Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Hiperparatiroid general_alomedika 2024-01-15T11:25:17+07:00 2024-01-15T11:25:17+07:00
Hiperparatiroid
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Hiperparatiroid

Oleh :
dr. Jessica Elizabeth
Share To Social Media:

Penatalaksanaan definitif hiperparatiroid primer adalah paratiroidektomi. Akan tetapi, terapi medikamentosa, seperti bifosfonat peroral, dipertimbangkan bila pasien asimtomatik, tanpa komplikasi, atau hiperkalsemia ringan. Pada hiperparatiroid sekunder dan tersier, tata laksana etiologinya, seperti defisiensi vitamin D dan penyakit ginjal kronis (PGK), adalah kunci terapi.[2,3,20]

Pembedahan

Pembedahan, seperti paratiroidektomi, merupakan tata laksana definitif untuk kasus hiperparatiroid primer. Keputusan pembedahan ditentukan berdasarkan usia pasien, derajat hiperkalsemia, dan ada tidaknya komplikasi akibat hiperparatiroid. Pembedahan adalah pengobatan pilihan bagi pasien yang mengalami batu ginjal berulang.[2]

Pedoman saat ini menganjurkan bahwa pembedahan harus dilakukan pada pasien hiperparatiroid asimtomatik jika terdapat kondisi berikut:

  • Kadar kalsium serum >1 mg/dL dari batas atas nilai rujukan
  • Usia pasien <50 tahun
  • Osteoporosis
  • Glomerular filtration rate <60 mL/menit

  • Kalsium urine >400 mg/24 jam
  • Terdapat kalsifikasi atau batu pada ginjal[16]

Kontraindikasi absolut paratiroidektomi adalah pasien dengan familial hypocalciuric hypercalcemia (FHH) karena tidak benefisial. Sedangkan kontraindikasi relatifnya adalah disfungsi nervus laringeus rekuren atau disfungsi pita suara. Walaupun sangat jarang terjadi, komplikasi yang dapat timbul dari pembedahan adalah cedera nervus laryngeal, hematoma, dan hiperparatiroid persisten atau berulang.[20,21]

Medikamentosa

Tata laksana medikamentosa dapat menjadi pilihan untuk beberapa kasus hiperparatiroid primer, terutama pasien lansia dengan hiperkalsemia ringan tanpa komplikasi yang signifikan. Tata laksana medikamentosa meliputi bifosfonat atau cinacalcet.

Bifosfonat dapat meningkatkan densitas mineral tulang pada pasien osteoporosis atau osteopenia. Agonis reseptor kalsium (calcimimetic) seperti cinacalcet bisa menurunkan hormon paratiroid dan kadar kalsium, tetapi tidak meningkatkan densitas tulang.[2]

Pada hiperparatiroid sekunder, tata laksana medikamentosa fokus pada metabolisme fosfat-kalsium yang abnormal. Upaya mempertahankan kadar kalsium dan fosfat serum yang normal bersama kontrol kadar hormon paratiroid dan vitamin D adalah kunci penatalaksanaan hiperparatiroid sekunder.

Pengikat fosfat, vitamin D, dan calcimimetic telah dilaporkan dapat mempertahankan keseimbangan kadar kalsium dan fosfat pada pasien dengan penyakit ginjal kronis. Selain itu, pasien disarankan untuk membatasi asupan makanan kaya fosfat.[3]

Pengikat Fosfat

Pengikat fosfat mencakup aluminum hydroxide, sevelamer hydrochloride, sevelamer carbonate, dan lanthanum carbonate. Pengikat fosfat dapat mengandung kalsium tetapi mungkin pula tidak. Pengikat fosfat dengan kandungan kalsium dapat meningkatkan kalsifikasi vaskular dan jaringan ikat, sehingga diasosiasikan dengan survival rate yang lebih rendah.[15]

Calcimimetic

Calcimimetic adalah agen yang meningkatkan sensitivitas calcium-sensing reseptor (CaSR) di kelenjar paratiroid, sehingga mengurangi produksi hormon paratiroid. Cinacalcet adalah calcimimetic yang tersedia secara komersial dan digunakan secara luas pada pasien dialisis.

Efek samping calcimimetic adalah hipokalsemia, perpanjangan interval QT, aritmia, perburukan gagal jantung, dan kejang. Calcimimetic telah terbukti menekan kadar hormon paratiroid tetapi tidak meningkatkan kadar kalsium atau fosfat. Cinacalcet bersama vitamin D dosis rendah meminimalkan risiko kalsifikasi sekaligus menawarkan manfaat terapi penurun paratiroid.[3]

Diet

Beberapa hal yang diperhatikan terkait manajemen diet pada pasien dengan hipertiroid adalah suplementasi vitamin D dan kalsium.

Vitamin D

Penggunaan analog vitamin D dalam penyakit ginjal kronis telah terbukti menurunkan kadar hormon paratiroid dan inflamasi. Metabolit vitamin D dapat mencakup cholecalciferol (1,25-dihydroxyvitamin D3) dan ergocalciferol (D2). Beberapa analog vitamin D adalah calcitriol, paricalcitol, dan alfacalcidol.

Selain itu, penggunaan analog vitamin D juga dilaporkan bisa menurunkan fibrosis tubulointerstitial, meningkatkan fungsi endotel, menghambat sistem renin-angiotensin, mencegah kalsifikasi vaskular, dan menurunkan risiko kardiovaskular.[3]

Kalsium

Pada pasien dengan hiperparatiroid primer yang tidak menjalani operasi disarankan untuk menjaga konsumsi kalsium. Kalsium yang direkomendasikan berasal dari semua sumber dengan batasan 800 mg/hari untuk wanita berusia <50 tahun dan pria <70 tahun. Sedangkan untuk kelompok usia yang lebih tua, direkomendasikan kalsium 1.000 mg/hari.[20]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

2. Pokhrel B, Leslie SW, Levine SN. Primary Hyperparathyroidism. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441895/
3. Muppidi V, Meegada SR, Rehman A. Secondary Hyperparathyroidism. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557822/
15. Palmer SC, Gardner S, Tonelli M, et al. Phosphate-Binding Agents in Adults With CKD: A Network Meta-analysis of Randomized Trials. Am J Kidney Dis Off J Natl Kidney Found. 2016 Nov;68(5):691–702.
16. Bilezikian JP, Brandi ML, Eastell R, et al. Guidelines for the management of asymptomatic primary hyperparathyroidism: summary statement from the Fourth International Workshop. J Clin Endocrinol Metab. 2014 Oct;99(10):3561–9.
20. Bilezikian, John P., et al. “Evaluation and Management of Primary Hyperparathyroidism: Summary Statement and Guidelines from the Fifth International Workshop.” Journal of Bone and Mineral Research, vol. 37, no. 11, 2022, pp. 2293–2314, https://doi.org/10.1002/jbmr.4677.
21. Wang Y, Ladie DE. Parathyroidectomy. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563274/

Diagnosis Hiperparatiroid
Prognosis Hiperparatiroid

Artikel Terkait

  • Efikasi dan Keamanan Terapi Extended-Release Calcifediol Dan Vitamin D Lain untuk Hiperparatiroid Sekunder Bagi Pasien Gagal Ginjal Kronis – Telaah Jurnal Alomedika
    Efikasi dan Keamanan Terapi Extended-Release Calcifediol Dan Vitamin D Lain untuk Hiperparatiroid Sekunder Bagi Pasien Gagal Ginjal Kronis – Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas kemarin, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas kemarin, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 18 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.