Kontraindikasi dan Peringatan Petidin
Kontraindikasi petidin adalah pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap obat ini dan pasien yang mengonsumsi monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), seperti selegiline. Peringatan penggunaan petidin diperlukan terkait risiko penyalahgunaan, depresi napas mengancam nyawa, neonatal abstinence syndrome, dan sindrom putus obat.[1,7,8]
Kontraindikasi
Petidin dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap obat ini. Petidin juga kontraindikasi pada pasien yang mengonsumsi MAOI, seperti selegiline dan phenelzine, karena dapat menimbulkan reaksi yang fatal walaupun diaplikasikan pada dosis terapeutik dalam 14 hari. Mekanisme reaksi ini belum diketahui pasti, namun diduga akibat adanya hiperfenilalaninemia. Efek yang timbul dapat berupa koma, depresi napas berat, sianosis, hipotensi, dan sindrom overdosis narkotik.
Kontraindikasi lain adalah pada pasien dengan asthma bronkial akut atau berat yang tidak terkontrol, serta adanya kondisi obstruksi gastrointestinal termasuk ileus paralitik.[1,7-9]
Peringatan
Penggunaan petidin ini sebaiknya diawasi pada pasien dengan cedera kepala dan peningkatan tekanan intrakranial karena dapat menimbulkan efek depresi napas dan meningkatkan tekanan cairan serebrospinal. Pengawasan juga diperlukan pada pasien asthma dan gangguan sistem pernapasan karena potensi efek depresi napas tetap ada meskipun dalam dosis terapeutik.[1,7-9]
Risiko Overdosis yang Tidak Disengaja dan Kematian Karena Kesalahan Pengobatan
Kesalahan pengobatan dapat menyebabkan overdosis dan kematian yang tidak disengaja. Hindari kesalahan dosis yang mungkin terjadi akibat kebingungan antara mg dan ml dan kebingungan dengan larutan petidin yang berbeda konsentrasi, saat meresepkan maupun memberikan.[7,16]
Penyalahgunaan
Ketergantungan dapat terjadi meskipun petidin digunakan dalam dosis yang dianjurkan. Sebelum memberikan petidin, nilai risiko setiap pasien terkait kecanduan ataupun penyalahgunaan opioid. Lakukan pemantauan terkait timbulnya perilaku dan tanda penyalahgunaan.[3,7]
Depresi Napas Mengancam Nyawa
Depresi pernapasan yang serius, mengancam jiwa, atau fatal telah dilaporkan dengan penggunaan opioid, termasuk petidin. Efek ini dapat timbul meskipun obat digunakan sesuai anjuran. Depresi pernapasan, jika tidak segera dikenali dan diobati, dapat menyebabkan henti napas dan kematian.[7,16]
Neonatal Abstinence Syndrome
Penggunaan jangka panjang petidin selama kehamilan dapat menyebabkan neonatal abstinence syndrome pada neonatus. Sindrom ini, tidak seperti sindrom putus obat opioid pada dewasa, dapat mengancam jiwa jika tidak dikenali dan diobati.[7,17]
Penggunaan Bersama dengan Penginduksi dan Penghambat CYP3A4
Penggunaan bersamaan petidin dengan penginduksi dan inhibitor CYP3A4, seperti erythromycin dan ketoconazole, dapat meningkatkan risiko efek samping atau menurunkan efikasi. Risiko depresi pernapasan yang berpotensi fatal akan meningkat, terutama ketika inhibitor ditambahkan setelah dosis petidin stabil.[7]
Penggunaan Bersama Benzodiazepin dan Depresan Saraf Pusat
Jika petidin digunakan dengan benzodiazepin dan obat yang mendepresi sistem saraf pusat, seperti alprazolam dan diazepam, dapat terjadi koma, depresi napas fatal, dan kematian.[1,7]
Penggunaan pada Pasien dengan Kondisi Paru Kronik, Geriatri, dan Kakeksia
Penggunaan petidin pada pasien dengan penyakit paru kronik, pasien lansia, dan pasien kakeksia meningkatkan risiko efek samping depresi napas yang mengancam nyawa.[7]
Risiko Sindrom Serotonin
Penggunaan petidin dengan agen serotonergik, seperti fluoxetine, meningkatkan risiko sindrom serotonin.[7]
Insufisiensi Adrenal
Insufisiensi adrenal dapat terjadi akibat penggunaan opioid, umumnya bila digunakan lebih dari 1 bulan. Manifestasi klinis insufisiensi adrenal bisa nonspesifik, seperti mual, muntah, anoreksia, kelelahan, kelemahan, pusing, dan hipotensi.[7,18]
Penulisan pertama oleh: dr. Junita br Tarigan