Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Salmeterol
Penggunaan salmeterol pada ibu hamil tidak disarankan. Pemberian pada ibu menyusui diperkenankan tapi tetap harus meninjau rasio manfaat dan risiko pada masing-masing pasien.
Penggunaan pada Kehamilan
FDA memasukan salmeterol dalam Kategori C. Hal ini berarti bahwa studi mengenai salmeterol pada ibu hamil masih sangat terbatas, namun pada studi binatang menunjukkan risiko bahaya pada janin. Penggunaan salmeterol dapat digunakan pada ibu hamil apabila manfaat obat melebihi potensi risiko pada janin.[5]
TGA memasukan salmeterol dalam Kategori B3. Hal ini berarti bahwa salmeterol telah digunakan pada beberapa wanita hamil tanpa peningkatan kejadian malformasi atau efek bahaya pada janin. Studi pada binatang menunjukkan risiko bahaya pada janin, yang signifikansinya masih dipertanyakan pada manusia.[6]
Penggunaan salmeterol tidak ditemukan memiliki efek teratogenik pada studi tikus dengan dosis sampai 2 mg/kgBB. Pada studi kelinci, ditemukan pemberian salmeterol dengan dosis 1 mg atau lebih dapat menyebabkan efek toksik pada janin, seperti palatoschisis, fusi tulang dada, kegagalan osifikasi tulang frontal kranial, fleksi tungkai dan kaki, dan bukaan kelopak mata prekoks. Terlambatnya osifikasi tulang frontal kranial juga ditemukan pada uji coba kelinci putih menggunakan dosis oral lebih dari 10 mg/kgBB.[5]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Sampai sekarang tidak terdapat studi yang meneliti penggunaan salmeterol saat menyusui. Akan tetapi, obat terbutaline, yang menyerupai salmeterol, diekskresikan pada air susu ibu (ASI) dalam jumlah yang sangat sedikit. Beberapa studi setuju bahwa penggunaan bronkodilator inhalasi diperbolehkan dikarenakan bioavailabilitas dan kadar serum maternal yang rendah.[5,7]