Indikasi dan Dosis Faktor IX
Indikasi utama penggunaan faktor IX yaitu pada hemofilia B dengan dosis bervariasi tergantung pada tujuannya, yakni sebagai profilaksis seperti pada operasi atau sebagai terapi pada pasien yang mengalami perdarahan. Dosis juga disesuaikan dengan keparahan dan lokasi perdarahan.
Indikasi
Faktor IX diindikasikan untuk kontrol perdarahan pada pasien dengan defisiensi faktor IX, yaitu hemofilia B atau Christmas disease. Pada obat ini, terdapat faktor II, VII, dan X dalam jumlah kecil.
Oleh karena itu, faktor IX dapat diindikasikan pada defisiensi faktor pembekuan selain faktor IX, reversal antikoagulan karena penggunaan antagonis vitamin K atau antikoagulan lainnya, hemofilia A dengan adanya inhibitor faktor VIII, perdarahan akibat penurunan produksi faktor koagulasi yang liver-dependent seperti hepatitis dan sirosis hepatis.[1]
Dosis
Dosis pemberian faktor IX bergantung pada usia, derajat beratnya defisiensi faktor IX, lokasi dan luas perdarahan, serta kondisi klinis pasien.
Dosis Dewasa
Dosis pemberian faktor IX pada usia dewasa perlu disesuaikan dengan indikasi pemberian obat.
Defisiensi Faktor IX (hemofilia B):
Pemberian dilakukan secara intravena setelah rekonstitusi. Rumus penghitungan faktor IX yang dibutuhkan dalam satuan international units (IU) adalah sebagai berikut:
Penyesuaian dosis perlu dilakukan berdasarkan respons klinis. Dosis pada perdarahan ringan hingga sedang adalah 30–60 IU/dL dan dapat diulang setiap 48–72 jam apabila perdarahan masih terjadi. Sedangkan, pada perdarahan mayor, dosis faktor IX adalah 80–100 IU/dL dan dapat diulang setelah 6–10 jam, lalu dilanjutkan setiap 24 jam pada 3 hari pertama.
Faktor IX memiliki waktu paruh yang panjang, sehingga dosis dapat dikurangi dan frekuensi pemberian dapat diperpanjang setelah hari ke-3 menjadi setiap 48 jam (atau lebih lama), sampai perdarahan berhenti dan terjadi proses penyembuhan. Setiap pemberian 1 IU/kg dapat meningkatkan aktivitas sirkulasi faktor IX sebesar 0,8 IU/dL.[1]
Pemberian Perioperatif:
Pada operasi minor (hemartrosis tanpa komplikasi, perdarahan otot selain iliopsoas, perdarahan oral) dapat diberikan dosis sebesar 30–60 IU/dL. Umumnya, dosis tunggal cukup untuk mencegah perdarahan pada operasi minor. Apabila dibutuhkan, dosis tambahan 40 IU/kg dapat diberikan.[1]
Pada operasi besar seperti operasi untuk life or limb threatening, perdarahan otot dalam yang melibatkan iliopsoas, intrakranial, dan retrofaringeal; faktor IX dengan dosis 60–100 IU/dl dapat diberikan dan dapat diulang setelah 6–10 jam. Kemudian, pemberian obat ini dapat dilanjutkan setiap 24 jam pada 3 hari pertama.
Dosis dapat dikurangi dan frekuensi pemberiannya dapat diperpanjang setelah hari ke-3 menjadi setiap 48 jam (atau lebih lama) sampai perdarahan berhenti dan terjadi proses penyembuhan.[1]
Profilaksis Perdarahan Rutin:
Sebagai profilaksis perdarahan rutin, faktor IX sebesar 50 IU/kg diberikan seminggu sekali, 100 IU/kg sekali dalam 10 hari, atau 50–75 IU/kg setiap 14 hari. Selain itu, perlu dilakukan penyesuaian berdasarkan respons individual.[1]
Dosis Pediatrik
Dosis pemberian faktor IX pada pediatrik perlu disesuaikan dengan indikasi.
Defisiensi Faktor IX (Hemofilia B):
Pemberian dilakukan secara intravena setelah rekonstitusi. Dosis yang dibutuhkan bergantung pada merek produk. Rumus perhitungan faktor IX yang dibutuhkan anak dalam satuan international units (IU) adalah sebagai berikut:
Perdarahan:
Pada perdarahan minor seperti memar, luka gores, hemartrosis inkomplikata, dosis faktor IX yang diperlukan adalah 15–30 IU setiap 12–24 jam dengan durasi pemberian 1–2 hari.
Pada perdarahan sedang seperti epistaksis, perdarahan orofaring, ekstraksi gigi, hematuria, faktor IX diberikan dengan dosis 25–50 IU dan dapat diulang setiap 12–24 jam tergantung pada merek produk, dengan durasi pemberian 2–7 hari.
Pada perdarahan hebat, seperti perdarahan sendi, otot, intrakranial, intraperitoneal, trauma, dan profilaksis operasi, faktor IX sebesar 50–100 IU dapat diberikan dan dapat dikurangi sesuai dengan respons klinis atau setelah >48 jam pascaoperasi, dengan frekuensi pemberian setiap 12–30 jam bergantung pada merek produk, dan durasi pemberian 7–10 hari.[1]
Perdarahan berdasarkan lokasi perdarahan:
- Sendi: 40–60 IU/dL selama 1–2 hari, dapat lebih panjang apabila respons tidak adekuat
- Otot superfisial: 40–60 IU/dL selama 2–3 hari, dapat lebih panjang apabila respons tidak adekuat
- Iliopsoas dan otot profundal dengan cedera neurovaskular atau perdarahan signifikan: inisial 60–79 IU/dL 1–2 hari dilanjutkan dosis maintenance 30–60 IU/dL selama 3–5 hari
- Sistem saraf pusat/kepala: dosis awal 60–80 IU/dL selama 1–7 hari, dilanjutkan dosis maintenance 30 IU/dL selama 8–21 hari
- Tenggorok dan leher: dosis awal 60–80 IU/dL selama 1–7 hari dilanjutkan dosis maintenance 8–14 hari
- Gastrointestinal: dosis awal 60–80 IU/dL selama 7–14 hari, dilanjutkan dosis maintenance 30 IU/dL
- Renal: 40 IU/dL selama 3–5 hari
- Laserasi dalam: 40 IU/dL selama 5–7 hari
- Operasi besar: preoperasi 60–80 IU/dL, post operasi 40–60 IU/dL selama 1–3 hari, selanjutnya 30–50 IU/dL selama 4–6 hari, dilanjutkan 20–40 IU/dL selama 7–14 hari
- Operasi minor: preoperasi 50–80 IU/dL, pascaoperasi 30–80 IU/dL selama 1–5 hari, tergantung pada jenis prosedur[1]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja