Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Hiperparatiroid general_alomedika 2023-08-09T09:45:10+07:00 2023-08-09T09:45:10+07:00
Hiperparatiroid
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Hiperparatiroid

Oleh :
dr. Jessica Elizabeth
Share To Social Media:

Patofisiologi hiperparatiroid bervariasi sesuai klasifikasi, yakni hiperparatiroid primer, sekunder, atau tersier. Hiperparatiroid primer terutama karena kelainan pada kelenjar paratiroid sehingga hormon paratiroid yang dihasilkan berlebihan, seperti tumor paratiroid.

Hiperparatiroid sekunder berhubungan dengan kondisi klinis tertentu seperti defisiensi vitamin D dan penyakit ginjal kronis (PGK), sehingga terjadi penurunan kadar kalsium dan peningkatan produksi paratiroid sebagai bentuk kompensasi. Bila kondisi ini berlanjut, kelenjar paratiroid kompensasi dan melakukan pembelahan sel agar hormon yang diproduksi meningkat dan terjadi hiperplasia. Hal ini dikenal dengan hiperparatiroid tersier.

Hiperparatiroid Primer

Patofisiologi hiperparatiroid primer seringkali berhubungan dengan tumor, seperti adenoma paratiroid. Hal ini menyebabkan menurun sampai hilangnya umpan balik positif produksi hormon paratiroid. Akan tetapi, hal ini tidak terjadi pada hiperparatiroid primer akibat hiperplasia paratiroid. Pada hiperplasia, terjadi peningkatan jumlah sel di kelenjar paratiroid.

Peningkatan hormon paratiroid menyebabkan pelepasan kalsium berlebihan dari tulang, sehingga berisiko osteopenia. Dalam kasus yang berat, dapat terjadi osteitis fibrosa cystica, dengan karakteristik resorpsi subperiosteal dari falang distal, peruncingan clavicula distal, munculnya salt and pepper appearance pada tengkorak, dan tumor coklat pada tulang panjang. Selain itu, peningkatan reabsorpsi kalsium secara kronis di ginjal juga berisiko pembentukan batu ginjal.[1]

Gejala hiperparatiroid lainnya disebabkan oleh hiperkalsemia itu sendiri, contohnya kelemahan otot, kelelahan, mual, muntah, koma, dan bahkan kematian. Manifestasi neuropsikiatri seperti depresi, kebingungan, atau defisit neurologi ringan juga umum ditemukan. Peningkatan kalsium dapat meningkatkan sekresi asam lambung sehingga orang dengan hiperparatiroid lebih berisiko risiko ulkus peptikum.[1]

Hiperparatiroid Sekunder

Keseimbangan kalsium dan fosfat diregulasi secara ketat oleh tulang, ginjal, dan kelenjar paratiroid. Fibroblast growth factor 23 (FGF-23), 25-hydroxyvitamin D, 1,25-dihydroxyvitamin D, serta hormon paratiroid mengatur homeostasis produksi kalsium dan fosfat. FGF-23 diproduksi oleh tulang akibat peningkatan serum fosfat, yang akan mencetuskan ekskresi fosfat oleh ginjal dan mengurangi hidroksilasi dari 25-hydroxyvitamin D.

FGF-23 dan serum fosfat menurunkan sekresi hormon paratiroid untuk menjaga keseimbangan kalsium dan fosfat. Pada penyakit ginjal kronis (PGK) stadium 3–5 (estimated glomerular filtration rate atau eGFR <59 mL/menit), kadar FGF-23 meningkat dan awalnya menyebabkan fosfaturia dan penurunan ekskresi hormon paratiroid.

Akan tetapi, saat penyakit ginjal kronis berkembang, ada resistensi di ginjal dan kelenjar paratiroid terhadap FGF-23 dan defisiensi 1 alfa hidroksilasi vitamin D di ginjal. Keduanya menyebabkan penurunan ekskresi fosfat. Penurunan ekskresi fosfat dan kekurangan 1,25-dihydroxyvitamin D menyebabkan hipokalsemia dan hiperfosfatemia. Hal ini mempertahankan stimulasi sintesis hormon paratiroid dan hiperplasia kelenjar paratiroid.[1,3]

Hiperparatiroid Tersier

Hiperparatiroid tersier paling sering terjadi pada pasien dengan hiperparatiroid sekunder, karena PGK yang telah menjalani dialisis selama bertahun-tahun. Pada kondisi ini, kelenjar paratiroid mengalami hiperplasia sebagai kompensasi peningkatan produksi hormon paratiroid.

Kelenjar paratiroid akan terus memproduksi hormon paratiroid secara berlebihan meskipun kadar kalsium serum berada dalam rentang normal atau bahkan meningkat. Dalam kasus ini, hiperplasia terus berlanjut dan menyebabkan hiperkalsemia, bahkan setelah terapi penarikan kalsium dan vitamin D aktif.[1]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Kim L. Hyperparathyroidism: Overview, Anatomy and Embryology, Primary Hyperparathyroidism. Medscape. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/127351-overview#a1
3. Muppidi V, Meegada SR, Rehman A. Secondary Hyperparathyroidism. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557822/

Pendahuluan Hiperparatiroid
Etiologi Hiperparatiroid

Artikel Terkait

  • Efikasi dan Keamanan Terapi Extended-Release Calcifediol Dan Vitamin D Lain untuk Hiperparatiroid Sekunder Bagi Pasien Gagal Ginjal Kronis – Telaah Jurnal Alomedika
    Efikasi dan Keamanan Terapi Extended-Release Calcifediol Dan Vitamin D Lain untuk Hiperparatiroid Sekunder Bagi Pasien Gagal Ginjal Kronis – Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 23 jam yang lalu
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas kemarin, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 18 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.