Pengawasan Klinis Spiramycin
Pengawasan klinis spiramycin dilakukan mencakup pemantauan efek samping gastrointestinal dan kardiovaskuler. Efek samping gastrointestinal merupakan yang paling banyak dilaporkan pada penggunaan spiramycin. Selain itu, obat ini juga dapat menyebabkan pemanjangan interval QT yang meningkatkan risiko aritmia.[1]
Spiramycin utamanya digunakan dalam penanganan toxoplasmosis pada ibu hamil dalam 18 minggu pertama kehamilan. Lakukan evaluasi dengan analisis cairan ketuban menggunakan uji berbasis polymerase chain reaction (PCR) untuk mengonfirmasi toxoplasmosis pada janin saat kehamilan 18 minggu.
Jika tidak terjadi penularan, spiramycin dapat dilanjutkan hingga kehamilan cukup bulan. Jika janin terinfeksi atau ibu terinfeksi setelah 18 minggu, pyrimethamine plus sulfadiazine plus leucovorin digunakan.[10,11]