Farmakologi Pyrazinamide
Farmakologi pyrazinamide adalah sebagai obat antituberkulosis yang digunakan bersama dengan obat antituberkulosis lain sebagai lini pertama penanganan kasus tuberkulosis. Secara in vitro dan in vivo, pyrazinamide hanya aktif pada pH yang sedikit asam. Pyrazinamide diaktifkan menjadi asam pyrazinoic dalam basil tuberkulosis.[1,3]
Farmakodinamik
Pyrazinamide dapat bersifat bakteriostatik maupun bakterisidal, tergantung dari konsentrasi obat yang dicapai pada lokasi infeksi dan kepekaan organisme patogen yang menginfeksi. Pyrazinamide hanya aktif pada pH yang sedikit asam secara in vitro maupun in vivo. Studi in vitro menunjukkan bahwa pyrazinamide memiliki aktivitas antimikroba yang spesifik terhadap Mycobacterium tuberculosis, yaitu organisme penyebab tuberkulosis.
Strain M. tuberculosis yang peka terhadap obat, akan menghasilkan pyrazinamidase, yaitu enzim yang mengubah (deaminasi) pyrazinamide menjadi bentuk aktifnya asam pyrazinoic (PA). Asam pyrazinoic menurunkan pH lingkungan hingga ke titik di mana M. tuberculosis tidak dapat tumbuh.
Asam pyrazinoic juga terikat pada protein ribosom S1 (RpsA) dan menghambat trans-translasi, sehingga pyrazinamide dapat membunuh mikobakteria dorman. Asam pyrazinoic juga menganggu sintase fatty acid synthase I (FAS I) sehingga kemampuan bakteri untuk mensintesis asam lemak baru yang diperlukan untuk pertumbuhan dan replikasi menjadi terganggu.[1,3,11]
Farmakokinetik
Pyrazinamide diserap dengan baik dari saluran pencernaan, dan didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh. Pemberian oral 500 mg menghasilkan konsentrasi plasma sekitar 9-12 µg/ml pada dua jam dan 7 µg/ml pada 8 jam.[3,8,12]
Absorpsi
Pyrazinamide diabsorpsi dengan cepat di gastrointestinal. Konsentrasi puncak plasma berkisar antara 9-12 µg/ml, yang tercapai dalam 2 jam setelah konsumsi obat.[3,8,12,13]
Distribusi
Pyrazinamide terdistribusi secara luas ke dalam jaringan dan cairan tubuh, termasuk hati, paru-paru, cairan serebrospinal dan air susu ibu. Pyrazinamide terikat pada protein plasma sebesar 50%.[3,8,13]
Metabolisme
Pyrazinamide dimetabolisme di hati. Pyrazinamide akan diubah menjadi asam pyrazinoic yang merupakan metabolit aktif utama. Selanjutnya, asam pyrazinoic akan dioksidasi oleh xanthine oxidase (XO) menjadi 5-hydroxy-pyrazinamide (5-OH-PZA), kemudian dihidrolisis menjadi 5-hydroxy-pyrazinoic acid (5-OH-PA). Lebih jauh, asam pyrazinoic dapat berkonjugasi dengan glisin membentuk asam pyrazinurik.[3,8,11-13]
Eliminasi
Sekitar 70% dosis oral pyrazinamide akan dieliminasi ke urin melalui filtrasi glomerulus dalam 36 jam. 36% diekskresikan sebagai asam pyrazinoic, 15,4% diekskresikan sebagai 5-OH-PZA, 13,8% diekskresikan sebagai 5-OH-PA, dan 3,8% diekskresikan dalam bentuk yang tidak berubah (unchanged parent drug).
Waktu paruh obat berkisar antara 9-10 jam, dan dapat memanjang pada pasien dengan gangguan ginjal atau hati.[3,8,12,13]
Resistensi
Resistensi pyrazinamide terutama terjadi pada kasus multi-drug-resistant tuberculosis (MDR-TB). Resistensi pyrazinamide terjadi melalui mekanisme mutasi hilangnya fungsi pada pyrazinamidase/nicotinamidase (PncA), yaitu mutasi insersi-delesi dan polimorfisme nukleotida tunggal dan multipel.[11,14]
Penulisan pertama oleh: dr. Catherine Ranatan