Farmakologi Ketamine
farmakologi ketamine adalah bersifat non kompetitif dan antagonis terhadap neurotransmitter excitatory glutamate, pada reseptor-reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA), di susunan saraf pusat. Selain itu, ketamine juga berinteraksi dengan reseptor opioid, reseptor monoaminergic, reseptor muskarinik, dan reseptor kanal-kanal ion kalsium yang memiliki voltase sensitif, tetapi tidak dengan reseptor gamma-aminobutyric acid (GABA).[2,14]
Farmakodinamik
Lokasi primer kerja obat ketamine adalah korteks serebri dan sistem limbik. Secara garis besar, ketamine bekerja dengan cara menghambat reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA). Inhibisi ketamine pada reseptor NMDA akan mengurangi proses mediasi rasa nyeri sentral, sehingga nyeri akut akan berkurang. Karena reseptor NMDA tersebar ke seluruh sistem susunan saraf pusat, maka aksi ketamine dalam saraf spinal dapat memengaruhi proses nyeri.[2,14]
Ketamine menyebabkan disosiasi elektrofisiologis, antara korteks otak dan sistem limbik. Pada dosis anestesi ≥1 mg/kgBB, ketamine mempengaruhi beberapa proses di kortikal dan subkortikal, menginduksi keadaan anestetik disosiatif menyerupai katatonia. Selain itu ketamine dapat memengaruhi jalur inhibisi descending serotonine menyebabkan efek antidepresi.[2,14,15]
Ketamine juga menginhibisi pengambilan kembali katekolamin, sehingga terjadi peningkatan aktivitas simpatik, berakibat hipertensi dan takikardia. Demikian pula, aliran darah serebral, kecepatan metabolik dan tekanan intrakranial meningkat.[2,14]
Farmakokinetik
Farmakokinetik ketamine (injeksi intravena) mengalami dua fase, yaitu fase alfa dan fase beta. Fase alfa (slope awal) adalah waktu paruh obat fase awal, yang terjadi sekitar 10‒15 menit dan berakhir dalam 45 menit. Secara klinis, fase ini berkaitan dengan efek anestetik obat.
Aksi anestetik obat akan diakhiri dengan suatu kombinasi redistribusi dari susunan saraf pusat ke jaringan perifer, dan dengan biotransformasi hepatik menjadi metabolit norketamine. Fase beta adalah waktu paruh obat, yaitu berkisar 2,5 jam.[16,17]
Absorpsi
Meski ketamine dapat diberikan secara oral, tetapi pemberian secara intravena merupakan cara umum dan ideal. Bioavailabilitas obat ketamine 100% secara intravena dan 93% secara intramuskular.[7]
Distribusi
Pemberian secara parenteral, ketamine didistribusikan sangat cepat ke seluruh tubuh, termasuk ke otak, melewati sawar plasenta, dan ke air susu ibu (ASI). Waktu paruh distribusi obat adalah sekitar 7‒11 menit. Sekitar 20‒50% dari dosis ketamine yang masuk ke dalam tubuh akan terikat dengan protein dalam plasma darah.[2,18]
Metabolisme
Metabolisme ketamine secara ekstensif terjadi di hepar, melalui jalur N-demethylation, dan cincin hidroksilasi. Metabolit utama ketamine adalah norketamine, yang menurunkan aktivitas susunan saraf pusat.[2,15]
Eliminasi
Sekitar 90% obat ketamine yang masuk ke dalam tubuh, dieliminasi terutama ke ginjal. Sekitar 2‒4%nya dikeluarkan dalam bentuk yang tidak berubah. Sebagian kecil obat, diekskresikan ke empedu, dan berakhir di feses dengan kadar 5%. Ekskresi ketamine juga terjadi ke dalam ASI.[2,18]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini