Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Azoospermia general_alomedika 2023-04-05T14:19:17+07:00 2023-04-05T14:19:17+07:00
Azoospermia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Azoospermia

Oleh :
dr.Sofie A. Mandasari
Share To Social Media:

Patofisiologi azoospermia dapat dibedakan berdasarkan letak kelainan menjadi pre-testicular, testikular, dan post-testicular. Patofisiologi azoospermia belum diketahui secara pasti, namun penyebab utama diduga akibat abnormalitas fungsi siliar dan kualitas mukus yang buruk.[1,3]

Penyebab Pre-Testicular

Kelainan pre-testicular ditemukan pada 2-3% kasus azoospermia. Kelainan pre-testicular mempengaruhi spermatogenesis, sebagian besar disebabkan oleh kelainan endokrin yang berhubungan dengan hipotalamus, hipofisis, dan gonad atau testis. Kelainan pre-testicular dapat bersifat genetik maupun non-genetik.[1,4,5]

Sindrom Kallmann

Sindrom Kallmann merupakan penyakit herediter yang ditandai dengan adanya hipogonadotropik hipogonadisme (defisiensi sekresi hormon GnRH) dan hiposmia atau anosmia. Pada sindrom Kallmann, ditemukan kegagalan migrasi neuron pelepas GnRH ke lobus olfaktori, yang menyebabkan penurunan indera penciuman pada individu yang terkena.[1,6]

Hiperprolaktinemia

Hiperprolaktinemia dapat ditemukan dengan adenoma hipofisis. Hiperprolaktinemia terjadi akibat produksi berlebih dari hormon prolaktin di hipofisis yang dapat menyebabkan disfungsi seksual dan infertilitas akibat terhambatnya sekresi hormon GnRH dari hipotalamus. Selain kelainan pada spermatogenesis, kondisi ini dapat juga menyebabkan kelainan pada kedua testis.[1,4]

Resistensi Androgen

Resistensi androgen terjadi akibat mutasi pada gen yang mengatur reseptor androgen. Gen ini terdapat di kromosom X dan kelainan pada reseptor ini dapat ditemukan pada 40% laki-laki dengan kondisi oligospermia atau azoospermia.[1,4-6]

Penyebab Testikular

Pada penyebab testikular ditemukan kelainan yang terlokalisasi pada testis yang disebut sebagai kegagalan testikular primer. Kondisi ini terdiri dari kelainan kromosom atau genetik seperti sindrom Klinefelter. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh tumor testis, kriptorkismus, dan penggunaan zat gonadotoksin.[1,4,5]

Kelainan Genetik

Kelainan genetik mempengaruhi spermatogenesis dan perkembangan saluran genitalia. Kelainan genetik dapat berupa abnormalitas kromosom, delesi sebagian struktur kromosom yang berkaitan dengan regulasi spermatogenesis.

Sindrom Klinefelter merupakan kelainan kromosom yang paling banyak ditemukan pada laki-laki dengan abnormalitas kariotipe (47,XXY). Gejala yang ditemukan pada sindrom Klinefelter beragam, namun karakteristik yang paling sering ditemukan berupa testis kecil, hipergonadotropik dan hipogonadisme.

Selain sindrom Klinefelter, penyebab lain mencakup kelainan mikrodelesi kromosom Y dimana lengan pendek kromosom Y terdapat faktor determinasi testis yaitu SRY, sindroma laki-laki XX, dan laki-laki dengan kromosom XYY.[2-5,7,8]

Varikokel

Varikokel adalah pelebaran abnormal dan pembesaran pleksus pampiniform vena skrotum yang mengalirkan darah dari setiap testis. Pelebaran tersebut dapat meningkatkan suhu intratestikuler di skrotum sehingga mengganggu spermatogenesis. Varikokel dapat ditemukan pada sekitar 15% hingga 20% dari semua laki-laki dewasa namun ditemukan pada sekitar 40% laki-laki dengan masalah infertilitas.[1,3-5]

Kriptorkismus

Kriptorkismus merupakan kondisi dimana setidaknya satu testis berada di luar skrotum dan memiliki sedikit tubulus seminiferus dan spermatogonia, serta membran basalis yang tebal, sehingga mengganggu spermatogenesis. Kriptorkismus dapat dibagi menjadi unilateral atau bilateral. Kriptorkismus juga bisa dibagi berdasarkan lokasinya menjadi inguinal, intraabdominal, atau ektopik.

Sekitar 80% testis kriptorkismus turun pada 3 bulan pertama kehidupan. 10% hingga 30% pasien dengan kriptorkismus unilateral yang tidak turun akan mengalami infertilitas dan meningkat menjadi 35% hingga 65% atau lebih pada kasus bilateral.[4,5,7,9]

Paparan Gonadotoksin

Paparan eksogen gonadotoksin dapat berpengaruh terhadap spermatogenesis. Contoh gonadotoksin adalah steroid anabolik, selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), sulfasalazine, dan cimetidine. Selain itu, paparan terhadap radiasi baik teurapetik maupun akibat kerja (nuklir) dan paparan panas berlebih juga merupakan gonadotoksik dan mempengaruhi spermatogenesis.[3-5,10]

Torsio Testis

Torsio testis umumnya terjadi pada laki-laki berusia <25 tahun dengan insiden 1:4.000 kasus dan membutuhkan tindakan operasi segera. Testis dapat dipertahankan apabila tindakan dilakukan dalam 6 jam setelah timbulnya gejala.

