Kontraindikasi dan Peringatan Azithromycin
Kontraindikasi azithromycin antara lain hipersensitivitas terhadap obat, riwayat ikterus kolestatik atau disfungsi hati setelah konsumsi obat, dan penggunaan azithromycin bersama pimozide. Peringatan terkait penggunaan azithromycin meliputi risiko kardiak dan risiko infeksi Clostridium difficile.[4,6,10,11]
Kontraindikasi
Azithromycin dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas berat terhadap azithromycin atau antimikroba makrolida lainnya seperti erythromycin.
Pasien dengan riwayat ikterus kolestatik ataupun disfungsi hati setelah konsumsi azithromycin juga tidak boleh mengonsumsi obat ini. Selain itu, azithromycin tidak boleh digunakan bersama pimozide karena dapat meningkatkan toksisitas pimozide sampai ke tingkat letal.[4,6,10-12]
Peringatan
Azithromycin diketahui dapat memperpanjang repolarisasi jantung dan interval QT. Obat ini juga dapat menyebabkan infeksi Clostridium difficile.
Infeksi Clostridium difficile
Clostridium difficile-associated diarrhea (CDAD) dengan derajat ringan hingga kolitis yang fatal dapat terjadi selama terapi azithromycin. Jika dicurigai CDAD, hentikan azithromycin, berikan cairan dan elektrolit, suplementasi protein, antibiotik terhadap C.difficile, dan evaluasi bedah sesuai indikasi klinis.[6,11]
Ototoksisitas
Azithromycin dikaitkan dengan ototoksisitas, termasuk gangguan pendengaran simetris bilateral dan tinnitus. Dalam kebanyakan kasus, ototoksisitas bersifat reversibel dan sembuh dalam 1 hingga 5 minggu setelah penghentian. Faktor risiko gangguan pendengaran meliputi:
- Umumnya lebih besar dengan dosis yang lebih tinggi
- Durasi terapi yang berkepanjangan (4 minggu atau lebih)
- Kadar azithromycin serum 0,8 +/- 0,4 g/mL.[14,16]
Gangguan Jantung
Makrolida seperti azithromycin telah dikaitkan dengan pemanjangan interval QT yang dapat menyebabkan aritmia jantung yang fatal. Risiko meningkat terutama pada pasien lanjut usia. Pertimbangkan pemberian azithromycin pada kelompok berisiko seperti pasien dengan pemanjangan interval QT, riwayat torsades de pointes, sindrom QT panjang kongenital, bradiaritmia, gagal jantung dekompensata, serta pasien yang mengonsumsi obat yang diketahui memperpanjang interval QT. Risiko juga meningkat pada pasien dengan kondisi proaritmia, seperti hipokalemia, hipomagnesemia, dan bradikardia.[4-6,10,11]
Risiko Hepatotoksisitas
Meski jarang, azithromycin dapat menyebabkan kerusakan hati yang diinduksi obat, baik hepatoselular maupun kolestatik. Manifestasi klinis yang muncul berupa ikterus kolestatik, hepatitis, nekrosis hepatis, gagal hati, gangguan fungsi hati, hingga kematian.
Kerusakan hati akibat azithromycin biasanya juga berkaitan dengan gejala imunoalergi seperti ruam, demam, eosinofilia, dan anafilaksis. Obat dihentikan jika ada kecurigaan kerusakan hati akibat azithromycin atau reaksi alergi yang serius.[4,6,10]
Risiko Toksisitas Gastrointestinal
Azithromycin mengaktivasi reseptor promotilitas pada traktus gastrointestinal sehingga dapat menimbulkan toksisitas gastrointestinal. Meski demikian, biasanya toksisitas ini bersifat ringan sehingga obat tetap dilanjutkan (tidak dihentikan).[4,5]
Eksaserbasi Myasthenia Gravis
Penggunaan azithromycin juga dapat menyebabkan eksaserbasi gejala myasthenia gravis maupun sindrom myasthenia onset baru.[6,11]
Risiko Resistensi
Meskipun azithromycin terbilang aman dan efektif, penggunaan azithromycin harus disesuaikan indikasi sehingga tepat sasaran dan menghindari efek samping yang tidak perlu. Penggunaan azithromycin tanpa bukti kuat infeksi bakteri tidak memberikan manfaat pada pasien dan berisiko menimbulkan resistensi bakteri terhadap obat. Jika dirasa perlu, pemeriksaan kultur dan resistensi dapat dilakukan sebelum memulai terapi.[6,11]
Overdosis
Azithromycin yang diberikan melebihi dosis rekomendasi akan memunculkan gejala overdosis berupa diare, tuli reversible, mual dan muntah berat. Tidak ada antidotum spesifik untuk overdosis azithromycin, penatalaksanaan lebih bersifat simtomatik dan suportif.[5,6,10]
Risiko Stenosis Pilorus
Penggunaan azithromycin pada bayi dapat menyebabkan infantile hypertrophic pyloric stenosis (IHPS). Edukasi orang tua untuk segera ke dokter jika anak muntah atau rewel ketika diberi makan.[6,11]
Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha