Pengawasan Klinis Clofazimine
Pengawasan klinis yang penting dilakukan pada pengguna clofazimine atau klofazimin adalah pengawasan efek samping gastrointestinal. Obat ini dapat membentuk kristal di saluran cerna, yang bisa menyebabkan obstruksi, perdarahan, maupun infark. Pasien diedukasi untuk melaporkan ke dokter bila mengalami kolik abdomen, mual, muntah, dan diare.[1,3,4]
Apabila clofazimine diberikan bersamaan dengan bedaquiline, clarithromycin, ceritinib, atau obat lain yang juga memperpanjang interval QT, dokter sebaiknya melakukan EKG untuk memantau kemungkinan efek samping torsades de pointes dengan pemanjangan interval QT. Pemeriksaan EKG juga disarankan pada pasien yang menerima dosis clofazimine >100 mg/hari.[1,3]
Pemberian clofazimine juga dapat meningkatkan kadar albumin, bilirubin, dan aspartate aminotransferase (AST). Selain itu, clofazimine dapat menyebabkan eosinophilia dan hipokalemia. Oleh karena itu, pemberian clofazimine jangka panjang memerlukan pengawasan laboratorium, khususnya pemeriksaan darah.[1]
Clofazimine juga menyebabkan perubahan warna kulit, konjungtiva, air mata, keringat, sputum, urine, dan feses. Dokter harus mengedukasi pasien tentang hal ini sejak awal dan mengawasi kemungkinan timbulnya masalah psikologis akibat perubahan kosmetik yang dialami pasien. Depresi dan ide bunuh diri pernah dilaporkan terjadi.[3]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur