Kontraindikasi dan Peringatan Naltrexone
Kontraindikasi naltrexone adalah pasien yang memiliki hipersensitivitas terhadap naltrexone. Naltrexone tidak disarankan diberikan kepada pasien yang dinyatakan positif dalam uji naloxone karena berisiko mencetuskan gejala putus zat. Selain itu, Naltrexone perlu diberikan secara hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati atau mengonsumsi obat-obatan hepatotoksik.[9,10]
Kontraindikasi
Kontraindikasi naltrexone termasuk hipersensitivitas terhadap obat ini, penggunaan opioid yang masih aktif (termasuk sebagai antinyeri), gejala putus zat opioid akut, dan hasil positif dalam uji naloxone. Penggunaan opioid yang masih aktif dapat dikonfirmasi dengan hasil positif dalam tes urine untuk opioid. Selain itu, kombinasi naltrexone/bupropion dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat kejang.[10,13]
Peringatan
Penggunaan naltrexone akan menyebabkan penurunan toleransi terhadap opioid, sehingga pasien mungkin membutuhkan dosis lebih rendah untuk mencapai efek opioid seperti sebelumnya. Hal ini menyebabkan kerentanan terhadap intoksikasi opioid pada pasien yang kembali menggunakan zat tersebut. Pasien dan pihak keluarga perlu diberi peringatan terhadap hal ini untuk mencegah kegawatdaruratan.[1,9]
Naltrexone dapat menyebabkan gejala putus zat opioid. Tingkat keparahan gejala ini tergantung pada lamanya penggunaan opioid dan periode abstinensia. Umumnya, gejala putus zat yang parah terjadi ketika pasien memulai terapi naltrexone dengan cepat, terutama pada pasien yang ketergantungan opioid tanpa periode abstinensia yang cukup. Gejala putus zat dapat muncul dalam 5 menit hingga 48 jam dan mungkin memerlukan perawatan.[1,4,9]
Penggunaan naltrexone mungkin menyebabkan hepatotoksisitas. Peningkatan transaminase asimptomatik dan sementara umum terjadi ketika memulai naltrexone, namun apabila transaminase meningkat secara signifikan, klinisi perlu mencurigai penyebab lain, misalnya infeksi hati, penyakit hati kronis, atau kemungkinan menggunakan obat hepatotoksik. Penghentian opioid secara mendadak pada penggunaan jangka panjang juga berpotensi menyebabkan kerusakan hati.[2,9]
Dapat muncul reaksi alergi pada lokasi injeksi naltrexone intramuskular, dengan tanda berupa nyeri, kemerahan, gatal dan bengkak. Reaksi alergi tampak meningkat pada pasien yang mendapatkan injeksi naltrexone secara intravena atau subkutan secara tidak sengaja.[6,12]
Telah dilaporkan kejadian depresi hingga ide bunuh diri pada pasien yang menggunakan naltrexone. Sejauh ini belum ditemukan mekanisme pasti penyebab depresi tersebut. Pasien dan keluarga pasien perlu diberikan edukasi mengenai gejala depresi dan ide bunuh diri, serta melaporkan kepada tenaga medis apabila menemukan gejala tersebut.[2,9]