Farmakologi Ketorolac
Ketorolac termasuk dalam golongan obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) yang bekerja dengan cara menginhibisi sintesis prostaglandin. Pemberian ketorolac secara intramuskular, dapat diabsorpsi seluruhnya dengan cepat. Ketorolac mengalami proses metabolisme di hati. Hampir seluruh ketorolac diekskresikan di urin.
Farmakodinamik
Farmakodinamik ketorolac berhubungan dengan kemampuannya menginhibisi aktivitas enzim siklooksigenase 1 dan 2 (COX-1 dan COX-2) dalam metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin dan tromboksan-2. Hal tersebut menyebabkan ketorolac sangat efektif digunakan dalam penanganan nyeri, sebab patofisiologi nyeri melibatkan prostaglandin.[1]
Ketorolac bersifat tidak selektif dalam menginhibisi enzim COX-1 dan COX-2. Enzim COX-1 dapat ditemukan pada trombosit, mukosa lambung dan endotel pembuluh darah. Sedangkan, enzim COX-2 menstimulasi serta memperantarai terjadinya inflamasi, nyeri, dan demam.[1,4]
Efek inhibisi dari ketorolac terhadap enzim COX-1 dapat menyebabkan peningkatan kejadian perdarahan gastrointestinal dan risiko ulkus gaster. Inhibisi akan enzim COX-2 memberikan efek terapeutik ketorolac yang diinginkan, yaitu sebagai antiinflamasi dan analgesik.[4]
Farmakokinetik
Ketorolac dapat diberikan melalui jalur intramuskular, intranasal, dan oral dengan bioavailabilitas berbeda-beda. Ketorolac dimetabolisme di hati dan tidak dapat menembus sawar darah otak, tetapi bisa menembus plasenta dan diekskresikan melalui air susu ibu (ASI), juga lewat urin.
Absorpsi
Ketorolac yang diberikan melalui jalur intramuskular diabsorpsi seluruhnya dengan cepat. Pemberian ketorolac per oral tidak diabsorpsi sempurna, dengan bioavailabilitas sekitar 80 hingga 100%. Makanan dapat memengaruhi kecepatan absorpsi ketorolac, tetapi tidak mengurangi bioavailabilitasnya.[3]
Ketorolac intranasal memiliki bioavailabilitas sebesar 60% bila dibandingkan dengan pemberian intramuskular. Puncak konsentrasi pemberian intranasal tercapai setelah 45 menit. Adanya rhinitis alergi tidak memengaruhi bioavailabilitas ketorolac intranasal.[3]
Pada konsumsi oral, onset ketorolac berkisar antara 30 hingga 60 menit. Dengan puncak analgesik antara 1,5 hingga 4 jam. Sedangkan pada jalur intramuskular, memiliki onset dalam 10 menit dengan puncak efek analgesik antara 75 hingga 150 menit.[3]
Metabolisme
Ketorolac mengalami metabolisme di hati melalui proses hidroksilasi dan konjugasi dengan asam glukuronat. Metabolisme ketorolac dibagi menjadi dua fase. Enzim yang terlibat dalam metabolisme fase I adalah CYP2C8 dan CYP2C9. Sedangkan, pada metabolisme fase II, enzim yang terlibat adalah UDP-glucuronosyltransferase (UGT). Ketorolac memiliki waktu paruh 4-6 jam pada orang dewasa dan 3,8-6,1 jam pada anak-anak.[3,4]
Distribusi
Ketorolac yang masuk ke dalam tubuh tidak didistribusikan dengan sempurna. Ketorolac tidak dapat menembus sawar darah otak dengan baik, tetapi dapat mencapai plasenta dan air susu ibu. Sedangkan untuk sediaan intranasal, sebagian besar ketorolac akan tersimpan di ruang hidung dan faring. Sebanyak <20% tersimpan di esofagus dan lambung, sementara <0,5% tersimpan di paru-paru.[3]
Eliminasi
Ketorolac dieliminasi melalui ginjal dan diekskresikan lewat urin hingga 92%. Hasil ekskresi sebesar 40% dalam bentuk metabolit dan 60% tetap berupa ketorolac. Pada feses, juga dapat ditemukan hasil eliminasi ketorolac sebesar 6%.[3,4]