Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Empagliflozin
Penggunaan empagliflozin pada kehamilan dikategorikan sebagai kategori C oleh Food and Drug Administration (FDA) dan kategori D oleh Therapeutic of Good Administration (TGA). Pada ibu menyusui, tidak diketahui apakah empagliflozin diekskresikan ke dalam ASI atau tidak.[2,3,5,7]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan kategori FDA, penggunaan empagliflozin pada kehamilan masuk dalam kategori C. Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[3,5]
Penggunaan empagliflozin dalam kehamilan masuk dalam kategori D oleh TGA. Berdasarkan studi pada hewan, terdapat efek samping merugikan pada renal (dilatasi pelvis renalis dan tubulus secara reversibel) ketika tikus menerima dosis sekitar 13 kali dosis klinis maksimum selama periode perkembangan renal yang berhubungan dengan akhir trimester kedua dan ketiga kehamilan manusia.
Data pada wanita hamil tidak cukup untuk menentukan risiko terkait obat terhadap cacat lahir besar dan keguguran.[2,5,17]
Namun, diabetes yang tidak terkontrol dengan baik selama kehamilan akan meningkatkan risiko Ibu mengalami ketoasidosis diabetik, preeklamsia, aborsi spontan, kelahiran prematur, lahir mati, dan komplikasi persalinan. Selain itu, diabetes yang tidak terkontrol juga akan meningkatkan risiko janin mengalami cacat lahir, lahir mati, serta morbiditas terkait makrosomia.[2,5,17]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Empagliflozin tidak diketahui apakah diekskresikan dalam ASI atau tidak. Namun, empagliflozin ditemukan dalam susu tikus menyusui, sehingga penggunaannya tidak direkomendasikan selama menyusui karena secara teoritis berisiko terhadap perkembangan renal pada bayi.[2,5,18]
Data yang sangat terbatas terkait penggunaan empagliflozin pada ibu menyusui, potensi efek samping pada bayi yang disusui, serta pengaruhnya pada produksi ASI. Penggunaan empagliflozin harus mempertimbangkan manfaat perkembangan dan kesehatan dari menyusui, potensi efek samping pada bayi yang disusui, kebutuhan klinis Ibu akan obat empagliflozin, serta kondisi Ibu yang mendasarinya.[2,5,18]