Pada kondisi torsio testis unilateral, azoospermia jarang terjadi. Namun, pada umumnya testis kontralateral mengalami penurunan spermatogenesis. Kemungkinan kondisi ini disebabkan karena pembentukan autoimun pasca kerusakan sawar hematotestikular.[1,4,5]

Orchitis Mumps

Pada umumnya, orchitis terjadi secara unilateral, meskipun 33% di antaranya bilateral. 36% dari pasien dengan orchitis bilateral mengalami atrofi testis dan 18% di antaranya dapat mengalami infertilitas terutama bila orchitis terjadi setelah pubertas.[1,4,5]

Penyebab Post-Testicular

Penyebab azoospermia post-testicular adalah adanya obstruksi duktal di sepanjang  saluran reproduksi laki-laki seperti vas deferens, epididimis, atau saluran ejakulasi.[1,3,4]

Obstruksi Vas Deferens

Obstruksi vas deferens merupakan obstruksi yang didapatkan setelah dilakukan vasektomi. Obstruksi vas deferens setelah operasi hernia juga sering ditemukan. Penyebab kongenital obstruksi vas deferens yang paling sering ditemukan adalah congenital bilateral absence of vas deferens (CBAVD) yang ditemukan pada 1% laki-laki dengan infertilitas dan ditemukan hingga 6% pada laki-laki dengan azoospermia obstruktif.

Pada CBAVD, terjadi mutasi pada gen cystic fibrosis transmembrane regulator (CFTR). CFTR mengkodekan protein membran yang berfungsi sebagai saluran ion dan mempengaruhi pembentukan saluran ejakulasi, vesikula seminalis, vas deferens, dan 2/3 distal dari epididimis.[1,4,5]

Obstruksi Epididimis

Obstruksi epididimis merupakan penyebab tersering dari azoospermia obstruktif, didapatkan pada 30-67% laki-laki dengan azoospermia. Penyebab obstruksi epididimis yang didapat adalah epididimitis karena infeksi, serta obstruksi akibat trauma dan pembedahan.

Penyebab kongenital obstruksi epididimis bermanifestasi sebagai CBAVD. Selain itu dapat juga ditemukan pada sindrom Young  yang memiliki trias sinusitis kronis, bronkiektasis, dan azoospermia obstruktif.[1,4,5]

Obstruksi Duktus Ejakulatorius

Obstruksi duktus ejakulatorius ditemukan pada 1-5% kasus azoospermia obstruktif. Obstruksi kistik biasanya bersifat kongenital seperti kista saluran Mullerian atau sinus urogenital. Obstruksi pascainflamasi saluran ejakulatorius biasanya bersifat sekunder akibat uretra-prostatitis.[1,4,5]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr.Della Puspita Sari

Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta

Referensi

1. Sharma M, Leslie SW. Azoospermia. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK578191/
2. Wu X, Lin D, Sun F, Cheng CY. Male infertility in humans: An update on non-obstructive Azoospermia (NOA) and Obstructive Azoospermia (OA). Advances in Experimental Medicine and Biology. 2021;:161–73.
3. Andrade DL, Viana MC, Esteves SC. Differential diagnosis of Azoospermia in men with infertility. Journal of Clinical Medicine. 2021;10(14):3144.
4. Harzif AK, Wiweko B. Penanganan Konsensus Infertilitas. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas - Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (HIFERI-POGI). 2019
5. Salonia A, Minhas S. EAU Guidelines on Sexual and Reproductive Health. European Association of Urology. 2022
6. Liu Y, Zhi X. Advances in genetic diagnosis of Kallmann syndrome and genetic interruption. Reproductive Sciences. 2021;29(6):1697–709.
7. Zitzmann M, Aksglaede L, Corona G, Isidori AM, Juul A, T'Sjoen G, et al. European Academy of Andrology Guidelines on Klinefelter syndrome endorsing organization: European Society of Endocrinology. Andrology. 2020;9(1):145–67.
8. Cioppi F, Rosta V, Krausz C. Genetics of azoospermia. International Journal of Molecular Sciences. 2021;22(6):3264.
9. Leslie SW, Sajjad H, Villanueva CA. Cryptorchidism. [Updated 2022 Nov 28]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470270/
10. Anwalt B, Page S. Causes of male infertility. UpToDate. 2023. https://www.uptodate.com/contents/causes-of-male-infertility

Pendahuluan Azoospermia
Etiologi Azoospermia

Artikel Terkait

  • Perbedaan IVF dan IUI
    Perbedaan IVF dan IUI
  • Jenis Pengobatan Infertilitas
    Jenis Pengobatan Infertilitas
  • Suplementasi Asam Folat dan Zinc untuk Meningkatkan Jumlah dan Kualitas Sperma
    Suplementasi Asam Folat dan Zinc untuk Meningkatkan Jumlah dan Kualitas Sperma
  • Efikasi Tamoxifen pada Infertilitas Pria
    Efikasi Tamoxifen pada Infertilitas Pria
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 14 jam yang lalu
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 1 jam yang lalu
Salbutamol dan metilprednisolon tablet
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya ada pasien bumil minum salbutamol hanya 3 tablet berturut-turut dan metilprednisolon 4mg 1 tablet saat asthmanya kambuh. Pasien UK...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.