Teknik Peak Flow Meter
Teknik penggunaan peak flow meter adalah ekspirasi paksa yang dilakukan oleh pasien setelah inspirasi penuh, dengan tujuan untuk mengukur peak expiratory flow rate atau PEFR. Hasil bacaan PEFR kemudian dibandingkan dengan nilai “personal best”, yaitu riwayat nilai PEFR terbaik pasien tersebut.[2,4]
Riwayat PEFR terbaik pasien adalah bacaan peak flow tertinggi selama 2–3 minggu ketika pasien tidak mengalami gejala respirasi. Untuk mengatasi variasi diurnal, pasien disarankan melakukan pemeriksaan pada waktu yang sama setiap harinya, yakni saat baru bangun tidur atau ketika hendak tidur di malam hari. Apabila pasien menggunakan beta agonis inhalasi, maka pemeriksaan dilakukan 15–20 menit setelah inhalasi.[2]
Persiapan Pasien
Untuk pasien yang baru pertama kali diperiksa, tanyakan mengenai obat yang sedang dikonsumsi, gejala pernapasan, riwayat medis secara umum, riwayat intubasi, frekuensi berolahraga, dan waktu bekerja. Berbagai hal ini diperlukan sebagai acuan terhadap perubahan hasil pemeriksaan nantinya.[1-3,9]
Sebelum memulai, pemeriksa mencuci tangan dan memberikan penjelasan tentang cara memakai peak flow meter. Demonstrasikan prosedur pemeriksaan agar lebih jelas bagi pasien. Hal ini terutama penting dilakukan bila pasien akan memakai peak flow meter secara mandiri di rumah setelahnya. Klinisi juga menjelaskan cara membaca hasil dan bagaimana implikasinya bagi pasien.[2,9]
Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan ini hanyalah peak flow meter itu sendiri. Peak flow meter umumnya berbentuk tabung silinder kecil yang dapat dipegang dengan tangan. Di salah satu ujungnya, terdapat mouthpiece di mana pasien akan melakukan ekspirasi paksa. Di badan peak flow meter, terdapat markah-markah untuk pembacaan hasil tes.[1,9]
Ada dua peak flow meter yang tersedia, yaitu low range peak flow meter untuk anak 4–9 tahun dan orang dewasa dengan gangguan fungsi paru berat, serta standard peak flow meter untuk anak berusia lebih tua, remaja, dan dewasa. Fungsi kedua alat ini sama tetapi klinisi perlu memilih alat yang tepat untuk hasil yang akurat.[2,3]
Peak flow meter harus dikalibrasi berkala dan harus mampu menilai dalam rentang 30–300 L/m untuk low range, atau 60–800 L/m untuk alat standar. Alat dibersihkan dari liur atau benda asing lainnya yang dapat mengaburkan hasil pemeriksaan.[4]
Ketika pemeriksaan hendak dimulai, masukkan disposable mouthpiece ke dalam flow meter dan pastikan bahwa indikator berada pada titik nol.[9]
Posisi Pasien
Pasien diposisikan berdiri bila bisa untuk mempermudah ekspansi paru-paru secara penuh. Bila tidak bisa berdiri, pasien dapat diposisikan duduk tegak. Klinisi kemudian memastikan posisi leher tidak terfiksasi, pasien tidak memakai pakaian yang membatasi ruang gerak dada, dan pasien tidak sedang mengunyah.[2,9]
Prosedural
Secara lebih detail, berikut adalah langkah-langkah penggunaan peak flow meter yang berurutan:
- Meminta pasien berdiri atau duduk tegak bila tidak bisa berdiri
- Memastikan tidak ada makanan, permen karet, atau cairan dalam mulut pasien
- Meminta pasien untuk memegang flow meter tanpa menghalangi markah skala maupun bukaan mouthpiece
- Memastikan bahwa indikator pada alat sudah berada di titik nol
- Meminta pasien untuk inspirasi sedalam mungkin sampai paru-paru terisi udara secara maksimal
- Menginstruksikan pasien untuk menahan napas dan meletakkan mulutnya pada mouthpiece, bibir menempel erat pada mouthpiece untuk mencegah kebocoran
- Meminta pasien untuk melakukan ekspirasi sekuat dan secepat mungkin
- Ulangi sebanyak 2 kali
- Hasil tidak boleh dirata-rata, hasil yang dipakai adalah yang tertinggi[2,9]
Aliran udara ekspirasi yang maksimal harus berasal dari mulut. Kebocoran udara dari hidung akan membuat hasil pemeriksaan menjadi rancu. Bila pasien kerap mengalami kebocoran udara dari hidung, sarankan untuk menggunakan klip untuk menutup hidung. Setelah melakukan ekspirasi, skala pengukuran akan bergerak menuju angka tertentu yang mengindikasikan hasil pemeriksaan. Klinisi mencatat angka yang tertera.[2,9]
Pemeriksaan perlu dilakukan beberapa kali untuk mendapat hasil yang akurat, terutama ketika pemeriksaan tampak terhalang oleh lidah atau air liur. Tidak ada batas bawah untuk pengukuran peak flow meter. Pemeriksaan bersifat individual dan hasil pada setiap orang mungkin berbeda. Oleh karena itu, pasien perlu mengetahui nilai “personal best” dirinya dengan melakukan pemeriksaan sebelumnya saat sehat.[2,9,10]
Interpretasi Hasil Pemeriksaan
Peak flow meter umumnya memiliki tiga zona berwarna yang membantu interpretasi hasil. Warna yang digunakan biasanya mirip lampu lalu lintas untuk mempermudah pemahaman, yaitu:
- Warna hijau: hasil berada pada 80–100% nilai “personal best” Umumnya pasien di kategori ini tidak memerlukan perubahan regimen terapi
- Warna kuning: hasil berada pada 50–80% nilai “personal best” Bila hasil beberapa kali termasuk dalam warna kuning, regimen terapi mungkin perlu ditingkatkan, misalnya dengan meningkatkan dosis dan frekuensi beta agonis atau dosis kortikosteroid inhalasi sesuai indikasi
- Warna merah: hasil <50% dari nilai “personal best” Hasil ini menandakan ada obstruksi saluran napas yang berbahaya dan merupakan kegawatdaruratan. Pasien sebaiknya segera mendapatkan pertolongan medis[1,11]
Follow Up
Follow up setelah pemeriksaan peak flow meter tergantung pada hasil bacaan seperti yang telah dipaparkan. Pasien pada kategori hasil hijau umumnya tidak membutuhkan perubahan regimen terapi. Sementara itu, pasien pada kategori hasil kuning biasanya memerlukan peningkatan regimen terapi.[2,3]
Selain karena perburukan kondisi, apabila hasil peak flow meter cenderung menurun seiring waktu, ada kemungkinan bahwa hal ini terjadi karena menurunnya usaha atau kemampuan pasien ketika mengulang-ulang pemeriksaan. Pertimbangkan juga apakah cara memakai alat sudah benar dan demonstrasikan ulang bila perlu.[1,11]
Pasien pada zona merah atau hasil <50% berisiko mengalami gagal napas dan harus segera dibawa ke rumah sakit. Dalam setting rumah sakit, tenaga medis bisa lebih mudah memantau pasien dengan melakukan peak meter flow berkala atau modalitas pemeriksaan lainnya.[1,2]
Peak flow meter juga dapat digunakan setelah nebulisasi untuk melihat perbaikan dari obstruksi saluran napas. Pasien yang mengalami bronkospasme yang tidak membaik dengan terapi inisial atau mengalami perburukan dyspnea akan memerlukan evaluasi ulang dan terapi yang lebih intens.[1-3,7]