencegah relaps.[3]
Beberapa pedoman klinis untuk tindakan ECT adalah:
- Tidak ada kontraindikasi absolut untuk ECT, namun ada beberapa kontraindikasi relatif
- ECT bisa dilakukan pada pasien dengan epilepsi, tetapi obat antiepilepsi bisa meningkatkan ambang batas kejang dan kebutuhan energi untuk menginduksi kejang
- ECT bisa dilakukan pada pasien yang menggunakan implan jantung atau implan otak
- ECT juga dapat dilakukan pada kehamilan, tetapi membutuhkan kehati-hatian terhadap risiko efek samping maternal maupun janin
- Efek samping akibat ECT biasanya ringan dan tidak membutuhkan intervensi
- Komplikasi kognitif akibat ECT akan membaik dalam beberapa minggu
- Komplikasi serebrovaskular dan kardiovaskular biasanya hanya terjadi pada pasien-pasien yang mempunyai risiko[3,4,7,8]