Farmakologi Cetirizine
Peran penting dari farmakologi cetirizine, atau yang juga dikenal sebagai setirizin, adalah mekanisme kerja dengan selektivitas tinggi terhadap reseptor histamin H1 di sel-sel efektor pada traktus gastrointestinal, pembuluh darah dan traktus respiratorius.
Farmakodinamik
Mekanisme kerja obat cetirizine pada konstriksi otot polos seperti pada kondisi spasme bronkus akibat reaksi alergi, adalah dengan menginhibisi efek histamin pada otot polos tersebut. Kerja obat terhadap terjadinya vasokonstriktor histamin adalah dengan memberikan efek vasodilator dengan cara mengaktivasi reseptor H1 pada sel-sel endotelial. [6]
Cetirizine juga bekerja dengan menghalangi peningkatan permeabilitas kapiler, dan edema yang disebabkan oleh pelepasan histamin. Selain itu, kerja obat yang menekan aksi histamin pada saraf akhir, akan mengurangi rasa gatal dan kemerahan pada kulit akibat reaksi alergi. Kompetisi obat dengan histamin yang melepaskan sitokin dan eicosanoids yang bersifat inflamasi, pada reseptor-reseptor H1 di sel-sel efektor akan menurunkan reaksi inflamasi tersebut. [6]
Cetirizine menunjukkan selektivitas tinggi terhadap reseptor H1, sehingga tidak memiliki efek terhadap reseptor muskarinik serta hanya menunjukkan efek antiserotonergik dan antikolinergik minimal yang dapat diabaikan. Hal ini berlawanan dengan kerja antihistamin generasi pertama, yaitu selektivitas buruk terhadap reseptor dan sering berinteraksi dengan reseptor-reseptor amines, menimbulkan efek antimuskarinik, anti ɑ-adrenergic, dan antiserotonin. [1,6,11]
Cetirizine merupakan substrat P-glycoprotein (gP) yang terbatas kemampuannya dalam melintasi sawar otak. Karenanya, sangat sedikit kadar obat terikat pada reseptor histamin serebral, sehingga efek sedasi obat minimal. [11,12]
Farmakokinetik
Obat cetirizine memiliki farmakokinetik berupa absorpsi gastrointestinal yang baik, menjalani siklus enterohepatik, dan diekskresikan sebagian besar ke urine.
Absorpsi
Cetirizine diabsorpsi cepat setelah konsumsi per oral. Bioavailabilitas obat >70%. Konsentrasi puncak tercapai dalam waktu sekitar satu jam, dan masa kerja obat sekitar 12‒24 jam. Konsumsi obat bersama makanan, dapat memperlambat waktu pencapaian konsentrasi puncak obat dalam plasma darah. [1,3,13]
Metabolisme
Sebagian kecil obat cetirizine dimetabolisme di hati, terutama oleh enzim CYP3A4, dan obat mengikuti siklus enterohepatik. Selain itu, cetirizine juga dimetabolisme secara terbatas oleh oxidative O-dealkylation menjadi suatu metabolit yang aktivitas antihistaminnya dapat diabaikan. [1,6]
Distribusi
Sekitar 93% cetirizine dalam plasma darah terikat protein. Distribusi obat terbatas hingga pada lokasi ekstraseluler dimana terdapat reseptor H1, dan pada sel-sel yang bersifat inflamasi seperti mastosit, basofil, eosinofil, dan limfosit.
Sebagai antihistamin generasi kedua, hanya terdapat sedikit konsentrasi obat cetirizine yang mampu melewati sawar otak. Hal ini menyebabkan efek sedasi yang minimal dibandingkan antihistamin generasi pertama seperti diphenhydramine. Walau demikian, efek sedasi cetirizine merupakan yang terkuat dibandingkan obat antihistamin generasi kedua lainnya. [1,6,14]
Eliminasi
Waktu paruh eliminasi obat adalah sekitar 8,3 jam. Ekskresi cetirizine, sebagian besar sekitar 70% dikeluarkan melalui urine, dimana sekitar separuhnya sebagai obat dalam bentuk tidak berubah. Sebagian kecil obat, yaitu sekitar 10% dibuang ke feses. [1]