Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Levetiracetam
Penggunaan levetiracetam pada kehamilan berdasarkan FDA masuk kategori C, sedangkan berdasarkan TGA ke kategori B3. Penggunaan obat levetiracetam pada kehamilan dan ibu menyusui hanya bila keuntungannya lebih tinggi daripada risiko yang mungkin ditimbulkan.[1,2,3,8]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan kategori dari Food and Drug Administration (FDA), levetiracetam termasuk dalam kategori C, yang berarti dapat digunakan secara hati-hati apabila keuntungannya melebihi risiko yang mungkin ditimbulkan. Studi pada hewan menunjukkan risiko teratogenik, dan belum ada penelitian pada manusia.[1,2]
Studi pada tikus hamil dan menyusui yang diberikan dosis lebih dari 350 mg/hari, setara dengan dosis 3000 mg pada manusia, menunjukkan hasil risiko abnormalitas minor pada tulang tengkorak fetus dan gangguan pertumbuhan anak tikus selama kehamilan dan sesudah dilahirkan. Hal yang serupa ditunjukkan pada penelitian yang menggunakan kelinci hamil dengan dosis lebih dari 600 mg/kg/hari, menunjukan peningkatan mortalitas embrio atau fetus dan risiko abnormalitas minor tulang tengkorak fetus. Jika dosis dinaikkan menjadi 1800 mg/kg/hari, maka terjadi penurunan berat fetus dan peningkatan insidensi malformasi fetus.[1,2]
Berdasarkan kategori dari Therapeutic Goods Administration/TGA, penggunaan levetiracetam termasuk kedalam kategori B3, yang berarti obat tersebut dapat digunakan pada sejumlah kecil wanita hamil dan usia produktif, tanpa meningkatkan risiko malformasi atau efek merugikan lain pada fetus, tetapi studi pada hewan menunjukkan meningkatnya risiko gangguan pada janin.[6-8]
levetiracetam termasuk ke dalam obat antiepilepsi generasi kedua yang relatif kecil menimbulkan teratogenitas bersama dengan lamotrigin, oxcarbazepin, dan topiramat. Belum ada penelitian yang adekuat mengenai keamanan dan efikasi levetiracetam pada wanita hamil. Levetiracetam dapat diberikan pada ibu hamil apabila berdasarkan hasil penilaian dokter manfaatnya melebihi potensi risiko pada fetus.[1-3]
Perdossi (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) merekomendasikan pemberian asam folat untuk perempuan yang merencanakan kehamilan dan saat hamil terutama pada trimester pertama, dengan dosis 1−5 mg perhari untuk mencegah defek tuba syaraf. Pemberian asam folat prakonsepsi juga berhubungan positif dengan IQ anak yang lahir dari perempuan yang menggunakan obat antiepilepsi.[3,8]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Levetiracetam diekskresikan pada air susu ibu (ASI), sehingga bayi yang sedang diberikan ASI memiliki kemungkinan risiko efek samping akibat penggunaan levetiracetam. Konsentrasi plasma OAE pada bayi tidak hanya ditentukan oleh jumlah obat dalam ASI, tetapi juga fungsi hepar bayi yang belum sepenuhnya berkembang dan eliminasi obat yang lebih lambat. Keputusan harus diambil mengenai apakah proses menyusui harus dihentikan, dengan mempertimbangkan potensi keuntungan dan risiko pada ibu dan bayi.[1-3]