Pendahuluan Erythromycin
Erythromycin atau eritromisin merupakan antibiotik golongan makrolida yang digunakan dalam terapi pertusis dan difteri. Erythromycin juga dapat digunakan sebagai profilaksis infeksi okular pada neonatus yang lahir dari ibu terinfeksi klamidia atau gonore. Erythromycin dapat dipilih sebagai antibiotik alternatif bagi pasien dengan alergi penisilin.[1–5]
Erythromycin adalah antibiotik berspektrum luas, dan merupakan derivat Streptomyces erythreus. Efek terapi erythromycin secara primer bersifat bakteriostatik, yaitu menghambat pertumbuhan bakteri, dengan cara inhibisi sintesis protein. Namun, dalam konsentrasi yang lebih tinggi erythromycin juga dapat bersifat bakterisidal.[6,7]
Efek samping erythromycin yang umum dilaporkan adalah gangguan gastrointestinal, seperti nyeri abdomen, mual, muntah, diare dan anoreksia. Selain itu, erythromycin juga dapat menyebabkan pemanjangan interval QT, dan berisiko mencetuskan torsades de pointes. Aritmia yang terjadi dapat membaik dengan sendirinya, atau berlanjut menjadi fibrilasi ventrikel yang dapat menyebabkan henti jantung. Efek samping lain adalah hepatotoksisitas akibat erythromycin.[8,9]
Referensi
(Konten ini khusus untuk dokter. Registrasi untuk baca selengkapnya)