Pendahuluan Ribavirin
Ribavirin merupakan agen antiviral untuk pengobatan infeksi Hepatitis C (HCV), dan tahap awal demam hemoragik akibat virus, seperti demam Lassa, demam hemoragik Crimean-Congo, demam hemoragik Venezuela, dan infeksi Hantavirus. Obat ini dapat diindikasikan juga untuk bronkiolitis berat karena infeksi respiratory syncytial virus (RSV) pada bayi dan anak-anak.[1-3]
Ribavirin merupakan nukleosida guanosin sintetik yang mempunyai aktivitas spektrum luas melawan beberapa virus RNA dan DNA. Obat ini adalah prodrug, termetabolisme menjadi analog nukleosida yang menghambat sintesis RNA virus dan modifikasi (capping) mRNA virus.[2,4]
Sebelum ditemukannya obat generasi dua (direct-acting antiviral agent), kombinasi ribavirin dan peginterferon alfa-2a atau peginterferon alfa-2b merupakan terapi standar dari hepatitis C. Berdasarkan perbedaan sekuensi, hepatitis C terdiri dari 6 genotip mayor. Kombinasi ribavirin dan obat interferon alfa memberikan respons klinis yang baik terhadap infeksi HCV genotip 1, 2, dan 3.[2,5]
Obat ini memiliki efek samping yang cukup serius, di antaranya anemia hemolitik dan dan infark miokard, sehingga mulai ditinggalkan. Namun, beberapa negara berkembang atau belum bisa mengakomodasi guideline terbaru masih menggunakannya. Dalam pengobatan infeksi HCV, ribavirin tidak digunakan sebagai monoterapi karena kurang efektif.[6-8]
Ribavirin ditambahkan untuk menurunkan relapse rate dengan mempercepat viral cleaning awal. Ribavirin juga ditambahkan bila terdapat resistensi terdapat obat utama.[6-8]
Unsur Kimia: C8H12N4O5[2,9]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Ribavirin
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Antiinfeksi – Antivirus[1] |
Subkelas | Antihepatitis[1] |
Akses | Resep |
Wanita hamil | Kategori FDA: X[10] Kategori TGA: X[11] |
Wanita menyusui | Tidak ada data ekskresi pada ASI[12] |
Anak-anak | Belum ada data keamanan penggunaan pada pasien berusia di bawah usia 3 tahun[7,13] |
Infant | Belum ada data keamanan penggunaan pada pasien di bawah usia 3 tahun[7,13] |
FDA | Black Box Warning[7,8] Ribavirin tidak efektif sebagai monoterapi untuk Hepatitis C, sebaiknya digunakan kombinasi. Toksisitas primer klinis ribavirin adalah anemia hemolitik, yang dapat memicu perburukan penyakit jantung atau miokard infark (fatal atau nonfatal). Pasien dengan riwayat penyakit jantung yang signifikan atau nonstabil sebaiknya tidak diberikan obat ini. Efek teratogenik dan embriosidal ditunjukkan pada penelitian uji klinis pada setiap spesies hewan yang diuji coba. Oleh karena itu, setidaknya 2 jenis kontrasepsi yang efektif digunakan selama pemberian terapi dan hingga 6 bulan setelahnya. |
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini