Kontraindikasi dan Peringatan Oksigen
Kontraindikasi terapi oksigen adalah pemberian pada pasien yang tidak berisiko atau mengalami hipoksemia atau hipoksia jaringan. Pemberian berlebihan dari oksigen berpotensi menyebabkan harm pada pasien, yaitu menyebabkan toksisitas oksigen yang dapat mengancam nyawa. Peringatan diperlukan dalam penggunaan terapi oksigen karena oksigen merupakan bahan yang mudah terbakar, sehingga penyimpanan dan penggunaannya harus menjamin keamanan pasien dan petugas kesehatan.
Kontraindikasi
Oksigen tidak boleh diberikan pada pasien yang tidak berisiko atau sedang mengalami hipoksemia dan hipoksia jaringan. Hal ini dapat memicu hiperoksemia yang akan memperburuk luaran klinis dan telah dikaitkan dengan kematian.
Narkosis karbondioksida dapat terjadi pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik atau insufisiensi pernapasan kronis yang mengakibatkan hiperkarbia. Pemberian oksigen pada kondisi ini dapat mengurangi dorongan untuk bernapas. Berkurangnya dorongan untuk bernapas dapat mengakibatkan hiperkarbia lebih lanjut, perubahan status mental, hingga kolaps pernapasan total.
Neonatus prematur yang terpapar oksigen tingkat tinggi berisiko mengalami retinopathy of prematurity (ROP). Oksigen mendorong neovaskularisasi retina dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan atau kebutaan.[4,16,17]
Peringatan
Pemberian oksigen sebaiknya tetap berhati-hati dengan memperhatikan kondisi sekitar. Oksigen dapat dengan mudah terbakar. Jauhkan oksigen dari barang-barang yang berpotensi menciptakan percikan api, misalnya listrik atau rokok.
Pemberian oksigen yang kering (tidak dilembabkan) dan dingin dapat meningkatkan risiko hipotermia. Hal ini dapat diatasi dengan melembabkan dan menghangatkan oksigen sebelum diberikan.
Pemberian oksigen yang tidak tepat justru dapat meningkatkan luaran buruk pada pasien. Pemberian oksigen hanya dilakukan pada pasien dengan hipoksia dan hipoksemia.
Pada pasien sindrom koroner akut (SKA) yang memiliki saturasi oksigen normal, pemberian oksigen telah dikaitkan dengan luaran yang lebih buruk. Hal ini termasuk perluasan infark dan kejadian infark miokard berulang.[1,4,16,17]
Penulisan pertama: dr. Della Puspita Sari