Pengawasan Klinis Oksigen
Selama penggunaan oksigen, pengawasan klinis diperlukan untuk mengamati perbaikan klinis dan saturasi oksigen pasien. Kelainan pada oksigenasi, distribusi oksigen, dan konsumsi oksigen harus dievaluasi dan dikoreksi.
Pengukuran yang paling tepat untuk mengetahui apakah transport oksigen adekuat yaitu konsentrasi hemoglobin dan saturasi oksigen. Saturasi oksigen dapat secara sederhana diukur menggunakan pulse oximetry. Meski demikian, penggunaan pulse oxymetry memiliki banyak kekurangan, termasuk penurunan akurasi pada pasien dengan anemia, keracunan sianida, keracunan karbon monoksida, maupun syok.[8]
Pemantauan terapi oksigen lainnya dapat dilakukan dengan analisis gas darah. Analisa gas darah dapat memberikan informasi yang akurat mengenai pH, Pao, dan PaCO2.[15]
Pulse Oximetry VS Analisis Gas Darah
Pulse oximetry merupakan alat sederhana yang mudah digunakan. Cara kerjanya dengan mengukur saturasi oksigen hemoglobin dengan cara mendeteksi absorpsi cahaya pada 2 panjang gelombang spesifik, yaitu Hb teroksigenasi dan Hb terdeoksigenasi. Pulse oximetry bergantung pada aliran pulsatil sehingga akurasinya berkurang pada pasien dengan perfusi perifer yang buruk.
Pulse oximetry tidak memberi informasi mengenai PCO2 dan pH, serta sebagian besar pulse oximeter tidak reliable saat SpO2 pasien jatuh di bawah 85%. Selain itu, gas karbon monoksida dan methemoglobin memiliki absorpsi cahaya yang serupa dengan oksihemoglobin, sehingga tidak dapat dibedakan melalui pulse oximetry.[18]
Analisis gas darah menguji secara eksplisit darah yang diambil dari arteri. Analisis gas darah menilai tekanan parsial oksigen (PaO2) dan karbon dioksida (PaCO2) pasien. PaO2 memberikan informasi tentang status oksigenasi, sedangkan PaCO2 memberikan informasi tentang status ventilasi. Meskipun oksigenasi dan ventilasi dapat dinilai secara non-invasif melalui pulse oximetry, analisis gas darah merupakan pemeriksaan standar yang lebih spesifik dan akurat.[19]
Pada prinsipnya, lakukan pengawasan klinis dengan metode yang paling memungkinkan. Lakukan pemantauan secara berkala dan turunkan atau hentikan terapi oksigen segera setelah memungkinkan.[4,18,19]
Penulisan pertama: dr. Della Puspita Sari